logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 5 Perasaan Yang Aneh

Ternyata Riko anak yang baik, anak yang enak di ajak bicara. Selama Aku dan Farah liburan di villa, hampir setiap hari dia main ke villa hanya untuk sekedar mengajakku jalan di sekitar villa. Dia merasa sangat bersalah, karena sudah menabrakku waktu itu. Terlebih lagi dengan kejadian rebutan tas di mall beberapa waktu lalu. Kalau mengingat kejadian itu aku merasa geli sendiri.
Menurut cerita Riko, tas tersebut buat kado ulang tahun Mamahnya. Riko ternyata baru lulus kuliah, dan sekarang di tugaskan Ayahnya untuk memimpin perkebunan teh milik Ayahnya. Itulah sebabnya mengapa Riko ada di sini. Setiap hari bertemu dengan Riko menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku. Aku tidak tau mengapa itu bisa terjadi, semuanya mengalir bagaikan air. Aku bingung harus seperti apa? Haruskah aku jujur pada Riko, tentang perasaanku padanya atau aku simpan sendiri saja. Kalau aku jujur pada Riko tentang perasaanku, aku takut Riko menolakku. Secara aku hanya seorang gadis sederhana, yang orang tuanya cuma seorang guru.
"Hei, kok ngelamun? Mikirin apaan sih?" tiba-tiba saja Riko datang mengagetkan ku.
"Lagi mikirin aku yaa?" tebaknya asal. Wajahku seketika bersemu merah, karena tebakkannya tepat.
"Enggak kok, ngapain mikirin kamu," elakku.
"Yah, kali aja mikirin aku secara aku 'kan tampan," kelekarnya. Aku tertawa mendengar ucapannya barusan.
Sebenarnya apa yang dikatakannya itu memang benar, Riko memang tampan dan juga mapan. Setiap gadis yang kenal dengannya, aku yakin pasti mengharapkan menjadi kekasihnya. Sudah dapat di pastikan aku urutan entah yang keberapa yang menyukainya.
"To 'kan ngelamun lagi," seru Riko. Lagi-lagi aku terkejut di buatnya.
"Kamu, ah. Selalu ngagetin aku," ucapku seraya mencubit lengannya.
"Aww, sakit." pekik Riko. Aku malah tertawa melihat Riko memekik kesakitan akibat cubitanku.
"Aku heran deh, kenapa sih cewek sukanya nyubit," gerutu Riko.
"Emang kamu sering di cubit cewek?" tanyaku.
"Enggak pernah sih, cuma pernah sekali aja. Itu pun barusan," jawabnya cengengesan.
"Terus dari mana kamu tau cewek suka nyubit?"
"Dari teman-temanku," sahut Riko. "Eh, ngomong-ngomong kamu lagi mikirin apa sih?" Lanjut Riko bertanya.
"Gak lagi mikirin apa-apa kok." sahutku.
"Jangan bohong,"
"Beneran, Rik. Masa aku bohong sama kamu sih," jawabku meyakinkan.
"Ya, udah. Oya kapan kalian balik ke Jakarta?" tanya Riko.
"Besok lusa, emang kenapa?"
"Sedih aja di tinggal kamu balik nanti," sahut Riko.
"Jangan sedih dong, kan masih banyak teman-teman kamu di sini," ucapku.
"Eh, ada Riko. Udah lama?" sapa Farah yang baru saja keluar dari dalam villa. Farah lalu duduk di samping Riko.
"Baru aja, Far." sahut Riko.
"Eh, kalau sudah di Jakarta nanti boleh dong aku telpon atau chat kamu," ucap Farah agak genit. Gak biasanya nih anak bersikap seperti itu, apa jangan-jangan dia juga suka sama Riko. Waduh, jika dugaanku benar masa aku harus saingan sama sahabatku sendiri.
"Boleh," sahut Riko.
"Aliesya boleh gak kita telpon-telponan atau chatan pas nanti kamu sudah di Jakarta?" tanya Riko.
"Boleh," jawabku. Aku kemudian meraih ponselku yang ku taruh di saku baju. Dan menyerahkannya pada Riko agar Riko mencatat nomernya di ponselku.
"Makasih ya," ucap Riko.
"Kok punyaku gak di save," kata Farah merajuk.
"Sini mana ponselmu," pinta Riko. Farah dengan senang hati menyerahkan ponselnya ketangan Riko.
"Oya, Rik. Kamu sudah punya pacar belum? Udah lama aku ingin bertanya sama kamu?" Farah bertanya pada Riko. Hatiku berdebar-debar menunggu jawaban dari Riko.
"Belum, Far. Tapi ada sih cewek yang sedang aku taksir," sahutnya.
"Kalo boleh tau siapa?" Farah bertanya lagi. "Ada deh, rahasia." sahutnya. Aku juga padahal sangat penasaran siapa cewek yang di sukai oleh Riko, apakah ada di antara kami berempat.
"Aku pamit dulu ya, lupa kalau hari ini aku harus pergi ke perkebunan," pamit Riko. Aku menatap Riko sampai mobilnya menghilang dari pandanganku.
***
Tidak terasa waktu liburan habis, itu artinya kami harus kembali pulang dan berpisah dengan Riko. Setelah semua siap, kami kemudian berpamitan pada Bik Sumi dan juga suaminya. Lima menit sebelum berangkat, Riko datang untuk melepaskan kepulangan kami ke Jakarta. Ada rasa hampa di hati ini ketika Riko melambaikan tangannya. Perlahan mobil yang di kemudikan Mang Ujang meninggalkan villa dan melaju kencang membelah jalanan menuju arah Jakarta. Di perjalanan kami semua nampak diam membisu, larut dalam pikiran dan hayalan masing-masing. Begitu juga aku, aku larut dalam pikiranku sendiri yang tak lepas dari Riko. Sejak meninggalkan villa tadi aku merasakan kehampaan.
"Sya," panggil Farah mengagetkan ku. "Iya, Far." sahutku.
"Kamu mau pulang dulu atau main dulu?" tanya Farah.
"Pulung dulu aja deh, Far. Soalnya aku udah kangen banget sama Ibu dan juga Ayahku," sahutku.
"Ya, udah kalau begitu. Aku antar kamu dulu aja soalnya aku mau nongkrong dulu di mall," kata Farah. Aku menganggukkan kepala tanda setuju.
Mobil terus melaju, tidak terasa kami sudah sampai di depan rumahku. Dengan sigap aku turun dari mobil, mang Ujang membantuku mengeluarkan koperku dari bagasi.
"Makasih ya, Far. Mampir dulu," ucapku menawarkan.
"Lain kali ya, Sya. Titip salam buat Ibu dan Ayah kamu," sahut Farah.
"Nanti aku sampaikan," ujarku. Setelah mengucap salam mobil Farah perlahan meninggalkan halaman rumahku.

Comentário do Livro (301)

  • avatar
    كرنيءاسبه كرنيءاسيه كرنيءت

    cerita yh bgus, dan trjdi didunia nyata.. sorti yg tlah ku alami smasa dlu.. alur yg bgtu smpurna.. trimksh utk pnulisan crta yg bgtu mnkjubkn😉🌹🌹🌹

    03/05/2022

      0
  • avatar
    TasnimNur Aina

    aku sangat suka bab ini

    5d

      0
  • avatar
    PurnamaNaura

    halo saya sangat senang membaca ini karna seru dan enak di baca

    14d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes