logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

4 - Akting Yolanda

“Mau ke mana, lo?”
Val terkejut melihat Yolanda yang tengah berdiri berkacak pinggang di depan pintu kamar mandi. Sepagi ini perempuan itu sudah pasang badan untuk memburu Val gara-gara kejadian semalam.
Spontan Val melangkah mundur. “Ngagetin aja!” ujarnya dengan decakan kecil.
Yolanda melipat kedua tangan di depan dada. Tatapannya menghunus tajam ke arah Val. “Ngapain kamu semalem ngintipin aku?” gertaknya sambil melangkah maju, membuat Val kembali melangkah mundur.
“Aku enggak ngintip! Tante aja yang seenaknya mesum di kamar Mama. Mana pintunya enggak ditutup, lagi!” sergah Val lalu menghentikan langkah sehingga Yolanda hampir saja menabraknya. “Lagian Tante tuh enggak tahu diri banget! Mama belum lama meninggalkan kita, tapi Tante udah seenaknya sendiri ngotorin kamar Mama!” cerocos Val tanpa berpikir lebih dulu. Dia merasa benar dalam hal itu.
Yolanda melayangkan tangan kanannya hendak menampar pipi Val. Namun, gerakannya terhenti ketika tiba-tiba terdengar suara bel pintu berbunyi.
“Papa,” gumam Val yang langsung berlari menuju pintu utama. Yolanda dengan kesal menurunkan tangannya.
“Selamat pagi, kesayangan Papa ...,” sapa Leo ketika melihat anak gadisnya membuka pintu. Ditariknya gadis itu ke dalam dekapan.
“Pagi juga, Papa,” balas Val.
“Kok seperti bau asam, ya?” canda Leo yang sontak melepaskan diri dari sang ayah.
Val meringis malu. “I’m so sorry, Pa. Belum mandi soalnya.”
“Pantas aja ....” Leo mengacak-acak rambut panjang Val.
Anak itu hanya diam menerima perlakuan ayahnya. “Masuk dulu, Pa! Val mau siap-siap dulu,” ucapnya.
“Okay.” Leo mengikuti langkah Val memasuki ruang tamu. Belum lama dia berkunjung saat kematian Rania, tapi rumah itu sudah terlihat berantakan.
“Hai Kak, how are you?” sapa Yolanda yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.
Tanpa rasa malu atau sungkan, perempuan itu langsung saja cipika-cipiki dengan Leo. Val merasa risi sendiri melihat adegan yang tidak diinginkannya. Yolanda memang genit, seperti itulah yang ada dalam pikirannya. Tidak pernah berubah.
“I’m fine. Kamu sendiri gimana?” Leo balik bertanya.
Yolanda menyunggingkan senyum mautnya. “Baik juga,” jawabnya. “Kakak udah sarapan?” Perempuan itu menarik lengan Leo menuju sofa dan memaksa duduk di sebelahnya.
“Sudah, tadi sarapan pagi-pagi di rumah,” jawab Leo singkat.
Pandangan Yolanda tertuju kepada Val yang masih berdiri di ambang pintu. “Katanya mau mandi. Kenapa masih berdiri di situ aja, Val?” tanya Yolanda dengan nada ramah yang dibuat-buat, sok baik dalam sekejap karena keberadaan Leo.
“Ya ... emang mau mandi, sih,” desis Val yang sedikit kesal menanggapi akting Yolanda yang begitu sempurna. “Papa mau minum apa?” tanyanya mengalihkan perhatian.
“Biar aku aja yang buatin minum, Val. Mendingan kamu cepetan siap-siap, deh!” titah Yolanda yang masih bertahan dengan kepura-puraannya. Dia kembali menyunggingkan senyum. Senyum yang dibuat-buat alias palsu.
Sejujurnya Val merasa kesal melihat sikap Yolanda. Ingin sekali dia menimpuk kepala tantenya itu dengan vas bunga yang terletak di meja. Namun, hal itu tidak mungkin dia lakukan. Karena Val tidak setega itu.
“Ya udah. Val siap-siap dulu, Pa.”
Val segera melenggang menuju kamar mandi. Meninggalkan ayahnya berdua saja dengan Yolanda. Val sadar, ada yang aneh dari sikap adik Rania terhadap ayahnya. Namun sayang, sekarang ini bukanlah waktu yang tepat untuk menyelidiki tentang mereka.
Selesai mandi, Val mengenakan seragam sekolahnya. Buru-buru ia memoleskan lip gloss tanpa warna pada bibirnya, memakai sedikit pelembab wajah, lalu menyapukan sedikit bedak agar makeup-nya terlihat natural. Tidak lupa, ia mengikat rambutnya seperti ekor kuda supaya tidak mengganggu pergerakannya.
Val memasukkan segala keperluannya ke dalam tas, lalu menyampirkan tasnya pada bahu kanan. Setelah itu, dia kembali menghampiri ayahnya di ruang tamu.
“Sudah, Sayang?” tanya Leo ketika melihat Val melangkah mendekatinya.
“Udah, Pa.” Valetta berhenti di samping ayahnya.
“Oke, kalau gitu kita langsung ke sekolah kamu untuk minta surat pindah. Supaya besok, kamu bisa langsung masuk ke sekolahnya Violetta.” Leo beranjak dari sofa. Meninggalkan Yolanda yang masih menyadarkan punggungnya pada sandaran sofa.
“Jadi ... Val mau ikut Kakak hari ini juga, ya?” tanya Yolanda dengan malas.
“Bagitulah. Jadi, saya bisa mengawasi sekaligus menjaga Val.” Leo mengelus puncak kepala anak gadisnya.
Yolanda manggut-manggut. “Bakal kesepian dong aku,” desisnya pelan.
“Enggak akan. Bukannya udah ada yang siap menemani Tante Yola setiap malem?” celetuk Val.
Yolanda mendelik tajam.
Dahi Leo mengerut. “Siapa?” tanyanya penasaran.
“Nyamuk, Kak. Di rumah ini kan banyak nyamuk,” jawab Yolanda sambil meringis, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi.
“Ooh ....”
“Ya udah, Pa. Berangkat sekarang, yuk! Nanti Val mau ketemu sama temen-temen dulu. Mau kasih salam perpisahan, gitu.” Val tidak mau lagi berlama-lama mengoceh dengan Yolanda karena menurutnya, itu tidak penting. Sangat tidak penting.
Leo mengangguk. “Boleh,” ujarnya. “Ya udah. Mana koper kamu?”
“Koper?” Val memandangi ayahnya dengan bingung. Dia pikir, sepulang sekolah mereka akan kembali ke rumah. Baru setelah itu melenggang ke kediaman ayahnya.
“Dari sekolah, kita langsung saja pulang ke rumah Papa. Supaya enggak bolak-balik,” jelas Leo.
“Oh, gitu. Okay ... Val ambil koper dulu kalau gitu.”
“Dihabisin dulu minumnya, Kak. Jadi, kapan Kakak bakal ke sini lagi?”
Dalam langkah menuju kamar, samar-samar Val mendengar percakapan Yolanda dengan Leo. Tapi dia sama sekali tidak peduli ke mana arah pembicaraan mereka.
Val menarik koper besarnya dengan susah payah sampai di ruang tamu. Setelah itu, Leo membantunya memasukkan koper ke dalam bagasi mobil yang akan dikendarainya.
Leo lebih dulu memasuki mobil setelah berpamitan dengan Yolanda. Val segera menyusul, tanpa pamit atau sekedar mengucapkan salam perpisahan pada Yolanda.
“Pulang dari sekolah, tolong anter Val ke tempat kerja ya, Pa? Val mau pamit sama Kak Mahen, pemilik kafe tempat Val kerja,” pinta Val.
Leo mengerutkan kening. “Tempat kerja?”
Val buru-buru mengangguk. “Val bosen tiap kali nunggu Mama pulang kerja, Pa. Jadi, lebih baik cari kerja part time buat ngisi kegiatan aja.”
“Papa kok baru tahu. Mendiang Mama kamu juga enggak pernah cerita kalau kamu kerja part time.” Leo mulai menyalakan mesin mobilnya.
“Maaf, Pa. Val bukannya enggak menghargai pemberian Papa. Tapi, Val juga harus mandiri, kan?” Val menangkupkan kedua tangannya di depan dada, layaknya seorang budak memohon ampun.
Leo tersenyum. “Okay, Papa justru bangga dengan keputusan kamu. Sepertinya, Papa harus mengapresiasi hal itu. So, tell me! What do you want?” tanya Leo sambil mengemudikan mobil.
“I want you. That’s enough. I don’t want anything else.”
Jawaban Val membuat Leo terharu. “Kamu yakin, enggak mau minta sesuatu sebagai bentuk apresiasi dari Papa?”
Val mengangguk mantap. “Sure. Cukup dengan keberadaan Papa di sebelah Val, rasanya udah enggak pengin minta apa-apa lagi,” ucapnya dengan penuh keyakinan.
Seperti itulah Val. Anak yang dibesarkan oleh Rania seorang diri, mantan istri yang selalu dicintai Leo dalam diam. Selama hidupnya, Leo menyesal telah salah melangkah. Kesalahan yang membawanya ke dalam pernikahan yang sebenarnya tidak diinginkan, tapi tetap harus dijalani.
“Papa kenapa?” Melihat ayahnya yang tiba-tiba terdiam, Val meraih lengan laki-laki yang terduduk di sebelahnya itu.
Leo menoleh. Laki-laki itu mengerjapkan matanya. “It’s okay, Honey. It’s okay.” Senyum Leo merekah, Val menjadi lega.
Sebentar lagi, mobil yang mereka tumpangi akan segera tiba di sekolah. Agak terlambat memang. Namun, Val berusaha tetap slow, menyiapkan senyum termanisnya seperti biasa di depan teman-teman karena kebetulan sudah tiba jam istirahat. Waktu yang akan dia gunakan secara khusus untuk salam perpisahan.
Mobil mulai memasuki area parkir sekolah. Valetta yang biasanya hanya naik kendaraan umum, mendapat tatapan yang tidak biasa dari teman-teman yang tidak begitu akrab dengannya. Ada apa dengan mereka?

Comentário do Livro (635)

  • avatar
    cantikayang

    menarik aplikasi ini banyak cerita yang di dalam buku ini

    1d

      0
  • avatar
    intanfebiola07

    bagus

    1d

      0
  • avatar
    RamadhanGustian

    lipayan lahhhh

    2d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes