logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Part 5

Kelas ku kini telah selesai, aku menelfon Pak Gusdur agar tidak menjemput ku.
Aku sengaja menunggu seseorang yang ingin ku temui di parkiran kampus.
Aku celingak-celinguk tak jelas, panas matahari mampu membuat rambut pirang ku menjadi lepek dan terasa agak panas.
Samar-samar dari kejauhan, aku melihat seseorang yang tak lain itu adalah Dosenku, Pak Tio.
Aku segera berlari menghampirinya serta menghentikan langkah nya.
"Ma..maaf pak, saya ingin bertemu bapak sekarang, apa bapak ada waktu?" tanya ku dengan ragu sambil memayungi kepala ku dengan buku.
Aku sedikit menengadah saat berbicara dengannya, dikarenakan tubuh nya yang tinggi dan atletis menurut ku.
"Mmm sebenarnya saya akan keluar untuk makan siang, dan setelah ini saya akan mengikuti rapat dengan Dosen yang lainnya," balas nya dengan mata menyipit karena panas mentari yang warna nya cukup kuning pekat.
"Saya ikut saja boleh kan pak?" tanyaku lagi dengan tanpa rasa malu.
"Baiklah, ayo!" balas nya singkat.
Pertama kali aku menaiki mobil pak Tio, dan duduk di samping nya.
Didalam hati, aku sangat merasa bahagia bila ada di dekat nya.
Entah mengapa, dan karena apa.
Bila didekat mu
Hatiku selalu tersenyum
Entah mengapa
Dan karena apa
aku bisa menjadi demikian.
Rasa yang timbul menyeruak dalam dada
Ingin rasa nya aku mengungkapkan yang
sebenarnya.
"Ahhh kenapa aku bisa seperti ini!" batinku kesal.
Aku berusaha menepiskan fikiran-fikiran buruku yang mulai tidak terkontrol.
Suana di dalam mobil ini begitu hening, hanya suara mesin yang terdengar.
Percakapan pun tak kunjung di mulai, ingin rasa nya aku menyapa nya.
Namun, aku takut bila ada perkataan ku yang kurang sopan terhadapnya.
Apalagi dia adalah Dosen bahasa inggrisku di kampus, dia selalu mengingatkan bahwa Atitude is nomber one pada saat setiap kali ia mengajar, ia tak pernah bosan mengingatkan hal itu pada semua mahasiswa dan mahasiswinya.
Dengan itu, aku memlilih untuk diam, dan untuk mengusir rasa bosan ku, aku mengeluarkan ponsel berlogo apel dari dalam saku blazer hitam yang aku kenakan.
"Kamu udah makan?" tanya nya.
Dengan refleks, aku langsung menoleh ke arah nya.
"Ahh sudah pak tadi waktu di kantin," balasku berbohong.
Pak Tio hanya menganggukan kepala nya dan mata nya kembali terfokus untuk menyetir mobil nya.
Grrrrllluuuukkkkk
Tiba-tiba, suara perut ku terdengar menandakan cacing-cacing di dalamnya tengah berdemo.
Aku hanya menelan ludah ku dalam-dalam.
Pak Tio menoleh ke arah ku sambil sedikit menahan tawa nya.
Ia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Aku sangat kesal, mulut dan perut ku sangat tidak bisa diajak berdiskusi.
Aku mencoba mengendalikan rasa amarahku.
Rasa malu tentu saja yang sedang aku rasakan saat ini karena telah berbohong pada Dosen ku sendiri.
Tapi sejujurnya, aku sedikit terpikat dengan pesona senyum nya yang terlihat dari samping.
Apalagi dengan hidung nya yang mancung, ahhh sungguh membuat hati ku resah.
Setelah beberapa menit kami berada di dalam mobil, akhirnya Pak Tio memarkirkan nya disebuah parkiran cafe.
Disana tertulis FARMALA CAFE yang tulisan nya cukup jelas tertampang di dinding atas
Bangunan cafe itu sendiri.
Aku dan Pak Tio berjalan memasuki cafe itu, Pak Tio mempersilahkan aku berjalan di depan nya. Namun aku menolak, aku merasa itu adalah hal yang kurang sopan bagi ku.
Maka dari itu, ia berjalan di depan ku, sementara aku mengikutinya dari belakang.
Cafe itu didominasi dengan cat dinding berwarna coklat muda dan cream.
Lampu-lampu terang yang menggantung dan berjejer rapih menjadi daya tarik cafe farmala.
Tak lupa juga disediakan tempat untuk spot berfoto. Yang dimana, ruang nya cukup kecil. Namun, lampu dan kursi khusus nya yang membuat ruang itu semakin terlihat cantik.
Tempat yang disediakan nya pun cukup insagrameble.
Meja dan kursi yang tertata rapih serta lantai nya yang cukup berkilau, para pelayan yang tengah sibuk mengantarkan pesanan ke setiap meja menjadi satu pemandangan di caffe itu.
Aku dan pak Tio duduk di meja no.14
Kami duduk dengan posisi saling berhadapan.
Aku cukup gugup dibuatnya, aku hanya melihat sekeliling cafe itu guna menghindari tatapan dari Pak Tio.
Ia merapihkan kerah kemeja dan membenahkan posisi duduk nya menjadi lebih nyaman.
"Silahkan Pak, buk!" ucap salah seorang pelayan di cafe itu sambil menyerahkan buku daftar menu pada Pak Tio.
Aku sontak membulatkan mata ku dan menatap tajam pelayan cafe itu dengan kesal.
Bagaimana tidak? usia ku yang cukup muda ini, masih dibilang buk?.
Oh tidak, aku kurang beruntung hari ini.
Pak Tio yang menatap ku tengah merasa kesal pada pelayan cafe itu, ia hanya tersenyum.
Ia lanjut memilih menu yang akan menjadi hidangan makan siang nya hari ini.
Ia memilih menu nasi goreng seafood dengan minuman lemon tea. Tak lupa ia menanyakan kepadaku menu apa yang akan aku pilih.
Aku hanya menunjuk ramen mashroom serta minuman nya sama dengan yang Pak Tio pesan.
"Maaf mas, saya masih muda lho.
Masa dipanggil Ibu!" protes ku pada pelayan cafe itu sambil mengerucutkan bibirku dan melipatkan tangan di depan dada.
"Oh maaf mbak, saya kira mas dan mbak nya ini suami istri," balas pelayan cafe itu dengan sopan dan terlihat agak merasa bersalah. Namun aku heran melihat wajah nya yang tampak seperti puas telah mempermalukanku. Huh!
Aku dan Pak Tio hanya saling menatap, dan
Tentu saja aku terkejut.
Aku tersenyum paksa kala mendengar jawaban si pelayan cafe itu.
Aku begitu malu dibuatnya, semakin hati ku tak karuan menampung rasa gugup ku hari ini.
"Dia mahasiswi saya.
sudah mas, mas boleh melanjutkan pekerjaannya," ujar Pak Tio dengan santai nya sambil mempersilahkan pelayan cafe itu untuk meninggalkan meja kami.
Aku sangat berharap pelayan cafe sialan itu segera enyah dari sampingku.
Aku semakin kikuk dengan suasana seperti ini, sampai hampir lupa tujuan ku untuk bertemu dengan Pak Tio.
Aku mengambil sebuah buku novel dari dalam tas ransel ku yang terletak di bawah samping kursi.
"Maaf pak.
Tujuan saya bertemu bapak, saya ingin mengembalikan buku novel Bapak yang ini,"
Aku menyodorkan sebuah buku pada pak Tio, lalu Pak Tio pun mengambil nya sambil menatap ku bingung.
Ia menanyakan mengapa buku novel milik nya bisa ada padaku.
Aku hanya menjelaskan, bahwa buku novel itu terjatuh kemarin pada saat Pak Tio hendak pulang dengan terburu-buru.
Dia hanya mengangguk dan mengucapkan trimaksih padaku.
Aku pun tersenyum untuk membalas rasa terimakasih nya.
"Memang nya..
Kamu keberatan bila orang mengira saya dan kamu adalah sepasang kekasih?"
Darah ku tiba-tiba berdesir
Bagai dihantam petir di siang bolong.
Aku sangat terkejut mendengar pertanyaan itu dan cukup membuat ku bingung. Aku tak tahu harus menjawa apa, aku dibuat kikuk lagi dan merasa tak berdaya oleh nya.
Aku pura-pura membenahkan posisi duduk ku yang sudah benar.
"Ma... maksud saya... "
Belum sempat aku menjawab, kembali menyela ucapanku.
"Lupakan.
Do you like the novel?" tanya nya yang mengalihkan pembicaraanku.
Aku hanya menggeleng.
Lalu dia menaikan alis sebelah kiri nya.
"Why?" tanya nya sambil menaikan sebelah alisnya yang tidak terlalu tebal, namun terlihat rapi menghiasi wajah nya.
"Pasti... isi nya tentang Tuhan,"
"Apa kamu tidak berniat untuk mencari informasi tentang itu?"
Aku sedikit bungkam dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan, apa mungkin Pak Tio mengetahui bahwa aku seorang atheis? tapi bagaimana mungkin? sementara hanya keluarga ku dan Dela yang mengetahui akan hal ini tentang ku.
Aku bingung memberikan jawaban untuk melengkapi pertanyaan Pak Tio.
"Apa bapak tahu hal ini?"
"Ya,"
Aku membulatkan mata ku dengan mulut menganga.
Aku begitu terkejut dan tak percaya dengan apa yang dikatakannya barusan.
"Dari mana Bapak tahu?"
"Waktu itu... saya pernah memberikan kertas biodata, pada semua mahasiswa dan mahasiswi saya bukan?"
Aku menempelkan telapak tangan di kening ku dan sesekali mengusap wajah ku pelan.
Aku menghela nafas sejenak, lalu aku terpaksa mengatakan yang sebenarnya tentang diri ku.
Ibaratkan maling yang sudah terpergoki, aku hanya pasrah dan mengatakan dengan jujur padanya.

Comentário do Livro (135)

  • avatar
    MaadHusnu

    SERU POLL

    2d

      0
  • avatar
    dariturnipwulan

    bagus

    11d

      0
  • avatar
    Piona Piona

    bagus

    11d

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes