logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 6

Di kamarnya, Ambar terus saja menangis dengan sangat kerasnya, ia benar-benar tidak menduga kalau nasibnya akan di tentukan dengan surat wasiat itu.
Bahkan di umur nya yang baru saja belasan tahun itu harus melakukan sebuah pernikahan yang dia sendiri tidak pernah impikannya.
'' Aku harus apa? kakak kenapa kau melakukan ini,'' tangis Ambar dengan pilu.
Tanpa sadar ia telah tertidur dengan pulas nya dengan sisah isakan tangis nya, menangis sampai tertidur tentu membuat dada terasa sesak walau sampai berada di alam mimpinya namun akan terasa lega jika terbangun nantinya.
Sebuah elusan tangan terasa dingin di kepala Ambar yang perlahan mengerjapkan matanya. '' Kakak?'' lirih Ambar dan suara seraknya.
'' Ambar, adik ku sayang. Kakak tidak bermaksud untuk merubah nasib mu, tapi kakak benar-benar hanya menginginkan yang terbaik untuk kalian berdua, agar kalian bisa menjaga satu sama lain,'' ucapnya, namun tiba-tiba sosok kakak nya pun menghilang dengan bersamaan sebuah silauan matahari yang masuk dan mengenai mata indahnya.
'' Kakak? ya Allah, mimpi itu.'' Gumam Ambar.
Ambar beranjak dari tempat tidur nya dan menuju kamar mandi setelah sejenak terdiam di atas kasur, memikirkan mimpi yang ia alami nya yang benar-benar terasa nyata.
Setelah keluar dari kamar mandi dan memakai pakaian sekolahnya lengkap dengan jilbab juga tas yang dia sangkil untuk dia bawa ke sekolahnya.
Ambar pun berlalu keluar dari kamar tanpa sarapan Ambar menuju halaman rumah untuk menjegat taxi yang biasa lewat di sekitaran komplek untuk ia berangkat ke sekolah nya.
Ambar gadis yang manis, pendiam dan tidak banyak teman di sekolah karena para murid yang belum terlalu mengenal Ambar mengira kalau Ambar adalah gadis yang sombong, karena sifat pendiam nya lah yang membuat mereka berpikiran seperti itu.
Tempat favoritnya adalah sebuah perpustakaan yang ada di sekolahnya, dan ada seorang gadis yang selalu menemani Ambar untuk membaca di sana.
Namanya Anaya, dia sahabat Ambar yang sudah sangat mengenal Ambar sedari dulu.
'' Ambar kau datang terlambat,'' ujarnya yang sedari tadi menunggu Ambar di gerbang sekolah.
'' Nay, iya maaf. Tadi aku bangun kesiangan.'' Jawab Ambar dengan lembut.
'' Tunggu-tunggu, ada apa dengan mata mu, kenapa sembab seperti itu, apa kau masih menangisi kepergian kakak mu.'' ucap Anaya yang sadar akan mata yang sembab itu.
'' Hah? iy-iya Nay,''
'' Sudah ya, ikhlaskan saja, semua makhluk Allah akan kembali padanya, begitu juga kita.'' Ucap Anaya dengan polosnya.
Mereka pun masuk ke dalam kelas dengan bergandengan tangan, mereka berdua terkenal dengan sebutan wanita yang baik dan murid yang solehah, sampai seluruh murid pria pun merasa segan untuk mendekati mereka berdua, penampilan nya yang sangat rapih dengan jilbab yang selalu melekat di kepala mereka berdua tentu membuat mereka berdua terlihat berbeda dari murid lainnya.
Mereka bersekolah di sekolah yang tidak mewajibkan seluruh muridnya untuk memakai jilbab namun, Ambar dan Anaya serta beberapa murid lainnya yang memakai jilbab, tentu melakukannya tanpa adanya paksaan.
Jam pulang sekolah pun tiba, saat Ambar dan Anaya akan menuju sebuah halte ada sebuah mobil yang berhenti tepat di dekat Ambar dan Anaya.
Kaca mobil itu pun turun dengan perlahan. '' Masuklah.'' Ucap seseorang yang ada di dalam sana.
Pemandangan itu tentu membuat seluruh siswa yang baru saja keluar dari gerbang merasa ingin tahu siapa pria yang ada di dalam mobil itu.
Ambar yang merasa malu karena mengundang perhatian para siswa pun berlagak tidak mengenalnya dan melanjutkan langkahnya.
'' Ambar, dia seperti nya berbicara padamu.'' Bisik Anaya ke telinga Ambar namun tidak Ambar gubris sama sekali.
Ambar terus menarik tangan Anaya untuk menjauh dari keramaian itu.
Tapi sebuah panggilan dengan menyebutkan nama nya tentu membuat langkahnya terhenti. '' Ambar!!'' teriak seorang pria yang ada di dalam mobil itu, pria itu terpaksa harus turun dari mobilnya karena merasa ucapannya terabaikan oleh Ambar yang pura-pura tidak mengenali nya.
Sesaat Ambar memejamkan matanya, dan menghela nafas nya dengan berat dan berbalik dengan wajah yang masam.
'' Apa kau tuli,'' ucap pria itu lagi.
Kasak-kusuk seluruh siswa yang merasa asing dengan pria yang memanggil Ambar itu tentu terus terdengar ke telinga Ambar. '' Anaya, kau pulang lah lebih dulu, aku ada urusan,'' ucap Ambar pada sahabat nya dan Anaya hanya menganggukkan kepalanya menurut apa yang Ambar katakan.
Ambar melangkah dengan kesal menuju mobil dan pria yang berdiri di samping mobilnya. '' Ada apa Kakak harus kesini?'' tanya Ambar dengan ketus.
'' Jangan percaya diri dulu kamu, sesuai wasiat yang istri ku tuliskan, dia mengatakan kalau aku harus mengurus mu dan menjaga mu kayaknya mengurus nya, jadi, masuk cepat.'' Ucapnya dan berlalu masuk ke dalam mobilnya mendahului Ambar.
Dengan kesal dan menghela nafas nya dengan panjang, Ambar menuruti ucapan kakak iparnya, Atnan. Tapi Ambar bukan masuk ke dalam mobil bagian depan samping kemudi tetapi masuk ke dalam mobil bagian kursi penumpang.
'' Haaahh terserah lah,'' gumam Atnan yang tidak lagi mau memperpanjang urusan apalagi berdebat pada anak belia seusia Ambar.
Ambar duduk dengan terus membaca buku pelajarannya, karena sebentar lagi akan memasuki masa ujian sekolahnya, tidak ada sama sekali obrolan yang terjadi pada mereka.
Hanya ada suara bising mesin mobil lah yang terdengar, dan sampai mereka ke rumah pun hanya kesunyian yang tercipta.
Ambar keluar dari mobil dengan terus membaca buku pelajarannya dan masuk ke dalam rumah tapi ucapan Atnan membuat langkah nya terhenti sejenak.
'' Temui aku di ruang baca, sekarang.'' Ucap Atnan yang berlalu mendahului Ambar.
Ambar melangkah dengan dada yang berdebar, dan dengan kaki yang gemetar. '' Ada apa lagi ini,'' gumam Ambar.
Di ruang baca, Atnan sudah terduduk dengan kaki dan tangan yang terlipat, tangan yang di lipat di atas perut nya dan kakinya yang dia lipat di antara kedua pahanya.
'' Kakak memanggil ku, ada apa?'' tanya Ambar dengan suara pelan.
'' Duduklah.'' Perintah Atnan tanpa ingin terbantahkan.
Ambar pun duduk di sofa yang jaraknya lumayan jauh dari tempat Atnan duduk.
'' Saya sudah bertanya pada pengacara mendiang kakak mu, untuk menanyakan kebenaran dari isi wasiat itu, dan dia mengatakan, itu adalah surat yang di tulis sendiri oleh kakak mu, dan sebelum itu Sarah juga pernah mengatakan nya padaku untuk menikah dengan wanita pilihan nya tapi saya tidak pernah menduga nya kalau wanita pilihan dia adalah adiknya sendiri. Jadi langsung saja ya, aku sudah mengatur jadwal kapan kita akan menikah.'' Ujar Atnan panjang lebar.
Bagai tersambar petir di siang bolong, perasaan Ambar benar-benar hancur tapi bagaimana pun ini adalah wasiat dan permintaan terakhir kakak perempuan satu-satunya yang dia punya.
'' Bismilah, iya aku bersedia.'' Ucap Ambar dengan berat hati.
'' Bagus, kalau begitu kamu boleh keluar.'' Tegas Atnan.
'' Tapi aku mempunyai syarat untuk itu.'' Cetus Ambar.
'' Katakanlah.''
'' Aku masih boleh bersekolah dan kakak tidak boleh melarang ku untuk melanjutkan pendidikan ku,'' ucap Ambar mengatakan syarat-syarat nya
'' Setuju.''
Ambar beranjak dan melangkahkan kakinya menuju pintu dengan lesu, nasibnya akan di mulai esok waktu ia berganti setatus menjadi seorang istri dari kakak iparnya sendiri.

Comentário do Livro (237)

  • avatar
    Amoy Santy Arsya

    saya suka sekali dengan cerita novel ini🥰

    07/05/2022

      1
  • avatar
    Nevi

    wah, udah terbit ternyata.🤗 ceritanya bagus, semangat kak.💪🥰

    01/05/2022

      4
  • avatar
    Salwat Salwat

    Bagus sekali

    4d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes