logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 5. Kehidupan Sebagai Menantu Dimulai

Bu Rini sedang menunggu di depan pintu, menanti kedatangan putra dan menantunya yang sangat dicintainya itu. Terdengar suara mobil mengklakson dari luar, Bu Rini pun bergegas lari dari ruang tengah untuk membuka pintu karena begitu tak sabarnya. Ia pun membuka pintu dan benar dugaan Bu Rini, Rudi dan Kinan sudah menunggunya di depan pintu. Namun ada satu masalah, Kinan benar-benar masih marah kepada Rudi, terlihat dari wajahnya yang cemberut seperti kertas yang kusut.
“Rudi, ibu kangen banget,” kata Bu Rini sambil memeluk Rudi.
“Aku juga kangen sama Ibu,” Balas Rudi dengan manjanya.
“Kinan, selamat datang di keluarga ibu. Eh, masuk yuk, nggak baik berdiri di depan pintu,” ujar Bu Rini kepada Kinan.
Dengan hanya melihat wajah Kinan, Bu Rini bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada menantunya itu.
“Kinan, kamu pasti lelah kan habis perjalanan jauh? Sebaiknya, kamu langsung ke kamar ya. Ibu mau ngobrol sebentar sama Rudi,” Pinta Bu Rini kepada Kinan.
“Iya bu,” jawab Kinan dengan senyum yang dipaksakan.
Kinan tahu kenapa ibu mertuanya itu menyuruhnya untuk pergi, ia mencoba mencari tahu masalah rumah tangganya. Tapi, Kinan tidak pergi menuju ke kamar tidur, melainkan ia berdiri di bawah tangga supaya bisa mendengarkan isi pembicaraan antara ibu mertuanya dengan suaminya itu.
“Rud, Kinan kenapa sih wajahnya cemberut gitu? Apa terjadi sesuatu selama di Bali? Coba cerita sama ibu,” tanya Bu Rini.
“Tidak terjadi apa-apa kok, Bu. Kinan Cuma capek aja,” jawab Rudi tertunduk.
“Ibu tahu kamu berbohong. Ibu, nggak suka ya kalau kamu bohong. Ayo, jawab yang sebenarnya, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Bu Rini kedua kalinya.
“Aku akan jawab, tapi ibu jangan marah ya,” ujar Rudi.
“Iya, ibu nggak akan marah. Ayo, coba cerita,” paksa Bu Rini.
“Sebenarnya, Kinan sedang marah sama Rudi. Soalnya dia kesal karena ibu menelepon di saat kami berdua mau…..,” Rudi pun berhenti dan tak melanjutkan kalimatnya.
“Ibu kan menelepon karena khawatir dengan kalian berdua. Kok, dia gitu sih. Ibu akan marahi dia habis-habisan,” Ucap Bu Rini dengan marahnya.
“Bu, jangan keras-keras. Nanti Kinan bangun. Sudah, kita lupakan saja masalah ini. Sudah Bu, jangan memperkeruh keadaan. Rudi nanti akan menasehati Kinan. Tapi, ibu jangan marahi Kinan ya. Aku mohon, demi aku. Ya?” Rudi memohon kepada ibunya.
“Baiklah kalau begitu. Ibu mau keluar dulu ya. Ada janji sama teman-teman arisan buat kumpul. Mungkin pulangnya agak malam. Nanti suruh Kinan yang masak makan malam ya?” jawab ibunya.
Mendengar ibu mertuanya seperti itu, hati Kinan semakin terkoyak. Apalagi suaminya lebih membela ibunya dibandingkan dirinya. Seolah-olah ia diterkam dari dua sisi. Masalah yang seharusnya hanya diketahui oleh dirinya dan suaminya, malah diceritakan kepada ibunya. Ini membuatnya semakin geram kepada Rudi. Di saat Kinan keluar dari bawah tangga, Rudi melihatnya berlari menuju kamar tidur. Rudi merasa, kalau Kinan sudah mendengarkan semua percakapan antara dirinya dengan ibunya. Ia pun mengejar Kinan sampai kamar tidur.
“Kinan, Kinan, Kinan!” teriak Rudi.
Kinan masuk ke dalam kamar dan mencoba menutup pintu kamar secepat mungkin supaya Rudi tidak berhasil masuk. Tapi, apa daya Kinan, tenaganya tidak sekuat Rudi, saat pintu hendak ditutup, tangan Rudi menyambar daun pintu dengan cepatnya, sehingga ia berhasil masuk. Melihat air mata kinan yang keluar, Rudi mencoba menyekanya dengan tangannya sendiri.
“Kinan, jangan menangis. Bidadari cantikku tidak pantas mengeluarkan air mata. Sudah ya, jangan menangis. Kamu pasti mendengar semuanya kan? Maafkan aku Kinan, aku terpaksa menceritakan semuanya pada ibu. Setiap aku ada masalah, pasti aku selalu membaginya dengan ibu. Cobalah untuk mengerti, Kinan. Kita lupain aja ya masalah ini, ya kinan. Sudah ya? Berhentilah menangis, aku mohon,” Bujuk Rudi sembari memeluk Kinan di tempat tidur.
Banjir air mata telah sirna dari wajah sang bidadari, seketika suasana berubah menjadi sepi yang penuh ketenangan. Suatu keajaiban telah terjadi antara Rudi dan Kinan. Tangan Rudi mulai memeluk Kinan sangat erat, begitu erat, hingga Kinan tak sanggup untuk melepasnya. Kinan terus meronta-ronta kepada Rudi agar melepaskan dirinya.
“Mas, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku, Mas Rudi. Hentikkan, bagaimana kalau ada orang yang lihat?” kata kinan dengan nada sendu.
“Tenang saja, tidak ada orang di rumah. Ibu sedang keluar dan pulangnya malam. Disini, hanya ada kau dan aku. Tidak akan ada yang mengganggu kita,” ujar Rudi sambil memeluk Kinan.
“Ah, jangan kamu genit. Mas Rudi, jangan, sakit, pelan-pelan. Ahh aaa,aah!,” suara Kinan mendesah.
Adegan yang tertunda itupun akhirnya terjadi juga tepat pada siang hari Pukul 12.00. Keduanya hanyut dalam alunan cinta yang tak akan pernah mereka lupakan seumur hidupnya. Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam kehidupan Rudi dan Kinan. Beberapa jam telah berlalu, matahari pun mulai pergi meninggalkan tempatnya. Bulan telah datang tuk menempati singasana sang matahari. Kinan dan Rudi masih hanyut dalam dunia cinta mereka, sampai-sampai Rudi lupa memberitahu Kinan bahwa ia harus mempersiapkan makan malam.
“Hhhhmmmm, Mas Rudi. Sudah, kamu mau ngelakuin ini berapa kali? aku lelah,” pinta Kinan.
“Aahhhhhh, tetaplah disini Kinan, aku masih mau bersamamu sampai malam tiba,” jawab Rudi.
“Ini udah malam, Mas Rudi,” kata Kinan.
Tiba-tiba Rudi pun langsung teringat akan pesan ibunya sebelum pergi. Ia bangun dari tempat tidurnya dan melepaskan pelukannya dari Kinan.
“Kinan, aku lupa memberitahumu bahwa ibu menyuruhmu menyiapkan malam makan malam,” kata Rudi yang merasa bersalah.
“Kenapa kamu bisa lupa, sih? Bagaimana ini? Waktunya nggak keburu kalo masak, ibu pasti sekarang sudah di perjalanan. Dia pasti akan lansung memarahiku,” ujar Kinan yang bingung.
“Oh iya, aku ingat kalau masih ada makanan dari honeymoon kita yang aku simpan di kulkas. Sebenarnya itu makanan yang aku masak spesial buat kamu, Kinan. Udah, kamu disini aja, biar aku yang menyiapkan semuanya. Ini semua juga aku yang salah. Jadi biar aku yang mengurus makan malam. Kamu mandi saja dulu. Oke honey?” bujuk Rudi lagi.
“Terimakasih ya. Maaf sudah ngambek seharian ini. Kamu memang suami idaman,” kata kinan yang kemudian mencium pipi Rudi.
Hati Rudi seketika leleh menjadi es setelah mendapat ciuman dari istri tercinta. Ia pun bergegas ke dapur untuk menghangatkan sisa-sisa makanan yang ada. Untungnya, makanan yang tersisa masih banyak dan tak perlu repot-repot memasak. Saat Kinan selesai dari mandinya dan menuju dapur, ia begitu terharu, karena suaminya telah membantu pekerjaannya.
“Wah, kamu hebat sekali. Terimakasih ya, sudah mau membantuku, Pak Suamiku,” kata Kinan dengan manja.
“Tentu saja, bidadariku tercinta. Apapun akan aku lakukan untukmu,” balas Rudi.
Makan malam akhirnya sudah siap pada saat Bu Rini sudah sampai di rumah. Ketiganya pun makan malam bersama dengan sangat bahagia.

Comentário do Livro (181)

  • avatar
    MunandaHarry

    🔥🔥🔥

    8d

      0
  • avatar
    FAIZALMohamad

    👑 nice

    20d

      0
  • avatar
    MemaLista

    sang menyenangkan

    18/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes