logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Imperfection

Imperfection

Nur Cahaya


PROLOG

         Clara menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Ia memoleskan lipstick merah darah ke bibir tipisnya, memberikan kesan yang begitu sexy pada wajah wanita itu. Ia bersyukur, ia memiliki wajah dan tubuh yang cukup sempurna. Dengan wajah dan tubuhnya, ia bisa memenuhi kebutuhan adik-adiknya.
        Clara menghela nafas. Setiap kali mengingat adik-adiknya, dadanya terasa begitu sesak. Ia begitu merasa bersalah karena memberikan nafkah dari yang tidak seharusnya. Ia sempat mencoba untuk mencari pekerjaan lain. Namun, siapa yang mau menerima wanita yang hanya bermodalkan ijazah Sekolah Menengah Pertama? Kalaupun ada, ia yakin bahwa gaji yang dia terima tak akan mampu mencukupi kebutuhan adik-adiknya dan dirinya sendiri.
“Clara, cepatlah. Client sudah menunggumu.” Panggil orang itu. Ia adalah salah satu pelayan club disini, tempat bekerja Clara.
“Ah, baiklah. Tunggu sebentar. Saya akan segera bersiap.”
         Clara kembali menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Ia harus memastikan bahwa ia telah tampil sempurna saat bertemu dengan client.
                            .......
          Bagas memainkan ponselnya bosan. Sialan. Kenapa pesanannya lama sekali? Ia sebenarnya hanya penasaran saja. Bagaimanakah rupa dari jalang terlaris dari club ini? Sampai banyak sekali pria yang rela menghabiskan ribuan dolar hanya untuk ditemani wanita itu. Membayangkan saja membuat Bagas panas dingin sendiri. Secantik itukah wanita itu? Atau pria-pria itu mengincar tubuh montok dan sexynya? Sial-sial. Otaknya jadi traveling kemana-mana.
          Bagas mulai kehilangan kesabarannya. Batas kesabaran hanya sebatas ujung kuku. Menunggu lima belas menit saja, seakan telah kehilangan uang miliaran. Yah, mungkin itulah prinsip orang kaya. Waktu adalah uang.
           Dengan penuh emosi, Bagas turun dari ranjangnya. Berniat untuk memarahi kepala club ini karena sang pekerja begitu ngaret dan tidak profesional sama sekali. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat dan membuka pintu dengan kasar. Hingga.....
BRAKKK!!
                      .............
            Clara melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Ia menyesal tak melihat jam sama sekali. Ia telah telat sekitar setengah jam lamanya. Ia merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh. Clara mengingat-ingat letak kamarnya.”Kamar nomor 707”. Gumam Clara pelan.
             Clara berdiri pada salah satu kamar. Sepertinya ini adalah kamar yang dimaksud. Dengan ragu ia mulai memegang pintu. Sembari menetralkan detak jantungnya yang tak karuan, Clara terus merapalkan do’a agar sang client tidak memarahinya. Belum sempat membuka pintu, tiba-tiba.....
BRAAKK!!
           Wajah Clara dengan tak etisnya terjembab di dada Bagas yang keras dan berotot dengan keras. Wajahnya sepenuhnya berada di dada pria itu. Clara yakin, wajahnya sudah tak berbentuk lagi. Make upnya pasti sudah sangat hancur berantakan.
            Bagas hanya terpaku sejenak saking terkejutnya. Matanya terbelalak melihat wanita yg terjembab di dada bidangnya. Oh! Apakah ini wanita pesanannya?
             Clara mendongakkan kepalanya pelan. Terbentur dada yang keras membuatnya sedikit pusing. Ia menyentuh pipinya yang cukup lengket. Tunggu. Lengket? Ia menatap tangannya yang berwarna merah. Hingga keterkejutannya hilang begitu saja saat ia mendengar tawa yang begitu menggelegar.
“HAHAHHAHAHAHAHHA.....”
             Bagas tak mampu menahan tawanya. Melihat wanita dengan wajah berantakan karena make up yang sudah tak berupa bak badut penghibur yang membuat semua orang tertawa lepas. Saking semangatnya tertawa, Bagas sampai tak menyadari bahwa matanya sudah bercucuran air mata.
              Clara yang melihatnya mengernyitkan alisnya bingung. Memangnya ada yang salah dengan dirinya? Sebelumnya ia telah menatap dirinya sendiri di cermin, dan tak ada masalah sama sekali. Sepertinya pria di depannya ini hanya ingin menertawakannya saja. Geram mendengar suara tawa yang memekakan telinga, Clara mendengus kesal. Dengan tak berperi kemanusiaan ia menampar mulut Bagas dengan cukup keras. Dan berhasil. Mulut Bagas diam seketika.
             Bagas tentu saja tak terima mendapat perlakuan seperti tadi. Ini pertama kalinya ada orang yang berani kurang ajar dengan orang sangat terpandang seperti dirinya. Bagas melotot marah. Giginya saling bergemeletuk. Siap mengeluarkannya kata-kata pedas pada wanita di depannya ini.
“Beraninya kau!! Kau tak tau siapa aku? Huh? Kau dengan seenaknya masuk ke kamar orang lain dengan kurang ajar! Dimana letak sopan santunmu?” Marah Bagas membara. Wajahnya merah padam sampai telinga, saking kesalnya.
“Oh, maaf tuan. Saya disini ingin menemui client saya yang kalau tidak salah di kamar ini. Umh, apakah tuan tau dimana tuan Bagas?” tanya Clara berusaha tenang. Namun, tak dapat dipungkiri ia ketakutan melihat orang di depannya ini marah besar.
“Kau mencari Bagas? Oh, aku sendiri. Kenapa?”
“Bos saya mengatakan bahwa Anda telah memesan saya untuk menemani Anda malam ini. Jadi, saya bermaksud untuk memenuhi pesanan Anda.”
“Kau Clara? Ck. Aku tak percaya dengan ini. Seharusnya malam ini aku ditemani jalang yang begitu cantik dan sexy. Tapi mengapa yang datang adalah sosok badut yang berkedok jalang? Sialan. Malam indahku hancur karna kau!”
“Maaf tuan. Tapi saya memang Clara.”
“Hey. Kau tak usah mengaku-ngaku. Clara yang aku kenal adalah wanita cantik dan sexy. Dia juga pandai memberikan servis yang memuaskan. Tapi kau? Bahkan, tak perlu aku jelaskan lagi. Umh... Kau itu dekil. Gembel. Dan kotor. Tapi dilihat-lihat wajahmu lumayan lah walaupun mirip badut. Bodymu, ahh... Sepertinya cukup bagus. Walaupun bukan Clara yang datang, tak apa, setidaknya aku bisa memuaskan hasratku malam ini.” Ucap Bagas sembari menggoda wanita didepannya. Ia menaik turunkan alisnya berusaha merayu.
Clara yang mendengar hal itu merotasikan bola matanya malas
“Maaf tuan. Tapi saya memang Clara. Dan maaf sekali lagi saya mohon maaf karena wanita kotor di depan Anda ini tak sudi menemani pria pongah seperti Anda. Anda telah menginjak-injak harga diri saya sedemikian rupa. Jadi, tak ada alasan untuk menerima ajakan Anda. Terimakasih.”
“Hey. Tak bisa begitu dong! Aku sudah membayar mahal pada bosmu! Dan kau dengan seenaknya menolak ajakanku?! Harusnya kau sadar diri! Ingat kau hanya jalang disini!” Ucap Bagas tak terima.
“Tapi maaf, saya tak perduli dengan ucapan Anda. Yang jelas saya sudah tak mau memenuhi permintaan Anda. Ahh, satu lagi. Jika Anda ingin memenuhi hasrat Anda, silahkan, pesan wanita yang lain.”
“Kurang ajar!”
          Bagas mencengkeram tangan Clara kuat. Ia memojokkan tubuh Clara ke dinding. Bagas berusaha mencium bibir Clara sembari mengkungkung wanita itu. Namun, wanita itu terus memalingkan wajahnya dari Bagas. Bagas hampir frustasi, wanita itu terus bergerak dalam kungkungannya. Hingga....
DUAGH!!!
          Bagas meringis kesakitan. Clara menendang perkutut perkasanya dengan begitu keras. Sampai Bagas tak mampu berkata-kata saking sakitnya. Sedangkan Clara yang melihat kesempatan besar, hanya melengos pergi tanpa rasa bersalah. Bagas terus mengeluarkan kata umpatan dari bibirnya.
“Sialan kau jalang! Lihat saja, apa yang akan aku lakukan untukmu! Tapi, dia adalah wanita pertama yang menolakku. Hmm... Sepertinya menarik.”
          Entah apa yang ada dalam fikiran Bagas. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Comentário do Livro (177)

  • avatar
    Ghe Thonbesy

    ceritanya seru

    19d

      1
  • avatar
    ່༺K꙰I꙰T꙰S꙰U꙰N꙰E꙰E꙰༻

    bagus

    24d

      0
  • avatar
    Ryan Garcia

    sangat bgus

    27d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes