logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Kekasih Virtual

Kekasih Virtual

Wan Eunoia


Bab 1 Pesan Dari Mu

"Maaf Bang, aku harus akui hubungan kita ini tak bisa berjalan jauh lagi. Aku sudah meyakinkan orang tua ku tentang dirimu, tapi respon mereka tidak baik, aku sudah mencari cara untuk membuka pikiran mereka namun hasilnya tetap sama. Aku tidak bisa lagi menyemangati mu yang sedang sakit dan aku tidak bisa lagi terus mengabari mu dan aku sudah ingkar janji untuk ingin ada selalu di sampingmu nanti. Maaf, aku sudah ingkar dan tidak menempati omongan ku padamu. Jadi aku mohon maaf atas segalanya dan hari ini kita berjalan masing-masing dulu dan bila kita jodoh pasti kita akan kembali."
Deg! deg! deg!
Rasanya jantung ku berdetak lebih cepat dan tidak beraturan setelah ku menerima getaran panjang dari ponsel yang ku simpan di sebelah ranjang. Ternyata di situ terlihat jelas namanya Nayla dengan emoticon merah hati di samping kanannya. Aku yang membacanya membuat ku semakin tidak nyaman dan tak menyangka harus seperti dugaan ku di awal. Di tambah dengan kondisiku, yang masih sakit semakin rasanya seperti terbakar hatiku.
Nayla namanya … aku mengenalnya sejak aku mulai terjun ke dunia media sosial bernama Facebook dan berlanjut ke sebuah grup chat kepenulisan dan aku di bimbing olehnya yang bernama Nayla. Dia adalah gadis virtual dan aku tak menyangka kalau ia menyukai ku sejak aku berkenalan di Facebook mungkin karena aku orang yang humoris membuat nya nyaman dan ingin mengenalku hingga jauh tentang ku.
Hingga di waktunya aku berkenalan dengan dia cukup lama kami saling berkomunikasi dan mulai menjalin hubungan spesial dengan nya, kami pun tidak lupa akan tujuan dari hubungan ini, yah kami merencanakan hubungan ini menuju ke pelaminan. Namun karena aku sadar sejak awal akan keberadaan ku dengannya cukup jauh dan ku memperingatinya agar tidak terlalu jatuh dengan harapan dan rencananya. Ibaratkan hubungan kita yang kita jalani seperti angin malam yang dingin dan menusuk tulang. Merasakan rindu tapi tidak kunjung temu walaupun pernah bertemu hanyalah yang pertama kali dan terakhir kali nya, perlahan rasa itu seperti membunuh rasa yang tak menentu.
Setelah aku membaca pesannya, aku hendak membalasnya, namun alangkah ku terkejutnya ternyata aku sudah tidak bisa membalas pesannya karena chat ku di blokir dan aku tidak menyerah di sana saja aku coba membalas di akun media sosial yang biasanya aku gunakan, oh… sialnya ternyata semuanya sudah di blokir juga. Dan aku pun bertanya pada diriku apa maksudnya yang ia lakukan.
"Apa yang kau lakukan Nayla? Aku tak mengerti maksudnya, kenapa kau memblokir semuanya."Suara batin ku dengan rasa hati yang rasanya mati rasa.
"Aku paham maksudnya dan aku sudah tahu akan seperti ini, sejak awal aku sudah memberi tahu mu dan aku menerima dan menjalankan hubungan ini agar kau tahu masih ada orang yang serius dan tulus dalam mencintai, semoga ayah dan ibu memilih yang terbaik untukmu, aku sangat bersyukur karena bisa menjalankan hubungan ini walaupun kita tak bisa bertemu dengan rencana yang kita buat. Aku berharap kau membukanya terima kasih, kekasihku Nayla."
Dan aku berharap penuh agar dia membuka blokir chat ku dan membacanya. Sedangkan aku yang masih tak percaya ini terjadi, aku yang sedang berbaring lemah di atas ranjang seolah-olah butiran-butiran air mata tak tertahankan oleh ku. Yah, mungkin aku menangis. Aku menangis bukan karena keputusan yang ia buat tapi aku menangis cerita yang pernah ia ceritakan padaku tentang semua kepedihannya.
Apakah ia akan baik-baik saja? Setelah ia memutuskan hubungan ini dengan ku. Karena ia bersandar dan selalu keluh kesah pada ku tiap harinya walaupun hanya dengan layar menyala kita bertatap wajah. Ataukah ia akan semakin di intimidasi dan dikriminasi oleh orang tua nya atau setelah ini ia akan bahagia menurut atas perintah orang tuanya untuk masa depan yang sudah dirancang oleh orang tuanya.
Nayla Juliana Puspitasari gadis cantik yang berumur 21 tahun dengan gigi gingsul nya ciri khas manis di wajahnya selalu berpose tersenyum manis di fotonya yang selalu di kirim kepadaku. Seorang gadis berkulit putih dan berjilbab syar'i yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Sunan Ampel Surabaya dengan jurusan yang ia ambil bahasa Arab. Siapa sangka gadis seperti ia tidak memiliki sebuah cerita luka dan liku di dalamnya.
Aku yang mengenalnya seorang gadis yang periang dan ceria sejak awal ku kenal dengannya, ternyata itu hanyalah topeng di dalam hati untuk menutupi kesedihannya. Sejak aku mengetahui hal itu aku benar-benar ingin merangkulnya dan melindunginya. Terkadang di saat ia bercerita tentang kehidupannya sehari-hari tentangkeluarganya membuat ku terkejut dan merasakan mirisnya hidupnya.
Bagaimana tidak mirisnya ia adalah anak kedua dari tiga saudara, kakaknya seorang santri di sebuah pesantren modern namun ia tidak seperti santri prilakunya ia gemar sekali membuat masalah dan menyerahkan masalahnya kepada adiknya yang bernama Nayla ini. Pada suatu hari ia pernah kehilangan uang orang tua nya dan ternyata di curi oleh temannya dan menuduh kalau adiknya lah yang mencurinya demi melindungi temannya. Dan adik bungsunya perempuan yang masih balita dan cukup merepotkan nya saat ia asuh, karena adiknya sering mencoba mencelakai diri dan kerap sang kakak di tuduh lalai menjaganya.
Dan kekerasan pun ia peroleh dari sang ayah lukanya bukan hanya di fisik tapi dalam batinnya ia terluka hebat. Masih banyaknya kepedihan yang selalu ia ingat dan selalu di luapkan kepada ku. Aku selalu ingat isak tangisannya yang membuat ku seolah-olah aku adalah dia. Bila ku boleh jujur aku ingin menangis meraung-raung, kesakitan nya membuat ku tak mampu untuk hidup. Tapi di sinilah titik ku mencintainya begitu dalam karena ia bukan wanita biasa.
"Bang, entahlah kadang aku ingin meminum pil penenang saja. aku sudah lelah dengan semua ini, aku ingin sekali lenyap di dunia ini akan kah mereka mempunyai rasa iba terhadap ku?"
Ketikan pesannya membuat ku seakan-akan tak percaya ia mengetik pesan seperti itu dan ini selalu terngiang-ngiang pada hati ku. Apakah salahnya hingga ia merasa tak di perduli kan oleh orang sekitarnya.
"Stttttt! Eh gak boleh begitu neng. kamu harus istighfar itu tidak baik, kamu pikir itu menuntaskan semuanya? Itu justru memperparah semuanya, kamu harus sabar dan tenang."
Entahlah mungkin ia sudah bosan dengan kata ucapku sabar dan tenang yang selalu menjadi konsumsi matanya. Terkadang pesan ku selalu ia balas dengan emoticon menangis.
"Aku harus bangkit ! Aku akan menjemputmu walaupun orang tua mu seperti itu."
Aku sejenak melupakan cerita-ceritanya di benakku dan menyemangati diri sendiri agar aku bisa menjemputnya lebih cepat. Walaupun ku tahu aku bagaikan langit dan bumi untuk orang tuanya. Aku tetap berusaha untuk menyadarkan mereka dan meyakinkan mereka kalau hak bahagianya ia yang tentukan.
"Adakalanya kau mengikhlaskan seorang yang juga terpaksa mengikhlaskan mu."
-Rendy Marvino-

Comentário do Livro (57)

  • avatar
    IsaputraRangga

    sangat bagus dan menarik

    10/07

      0
  • avatar
    ArdiArdi

    fire fire max

    09/07

      0
  • avatar
    Dg sujuJunaedi

    semangattttt

    12/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes