logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 7 Episode ketujuh

Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 15.00 siang, dan mobil alphard milik Kania telah tiba di gerbang hotel jakarta, Kania pun langsung turun dari mobil itu.
"Pak, kemari sebentar, dan tolong kalian ikuti saya untuk membawa lelaki ini ke kamar hotel!" perintah Kania kepada satpam hotel.
"Baik nona," ucap satpam itu saat menghampiri Kania sambil mengeluarkan Faris dan merangkulnya.
Kania pun menghampiri pihak resepsionis saat memasuki hotel jakarta.
"Bagaimana nona? apakah ada yang bisa kubantu?" tanya salah satu pihak resepsionis hotel.
"Permisi nona, apakah ada kamar VIP disini?" tanya Kania kepada pihak resepsionis hotel.
"Disini kami menyediakan begitu banyak VIP nona, anda ingin memilih ruang kamar VIP 1 atau 2?" tanya pihak resepsionis hotel.
"Saya pilih VIP 1," sambung Kania lagi.
"Dan ini kuncinya nona," ucap resepsionis itu lagi saat menyerahkan kunci hotel kepada Kania.
"Terima kasih," ucap Kania saat meraih kunci itu.
Kania pun melanjutkan langkah kakinya untuk menuju kamar hotel, sementara Faris yang dijebak oleh Kania tanpa sadar ia pun hanya mengikuti langkah kakinya saja kemana arah tujuan kamar hotel tersebut.
Tak lama kemudian Kania pun tiba di kamar hotel, dan ia pun memerintahkan satpam itu untuk memotret dirinya bersama Faris saat sedang memakai baju tekstop berwarna putih.
"Tapi tunggu sebentar, aku akan memakai tekstop, dan aku ingin kamu memotretku!" perintah Kania.
"Tolong kamu taruk lelaki ini sebelah kanan!" perintah Kania lagi.
Faris pun ditaruk daerah sisi kanan kasur hotel dekat nakas, dan Kania berbaring sebelah kiri Faris saat dipotret oleh satpam.
"Baik nona," ucap satpam hotel itu lagi.
"Baiklah, sekarang kamu potret saya sebelah kiri saat tidur bersama lelaki ini," tambah Kania lagi.
"Nona, fotonya sudah kupotret, coba anda lihat," ucap satpam hotel itu lagi.
Kania pun meraih ponselnya untuk menatap foto tersebut.
"Dan ini uang untuk kalian, dan aku berharap kalian akan merahasiakan ini!" perintah Kania lagi.
"Baik nona, dan ini lebih dari cukup, kalau begitu kita permisi sebentar," ucap satpam yang langsung keluar dari kamar hotel itu.
Mereka pun langsung turun menggunakan lift agar lebih cepat untuk meninggalkan Kania.
"Faris, Faris, aku akan menggunakan foto ini untuk memalsukan kehamilanku, dan seolah-olah kamu harus bertanggung jawab," ucap Kania saat tidur sebelah kiri dekat Faris.
"Foto ini akan kukirim kepada ibumu Faris, dan cuma dia yang bisa kumanfaatin," ucap Kania seorang diri.
Kania pun mulai pura-pura menangis.
Pada situasi lain Zain yang sudah turun dari taksi itu saat berhenti di hadapan rumahnya, dan ia pun langsung membayar taksi itu.
"Pak, berapa yang harus kuberikan?" tanya Zain.
"Semuanya 74000 tuan," jawab pak supir taksi itu.
"Baiklah, aku tidak akan mempermasalahkan kemahalan tarifmu, sebab kamu mencari nafkah, dan aku sebagai manusia yang baik harus membayarmu," jawab Zain.
"Terima kasih tuan," tambah supir taksi itu lagi.
Mobil taksi itu pun langsung meninggalkan kediaman ayahnya Zain, ayahnya Zain memerintahkan semua pegawal untuk mengawasi siapa saja yang memasuki daerah kediamannya, akan tetapi Zain yang menatapi itu semua, ketika ingin memasuki lobi rumahnya itu pun langsung berhati-hati.
“Ya Allah, papa menyewa semua bajingan ini, dan hanya untuk mengawasi diriku, walau pun papa akan kembali besok pagi ke tanah air dari dubai,” jawab Zain seorang diri saat membuka gerbang pagar di rumah mewahnya.
“Papa, papa, papa pikir bisa menghalangiku untuk memasuki rumahku sendiri, dan aku akan mencari bukti tentang kejadian 20 tahun yang lalu,” tambah Zain lagi.
Namun tiba-tiba salah satu anak buah papanya Zain menghentikan dirinya.
“Tunggu anak muda, kamu tidak boleh memasuki area ini!” perintah anak buah papanya Zain.
“Aku tidak ada urusan dengan kalian semua, jadi lebih baik kalian minggir!” perintah Zain.
“Sebab aku ingin memasuki rumahku sendiri, apakah ada larangan?” tanya Zain.
“Tapi, mohon maaf anak muda, kami disini bekerja untuk menjalankan perintah dari bos kami yaitu Farokh Ali, sebaiknya kamu pergi dari rumah ini, sebelum kami bermain kekerasan,” jawab salah satu anak buah papanya Zain.
“Hey, bajingan, apakah kamu tidak mengenal diriku?” tanya Zain saat memegang kerah baju salah satu anak buah papanya.
Zain pun langsung memukul muka anak buah papanya yang sejak tadi ingin menghentikan dirinya.
“Jika kamu bermacam-macam denganku lagi, maka pukulan kedua ini akan membuat kamu masuk rumah sakit, dan kalian semua, jika ingin seperti bajingan ini, maka aku akan terima perlawanan kalian,” tambah Zain lagi saat memberi penjelasan kepada anak buah papanya itu.
Zain pun langsung berjalan menuju ke arah pintu utama rumahnya, akan tetapi anak buah papanya Zain yang tadi kena pukul oleh dirinya, dan ia pun langsung memerintahkan teman-temannya itu untuk menghentikan Zain.
“Hey, kalian tidak perlu mendengar ucapan anak muda itu, cepat kalian cegah anak muda itu!” perintah orang yang dipukuli tadi.
“Baiklah, cepat kamu bangkit dari sana temanku!” perintah anak buah yang lain.
“Hey, anak muda, sekarang pergilah dari rumah ini,” jawab anak buah yang lain.
“Kamu, cepat kamu tarik pemuda itu!” perintah anak buah papanya Zain.
“Baik,” ucap anak buah yang lain ketika menaiki tangga depan rumahnya Zain.
“Lepaskan saya,” ucap Zain saat ditarik lengannya.
Mereka menarik Zain dengan paksaan sambil mendorongnya dari tangga depan rumahnya itu, namun ibunya Zain yang mendengar keributan itu pun langsung keluar untuk memeriksa keadaan diluar sana.
"Siapa yang membuat keributan dirumah?" tanya ibunya Zain yang langsung bangun dari kursi tamu untuk membuka pintu utama rumahnya.
"Mama, aku Zain Ali putra sulungmu," teriak Zain.
"Ya Allah, apakah itu kamu anakku Zain?" tanya ibunya Zain ketika berlari menuruni tangga depan rumahnya untuk membantu anak sulungnya itu.
Akan tetapi ketika ibunya Zain menuruni anak tangga lantai depan rumahnya itu, dan ia pun langsung berteriak karena tersandung salah satu anak tangga itu sehingga membuat dirinya pingsan, Zain yang mendapati ibunya sudah berdarah di bagian kepalanya, maka oleh sebab itu dia langsung berlari untuk menolong ibunya sambil berteriak.
"Aaaaaaa," teriak ibunya Zain ketika terjatuh.
"Ya Allah, mamaaaaaaaa, tolong lepaskan tubuhku," teriak Zain saat mendorong kedua anak buah papanya itu.
"Untuk sekarang kuangkat mama dulu sambil membawanya ke dalam kamarnya, setelah itu baru kuhubungi dokter untuk mengecek kondisinya," Zain bergumam dalam hati sambil mengangkat ibunya.
"Pelayan, cepat kamu buatkan bubur ayam dan susu untuk nyonya!" perintah Zain ketika membuka pintu kamar ibunya.
"Baik tuan muda," jawab pelayan itu yang langsung berlari menuju dapur.
Disisi lain Patrick yang dirinya merasa bersalah karena telah menganiaya Arnold sambil memondar mandir ke kiri dan ke kanan.
"Apa sebaiknya aku meminta maaf kepada Arnold? bagaimana kalau dia tidak memaafkan diriku?" tanya Patrick seorang diri.
"Inikah salahmu Arnold karena mendekati Amira, jika kamu tidak mendekatinya, dan aku pun tidak menganiaya kamu, namun Amira akan membenci diriku karena dirimu, apa yang harus kulakukan?" tanya Patrick seorang diri yang sedikit plin plan.
Tak lama kemudian pacar Patrick yang lain menelpon.
Triririringggggggg.......triririringgggggg......
"Ada apa kamu menghubungiku?" tanya Patrick saat mengangkat telpon.
"Sayang, aku ingin menghiburmu karena kesusahanmu sayang, jadi kamu datang kemari di club," ucap selingkuhannya yang masih menelpon.
"Aku sedang tidak ingin menemuimu sayang," jawab Patrick.
"Ayolah Patrick, semua teman-temanmu sudah berkumpul di club," sambung kekasihnya yang lain.
"Akan kupikirkan nanti," jawab Patrick yang langsung mematikan ponselnya.
"Kita lihat saja, dan aku yakin dia akan tiba," jawab selingkuhannya yang juga langsung mematikan ponselnya.
Tak lama kemudian pelayan lain mengantar makanan untuk Patrick.
"Permisi tuan, aku ingin mengantar roti dan susu untuk anda," jawab pelayan itu.
"Pelayan bodoh itu sungguh mengganggu diriku," jawab Patrick.
"Tunggu sebentar," ucap Patrick yang langsung membuka pintu kamarnya.
"Ini roti dan susunya kutaruh dimana tuan?" tanya pelayan itu.
"Di atas meja sana, setelah itu kamu boleh pergi!" perintah Patrick kepada pelayan.
"Baik tuan muda," jawab pelayan saat memasuki kamarnya Patrick untuk menaruh makanan.
Pelayan itu pun langsung meninggalkan kamar Patrick saat menaruh makanan itu.
"Baiklah untuk saat ini aku harus mengisi energi, supaya pikiranku kembali jernih setelah ada makanan," tambah Patrick lagi saat menutup pintu kamarnya.
Patrick pun langsung melahap makanannya satu per satu sambil meminum susunya.
Pada situasi lain Zain menelpon dokter untuk mendatangi rumahnya.
Triririringggggg.....tririringggggg......
"Halo dokter, aku Zain putranya Farokh Ali, apakah kamu bisa mendatangi rumahku untuk memeriksa kondisi ibuku?" tanya Zain ketika menghubungi dokter.
"Baiklah, aku akan tiba di rumahmu dalam waktu 10 menit anak muda," jawab dokter itu yang masih menelpon.
Zain pun langsung mematikan panggilannya.
"Mama, mama harus bangun, aku tidak ingin terjadi apa pun kepada mama, dan Allah akan melindungi mama," jawab Zain seorang diri sambil menggenggam kedua tangan ibunya.
"Okay, selagi ibuku belum sadar, sebaiknya aku harus mencari bukti kebenaran itu hari ini," tambah Zain lagi yang langsung bangun dari tempat duduknya dan berlalu pergi menuju ruang kerja Farokh Ali.
Setelah keluar dari kamar ibunya, Zain pun berjalan menuju ruang kerja ayahnya, dan ia pun langsung membuka pintu ruang kerja ayahnya, sementara pelayan itu langsung mengantar bubur untuk ibunya Zain.
"Tuan ini bubur yang anda minta," ucap pelayan saat membuka pintu kamar ibunya Zain.
"Dimana tuan muda Zain?" tanya pelayan itu bingung sambil menaruh makanan di meja dan berlalu pergi.
Zain membongkar semua berkas yang ada di ruangan kerja papanya itu, dan ia pun membuka seluruh lemari di ruangan kerja papanya itu, namun pada akhirnya Zain menemukan sebuah flashdisk di laci tersebut dekat meja kerja.
"Aku sudah mencari keseluruh lemari, namun aku tidak menemukan apa pun, coba kubuka laci ini," ucap Zain seorang diri.
"Flashdisk, flashdisk milik siapa ini? apakah aku harus memeriksa flashdisk ini?" tanya Zain seorang diri.
"Sebaiknya kuperiksa flashdisk ini, siapa tahu aku menemukan petunjuk?"
Zain pun langsung memasuki flashdisk itu kesebelah laptop, dan setelah flashdisk itu dimasukkan, ia pun menemukan sesuatu yang membuat dirinya kaget.
"Disini ada daftar perusahaan lokal dan asing yang mengatasnamakan Firman Al Fahri,"
"Siapa Firman Al Fahri? dan apa hubungannya dengan papa?" tanya Zain sedikit bingung.
"Temanku, sepertinya ada seseorang di ruangan bos kita, dan buktinya lampu itu menyala?" tanya anak buah papanya Zain.
"Cepat, kita harus memeriksa ruangan itu," sambung anak buah yang lain saat memasuki rumahnya Zain dan menaiki anak tangga untuk menuju ruangan kerja Farokh Ali.
"Sepertinya ada yang datang, sebaiknya flashdisk ini kuamankan," ucap Zain saat ingin bersembunyi.
Bersambung....

Comentário do Livro (173)

  • avatar
    KeyKeyla

    cetita yang sangat bagus saya menyukai cerita anda!

    4d

      0
  • avatar
    AndyMuhammad

    keren sudah saya kasih tip ya

    5d

      0
  • avatar
    AntikaPipit

    bagus

    7d

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes