logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Chapter 3

"... Tapi tetep cantikan Tasya lah." Lanjut Jendra. Dean yang sedari tadi menunggu kelanjutan ucapan Jendra langsung menggeplak kepala sehabatnya itu.
"Geblek!" Jendra hanya menaikkan bahu acuh.
"Duh gusti kenapa gue harus temenan sama dia," gumam Dean menyusul Jendra yang membawa target.
"Woy bantuin bego!"
"Bacot,"
Di sisi lain anak-anak ekstrakurikuler PMR yang juga sedang berlatih masih menunggu satu anggotanya lagi. Rafi, cowok itu benar benar datang terlambat.
Sudah setengah jam latihan dimulai tapi belum ada tanda tanda cowok itu akan datang. "Dasar! Dia cowok atau cewek sih?! Dandan aja lama banget." Dumel Selin.
"Udah lah biarin aja, ayo lanjut." Celetuk Devan.
"A--"
Tok tok
Sosok yang ditunggu tunggu baru saja terlihat di balik pintu. "Salamlikum hehe."
"Yuk pulang yuk udah kelar!" Celetuk Manda.
"Eh iya yuk pulang guys!"
"Bangke!"
°°°
Minggu pagi telah tiba, Keisya sudah mandi sejak bangun tidur tadi. Dan sekarang sudah stand bye di sofa empuknya. Bersama sang ayah dan ponsel tercinta tentunya. Sesuai kesepakatan kemarin pagi, sekarang mereka akan mabar salah satu games online yang sedang trend.
Permainan di mulai, keduanya terlihat fokus pada ponsel masing masing. Keisya yang sedang tengkurep di atas sofa panjang dan Fathan duduk di karpet.
Pertandingan diadakan dua kali, pertama dimenangkan oleh Fathan dan bersorak gembira. Lalu berlanjut ke pertandingan kedua.
"Ish-- YAH AYAH JUGA MATI HAHAHAHAH!" Fathan menatap sinis putrinya.
"Sekali lagi deh biar adil." Giliran Keisya yang menatap tak suka pada ayahnya.
"Dih dih curang! Tadikan katanya yang menang di babak kedua udah, terus aku yang menang. Jadi ayo kita jalan jalan!" Keisya tersenyum gembira.
Fathan mendengus. Lalu tak lama mengangguk. "Nah gitu dong, hahahaha."
•••
Salah satu pusat mall di kota. Sekarang Keisya dan Fathan telah tiba di salah satu mall. Hanya berdua, ya Nayla tidak jadi ikut. Katanya cewek itu terlalu malas beranjak dari kasur.
Hari sudah sore dan mall bertambah ramai dikunjungi orang orang. Kini keduanya sudah duduk tenang di food court. "Mau makan apa?" Tanya Fathan.
"Steak daging dengan mie."
"Oke tunggu ya, ayah pesan dulu" Keisya hanya menanggapinya dengan anggukan. Setalah Fathan pergi untuk memesan makanan, ia memilih membuka ponselnya.
Tak lama Fathan datang dengan satu nampan berisi dua piring makanan yang ehm.. lezat. Lalu mereka melahap habis makanannya.
Setalah selesai dengan ritual makannya. Keisya mengajak berkeliling menuju pusat perbelanjaan, baju, sepasang sepatu dan masih banyak lagi. Semua tempat sudah ia kunjungi, Keisya dan Fathan mampir ke sebuah mini market di dalam mall.
Ketika dirinya telah sampai di depan lemari pendingin, pemandangan tak sedap sedang berdiri di depannya. "Hai sya." Sapa salah satu dari sepasang remaja itu.
"Eum.. hai juga," balas Keisya sedikit canggung, mengampit lengan Fathan.
Fathan merasakan atmosfer yang berbeda dari tempat ini. "Siapa kes?" Bisiknya pada telinga Keisya.
"Oh ini yah, kakak kelas aku." Mulut Fathan membulat.
"Jendra om." Jendra mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Fathan. "Fathan, ayahnya Keisya."
"Tasya," giliran Tasya mengulurkan tangannya. "Cantik ya, Tasya?" Tasya mengangguk sambil tersenyum malu.
Keisya mendengus dalam hati.
Dasar pedo.
"Oh iya kayanya aku nggak jadi aus deh,"
"Lah kenapa?"
"Eum.. nggak apa apa, yuk pulang!," Keisya masih mencoba tersenyum saat melihat tangan Tasya yang mencoba menggenggam tangan Jendra.
"Oh yaudah, ndra, sya, om pamit ya nih Keisya gak jadi beli."
"Iya om, hati hati," ucap Jendra yang ikut menggenggam tangan Tasya, lalu di elus elus.
"Yaudah kalo gitu kita permisi," Keisya menarik lengan Fathan untuk mengikuti nya sambil menatap miris pada lemari pendingin yang berisi minuman menggoda untuk di teguk.
•••
Senin pagi telah tiba. Waktunya beranjak dari kasur dan memulai aktivitas rutin, yaitu sekolah. Tapi rasanya Keisya melas sekali beranjak dari kasur jika bukan karena teriakan Fathan.
Ia sudah duduk di bangku meja makan lengkap dengan kaus putih abu abu yang dikenakannya, dan tas berwarna biru Dongker miliknya. "Nih sarapannya!" Fathan memberikan semangkuk mie instan kehadapan Keisya.
"Iya, makasih." Fathan mengangguk. Melihat wajah Fathan mengingatkan Keisya kepada kejadian tadi malam saat ayahnya memuji Tasya, membuat Keisya mendengus.
"Apa?" Tanya Fathan.
"Nggak."
"Gak jelas."
"Biarin." Balas Keisya.
"Cepetan makannya, udah mau telat juga!," Ucap Fathan memotong perkataan Keisya.
"Bawel, aku yang telat kamu yang ribet," Setelahnya Keisya melahap mienya.
•••
Ratusan murid SMA Sejahtera sudah berkumpul di lapangan membentuk berisan demi barisan untuk melaksanakan kegiatan upacara bendera. Barisan kelas Xl- IPS'1 sudah berbaris rapih di sisi kanan lapangan.
Jendra memilih untuk baris di barisan kedua dari belakang karena selain ia tinggi ia juga malas sebenarnya untuk berdiri upacara pagi ini. Rasanya tuh libur kemarin kurang puas. Dan juga karena semalam dia pergi hingga larut bersama Tasya sehingga kurang tidur.
Tiba tiba terlintas ide konyol di benaknya. "Woi woi panggilin PMR dong, gue pusing!" Seru Jendra menepuk bahu teman sekelasnya. Dewa, cowok itu langsung melaksanakan perintah Jendra sebab melihat keadaan Jendra yang lemas, lebih tepatnya pura pura lemas.
Seorang cewek dengan sleyer berwarna kuning cerah di lehernya datang bersama Dewa. Ia Keisya. "Nih dek, dia pusing anterin ke UKS ya." Ucap Dewa.
Keisya tiba-tiba melotot melihat pasiennya adalah Jendra, Dewa hanya bilang temannya tadi pusing. Tidak bilang perempuan atau laki-laki. "Eh lo kok bengong! Cepet nih anterin, gak liat apa itu mukanya udah kaya babi mejret!" Celetuk Dewa lagi membuat Keisya segera menggiring Jendra.
Lain halnya dengan Keisya yang merasa risih mendapat tatapan tak enak dari murid yang melihatnya bersama Jendra yang notabenya cogan Sejahtera. Jendra tersenyum dalam hati karena dapat bebas dari Jeratan panasnya terik matahari dan dapat ngadem di ruang UKS yang ada ac-nya.
Keisya membuka pintu UKS kemudian mempersilahkan Jendra masuk terlebih dahulu. Masuk kedalam di sambut dinginnya udara AC yang adem. Jendra merebahkan diri di kasur untuk pasien.
"Mau minum teh anget atau air putih ka?" Tawar Keisya.
"Apa aja deh yang penting jangan air putih."
"Ya berarti teh lah. Emang ada apaan lagi." Jendra hanya tertawa menanggapi perkataan Keisya.
Selang beberapa menit Keisya keluar dari bilik yang berada di UKS membawa satu nampan berisi teh anget. "Nih minum, sebentar ya aku panggil anak cowok."
"Eh bentar bentar!" Cegah Jendra sebelum Keisya keluar.
"Kenapa?"
"Gak apa apa."
"Gak jelas!"
"Jelasin dong. Eh dia kabur! Woi gue blm selesai ngomong!" Andai Jendra tau. Keisya berlari keluar sembari menahan lengkungan di bibirnya.
Keisya berlari di sepanjang koridor yang sepi dengan jantung yang berdebar-debar dan kupu-kupu yang terasa berterbangan di perutnya.
Enyahlah dari pikiranku Rajendra sialan!

Comentário do Livro (14)

  • avatar
    SallehBahirah

    Niceeeee🫡🥰

    30/06

      0
  • avatar
    NduttZidniii

    oloo

    14/06

      0
  • avatar
    GorengBakso

    bahasa yang mudah dipahami serta cocok dengan kepribadian remaja.. seperti menceritakan pengalaman yang mungkin pernah dilalui dimasa remaja

    26/05

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes