logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Enam

"Itu sama sekali nggak mungkin," kilah Kezia pada Cynthia. Mereka terlihat tengah bertengkar. Berdiri berhadapan dan saling menatap tajam. Para pekerja yang lain hanya diam menonton saja. Vania yang baru saja datang segera menghampiri.
"Nah, ini dia datang, kita tanyakan saja padanya," ucap Kezia sambil menunjuk ke arah Vania. Semua orang seketika melihat pada gadis itu dan Vania menjadi gugup. Ia tidak tahu yang terjadi. Ia hanya bisa menduga jika semua berkaitan dengan kepergian dirinya dengan Kyle kemarin.
"Tuan Kyle tidak mungkin tertarik padamu. Kau pasti sengaja menggoda dia. Apa jangan-jangan kau juga telah memantrai dia? Membuatnya tergila-gila padamu?" tanya Kezia langsung sambil menatap Vania.
"Kau ini bicara apa. Tidak ada hal seperti itu," ucap Vania sambil tetap berusaha tenang, meski di dalam hati, ia merasa gugup sekaligus kesal. Semua ini karena Kyle membawa dia pergi dengan begitu terang-terangan di depan semua pekerja di sana. Sekarang dia pasti menjadi bahan gosip dari orang-orang tersebut.
"Kalian pergi bersama, pasti ada sesuatu, bukan? Kau pasti merayunya."
"Ada pekerjaan penting yang harus aku kerjakan. Bukankah aku sudah memberitahu kalian?"
"Pekerjaan apa? Jika pekerjaan, masa sampai memeluk mesra di lift?"
"Kalaupun mereka ada hubungan, lalu apa urusannya denganmu?" tukas Cynthia yang kini berdiri di samping Vania.
"Aku hanya tidak mau citra perusahaan menjadi buruk karena ada yang menggunakan cara licik dengan merayu Tuan Kyle."
Cynthia berdecak sambil tertawa dan menggeleng.
"Cara licik seperti itu, bukankah kamu yang menggunakannya?"
Wajah Kezia sontak merah padam. Dengan segera ia berbalik pergi sambil merengut dan mengentakkan kaki dengan keras.
"Kau membuatnya marah," ucap Vania.
"Biar saja, sekalian juga melampiaskan isi hati karena dia sering membuat jengkel banyak orang di sini."
"Jadi ini untuk balas dendammu sendiri?"
Cynthia tertawa cengengesan sambil menggaruk rambutnya.
"Habisnya dia memang teramat sangat menjengkelkan. Selalu merasa paling tinggi kedudukannya, padahal juga hasil cari muka sana-sini."
Vania hanya tersenyum kecil menanggapi. Cynthia mengibaskan tangan. Tawa Cynthia menghilang dan ia ganti menatap Vania dengan serius.
"Tapi kau dan Tuan Kyle, ada hubungan apa di antara kalian?"
"Tidak ada apa-apa. Dia hanya menyuruhku membantunya melakukan pekerjaan penting."
"Tapi kenapa dia menyuruhmu?"
"Mana aku tahu? Mungkin dia hanya ingin menguji kemampuanku karena aku masih baru bekerja di sini."
Cynthia mengangguk dan diam untuk beberapa saat sambil menggigit bibir. Ia tampak tengah memikirkan jawaban Vania. Vania sendiri berharap cemas rekan kerjanya di sana percaya bahwa ia tidak memiliki hubungan apa pun dengan Kyle. Cynthia kembali melihat pada Vania.
"Tapi apa kau yakin Tuan Kyle benar-benar tidak memiliki perasaan khusus padamu?"
Vania menggeleng.
"Tidak, benar-benar tidak ada apa-apa."
***
"Ronan!" panggil Vania saat berpapasan dengan pria tersebut. Saat itu adalah jam istirahat untuk para karyawan.
"Bagaimana keadaan Tuan Kyle? Apa dia telah baik-baik saja?"
Ronan hanya diam sambil menggeleng. Melihat raut wajah muram pria itu, Vania segera menyadari bahwa Kyle tidak baik-baik saja.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa dia sakit begitu parah?"
"Tidak apa, dia hanya sedikit sakit saja."
'Sedikit sakit? Tapi sepertinya itu bukanlah penyakit yang ringan. Apa dia benar-benar baik-baik saja?'
***
"Apa kau sudah tidak waras?" tanya seorang gadis berambut pirang. Gadis tersebut bernama Katherine Heather. Dia adalah gadis yang menyukai Kyle, bahkan membuat ayahnya merencanakan pertunangan dengan pria itu. Meski Kath -panggilan akrabnya- selalu memberi perhatian berlebih, Kyle tidak pernah peduli. Dia selalu mengacuhkan gadis berparas jelita itu. Kyle juga berusaha mengakhiri pertunangan itu, tetapi Kath dengan keras kepala menolak. Kath masih tetap berharap Kyle akan berubah menyukainya. Karena itu, ia tidak mau melepaskan pria itu.
"Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu ke sini," sahut Kyle.
Kath berdecak keras dan duduk di samping Kyle.
"Kau sudah tahu kalau makanan manusia adalah racun untuk vampir, tapi kau tetap memakannya. Apa gadis itu begitu penting bagimu? Dia bahkan tidak ingat padamu."
Kyle mengangguk.
"Aku tidak peduli. Racun mematikan sekalipun, aku akan tetap memakannya. Dia memang sangat penting bagiku."
Kath menatap Kyle tajam. Pria itu mengatakan hal tersebut tanpa peduli perasaannya. Ia tidak akan terima hal itu. Dirinya harus mencari cara untuk menjauhkan gadis itu dari Kyle. Jika perlu, ia akan menyingkirkannya seperti yang dulu ia lakukan.
***
Hari selanjutnya, Vania melihat Ronan datang seorang diri. Meski begitu, ia menahan diri untuk tidak bertanya. Hari selanjutnya, Vania tidak lagi bisa menahan diri. Ia segera menemui Ronan dan menanyakan keadaan Kyle.
"Dia sudah mulai membaik. Hanya masih butuh istirahat saja. Kau tidak perlu cemas."
"Aku tidak cemas," sahut Vania cepat.
"Aku hanya merasa tidak enak saja. Mungkin waktu itu seharusnya dia langsung istirahat, bukan ikut mengantarku."
"Dia malah tidak akan tenang kalau tidak ikut mengantarmu."
Vania hanya diam dan berlalu pergi dengan langkah cepat. Jantungnya berdegup kencang. Ronan mungkin juga salah menduga hubungan Kyle dengannya, tetapi kenapa ia tidak menyangkal dan malah menjadi begitu gugup?
***
Keesokan hari, Kyle tetap tidak datang bekerja. Vania kembali menemui Ronan. Ia berkata bahwa sepulang kerja akan ikut untuk menjenguk Kyle.
"Anda tidak perlu melakukannya. Dia telah baik-baik saja sekarang."
"Tapi dia tidak datang bekerja."
"Perusahaan ini adalah miliknya. Dia masuk atau tidak, itu terserah padanya, sebelumnya dia juga sering tidak datang, jadi Anda tidak perlu mencampuri urusannya."
Kata-kata Ronan membuat Vania tertegun. Iapun kemudian mengucapkan maaf dengan suara pelan.
"Dia selalu seperti ini saat calon istrinya datang. Anda datang, juga malah akan mengganggu mereka."
Vania mengangguk. Ia kemudian memberikan kantong plastik putih yang ia bawa pada Ronan. Itu adalah vitamin yang ia beli semalam.
"Dia tidak memerlukannya," ucap Ronan.
"Terserah, kau boleh mengambil sendiri atau membuangnya," sahut Vania sambil berlalu pergi.
***
'Nia, Nia, Nia, apa yang kaulakukan? Apa kepalamu terbentur sesuatu dan menjadi bodoh? Kenapa aku malah berkata seperti itu pada Ronan? Bukankah itu seperti aku sedang cemburu?' ucap Vania dalam hati.
'Padahal aku tidak mungkin cemburu, karena jika aku cemburu, itu artinya aku menyukai dia. Aku tidak mungkin menyukai dia.'
'Tidak, tidak, tidak mungkin, aku tidak mungkin menyukai dia,' tandas Vania lagi seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri.
"Vania," panggil Cynthia sambil menepuk bahu gadis yang dilihatnya tengah menatap kosong layar komputer di depannya sambil bertopang dagu.
"Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya. Aku tidak mungkin mencintai dia!" tandas Vania dengan suara cukup keras sambil bangkit berdiri dengan tiba-tiba. Cynthia dan yang lain hanya melongo melihat gadis itu. Sejenak Vania baru menyadari yang terjadi. Ia berlari pergi sambil menutupi wajahnya yang memerah bak kepiting rebus.




Comentário do Livro (160)

  • avatar
    91Eycha

    cerita yg menyentuh hati dan perasaan.tidak bosan untuk di baca

    02/07

      0
  • avatar
    BasukiDeni Irawati

    seru ! menarik !

    23/05

      0
  • avatar
    QueenWitchy

    sukses bikin emosi pembaca naik turun.

    16/03

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes