logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 4 Novel Pertamaku

Senja sudah terlihat sejak bell pulang terdengar, aku yang baru saja keluar dari gedung dan berjalan menuruni anak tangga sambil kulihat berhamburannya karyawan dan karyawati di pabrik ini. Suasana ini terkadang membuat ku pusing karena aku tidak suka keramaian, tapi apa boleh buat aku harus menikmatinya.
Aku sampai sudah di parkiran motor, aku langsung mengambil dan mulai menyalakan motor ku. Dengan melajukan motor dengan sangat hati-hati karena lalu lalang karyawan kadang membuat ku jengkel. Kejengkelan ku adalah ke tidak tertiban angkutan umum yang terparkir sembarang di area pabrik ini. Sehingga membuat ke macet an belum lagi dengan pendagang kaki lima yang memenuhi trotoar sehingga karyawan terpaksa memakai sebagian kecil jalan raya. Dan tentunya membuat jalan semakin sempit untuk di lalui motor maupun mobil.
Ah, sudahlah yang penting aku sampai ke rumah dengan selamat. Aku yang pulang lebih cepat dari berangkat tadi pagi karena jalan ku memotong ke jalan lain dan membuat waktu ku hemat. Sebelum aku sampai ke rumah aku mengisi bahan bakar di sebuah pom bensin. Aku pun mengantri dan antriannya cukup panjang mungkin hari ini banyak sekali yang kehabisan bensin. Hahahah kadang hidup selucu ini entahlah apa yang sedang kupikirkan.
Setelah aku mengantri bagian ku untuk mengisi bahan bakar, aku pun membuka jok dan tutup tangki. Aku memintanya untuk mengisi bahan bakar penuh tanpa melihat siap orang yang akan mengisi bahan bakar nya. Namun kejadian tidak terduga aku dapatkan, kenapa wanita ini yang ada di hadapan ku setelah aku lihatnya.
"Kak, mau isi berapa?" Tanya gadis itu tampak malu-malu melihat ku.
"Full aja teh." Jawab ku untung saja aku tak kelihatan grogi di depannya.
"Kak lihat kita mulai dari nol yah." Ucap gadis itu dan ingin rasanya ke bercanda dengan nya dan mengatakan " Iya sayang tunggu aku dari nol." Hahaha lucu sekali isi otak ku ini entahlah ide buaya ku muncul.
Setelah tangki motor ku terisi penuh aku pun membayar sesuai nominal di mesin pengisi bahan bakar itu.
"Ini teh." Aku pun memberikan uang pas.
"Iya kak." Gadis itu mengangguk dan tersenyum.
Aku mendorong motor ku sedikit dari area pengisian dan hendak ku nyalakan aku mengecek terdahulu motor ku terutama ban ternyata motor ku kempis ban nya. Ya resiko memiliki motor tua pasti selalu ada kendala. Untung saja ada bengkel di jalur keluar area SPBU itu yang tak jauh letaknya. Aku pun mendorongnya sampai sana, setelah semuanya selesai aku pun membayar nya.
"Lah itu neng Ratih bolak-balik, kaya yang cari ojek." Suara batin ku melihat wanita yang barusan mengisi bahan bakar motor ku tadi. Aku pun menghampirinya dan menanyakan pada nya.
"Teh mau pulang yah?" Tanya ku padanya.
"Eh i-ya aa, ini lagi nungguin ojek kok gak ada yang ngelewat dari tadi." Ucapan nya dengan sedikit keluhan.
"Oh teh mau bareng gak lagian kita se arahkan?" Aku pun mengajak nya untuk pulang bersama.
"Hmm .. emang boleh aa?" Tanyanya sedikit ragu dan malu-malu.
"Iya boleh atuh teh, ayo teh nanti keburu magrib." Ajak ku agar dia segera naik motor ku.
"I-iya aa." Jawabnya.
"Pegang teh yah."
"Iya aa." Jawabnya singkat.
Aku langsung melajukan motor dengan kecepatan sedang, sepanjang perjalanan aku merasakan suasana yang dulu bersama nya dan teringat kembali tentang masa sekolah kami. Iya kami adalah kekasih masa lalu rasanya aku menikmati perjalanan pulang hari ini.
"Aa boleh nanya gak teteh." Tiba-tiba saja ia ingin bertanya pada ku.
"Oh iya teh apa? Mau nanya apa?" Aku pun terkejut karena nya dan aku sedikit bengong tak langsung menjawab segera.
"Aa ini kita boncengan gak ada yang marah nanti nya?" Aku yang sedikit aneh dengan pertanyaan yang ia tanyakan dan aku tak langsung menjawabnya.
"Aa, katanya boleh nanya teteh." Aku pun menjawab pertanyaan tersebut.
"Oh maaf teh hehehe lagi fokus ke jalanan, gak kok teteh siapa yang bakal marah lagian aa udah putus lama." Jawab ku dengan sejujurnya.
"Aish … napa aa putus? Emang siapa pacar aa?" Aku sudah paham maksudnya ia bertanya kepada ku pasti akan ada sesuatu.
"Oh mantan pacar aa mah orang jauh teteh." Aku hanya menjawab singkat agar tidak jauh ia bertanya kepada ku.
"Orang mana gitu aja?" Sudah ku duga pasti ini pertanyaan berikutnya.
"Hehehehe maaf teh, aa lagi mau move on dari dia, teteh maaf yah jangan tanya lagi itu jadi ke inget terus aa." Aku tidak peduli akan jawaban yang ku sebut.
"Oh maaf aa, hehehe." Aku hanya mengikuti ketawa nya agar tak ada pertanyaan lagi.
Namun tiba-tiba saking aku tidak memperhatikan jalan ban depan motor ku menghantam lubang kecil dan membuat gadis yang ku bonceng terkejut dan refleks memeluk erat-erat pada perutku.
Duagggg !
"Aduh !" Kami pun sontak terkejut bersamaan.
"Eh teteh maaf, aduh gak keliatan lubangnya tadi." Aku meminta maaf atas kejadian barusan.
"Gak apa-apa aa, napa atuh gak konsentrasi." Gadis itu memeluk dan begitu terasa aku yang sedikit tidak nyaman ku coba mengaruk perut.
"Hehehehe iya teh maaf, maklum udah capek seharian tadi kerja di pabrik." Aku sambil mengaruk bagian perut ku agar pelukannya terlepas karena ia tahu isyarat ia pun melepaskan perlahan-lahan.
Setelah itu kami sudah sampai di tugu desa yang sama namun berbeda kampung. Aku berhenti tepat di gang depan rumahnya, sebelum turun ia sempat lama memandang ku.
"Hey? Teteh kenapa liat nya gitu ke aa, hehehe." Ku lambaian tangan ku mencoba mengedipkan matanya.
"E-eh gak aa, hehehe makasih udah nganterin teteh sampai gang, aa gak main dulu kerumah sebentar?" Mantan ku ini mengajak untuk singgah kerumahnya, namun karena sudah hampir magrib dan ku jadikan alasan untuk menolaknya.
"Hehehe, maaf teteh udah mau magrib kapan-kapan aja nanti aa main nya." Ucapku.
"Oh ya udah aa kalau gitu, hati-hati di jalan pulangnya."
"Iya teh Assalamu’alaikum." Aku langsung melajukan motor ku.
"Iya aa Wa’aikumsalam." Jawabnya.
Ku lihat dari spion kiri motor ku, tampaknya ia senang sekali ku antar.
Aku pun sampai rumah, seperti hari biasa aku sholat dan beristirahat sambil mencoret-coret buku, karena aku sedang mulai kembali bangkit dari hobi lama ku. Aku mulai meneruskan projek novel yang aku buat bersama dengan kekasih ku yang kemarin.
Keheningan malam ini benar-benar sangat dingin dan membuat ku terbayangkan kembali seorang yang telah menemani ku dua tahun kebelakang. Aku yang berusaha fokus pada tulisan novel ku dan belum sempat aku memberikan judul yang tepat untuk novel ini. Untuk sementara aku berikan judulnya "Pejuang Virtual". Kuberikan judul itu karena aku ingin sekali mengangkat cerita aku dengannya.
"Sayang andaikata kau masih bisa ku hubungi aku ini ingin sekali membahas judul novel ini." Aku yang berusaha tidak bersuara lebih memilih bersuara di hati.
"Apakah kau masih meningkat ku? Bagaimana mana kabar mu sekarang di sana." Seketika ingat pertemuan pertama ku dan aku punya inisiatif berpikir untuk pergi ke rumahnya yang jauh di sana bahkan bisa di katakan ujung menemui ujungnya walaupun kami masih satu pulau.
"Apakah aku harus menemui mu kesana? Apakah ini ide buruk untuk ku lakukan?" Namun ku sadari ini sudah terlanjur dan aku harusnya mengikhlaskan kepergiannya, mengapa hati ku riuh sekali malam ini.
Aku mulai mengambil buku tulis ku dan akan membuat sebuah puisi untuk ku curahkan, belum saja aku menuliskan satu katapun aku malah teringat kembali pertemuan pertama kali kami di stasiun kereta itu.
Di waktu itu aku baru saja tiba di stasiun kereta dia langsung mengirimkan pesan kepada ku agar aku langsung bisa menemukannya dengan mudah dengan memberikan ciri pakaian yang dia kenakan, aku ingat sekali saat pertemuan itu dan mencari gadis virtual ku, tak bisa ku gambar suasana hatiku di waktu itu.

Comentário do Livro (57)

  • avatar
    IsaputraRangga

    sangat bagus dan menarik

    10/07

      0
  • avatar
    ArdiArdi

    fire fire max

    09/07

      0
  • avatar
    Dg sujuJunaedi

    semangattttt

    12/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes