logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Part 7

Jamal meradang. Ia benar-benar kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Ia tak menyangka, jika ia dipermalukan sejauh ini. Seorang 'Jack' yang notabene ditakuti oleh seluruh siswa di sekolah mendadak menjadi sosok culun yang begitu mudah dipermalukan.
Jamal membuka pintu dengan kasar. Tak memperdulikan kedua adiknya yang terlonjak kaget akibat benturan pintu yang begitu keras. Jamal begitu kesal. Tubuhnya penuh dengan amarah. Bak singa yang siap memangsa mangsanya.
Sang ibu mengernyit heran. Tak biasanya sang anak sulung berbuat seperti itu. Biasanya Jamal akan memasuki rumah dengan gaya tengilnya. Tapi sekarang? Ia masuk dengan wajah datar dan memerah, seperti menahan amarah. Kemudian ia membuka suara.
"Ada apa?" Tanya sang ibu.
"Mama... Pokoknya aku tidak mau jika disuruh untuk membeli pembalut lagi. Memalukan! Aku sebagai lelaki benar-benar hancur harga dirinya akibat membeli benda laknat itu!" Ucap Jamal kesal sembari mencebikkan bibirnya.
"Lho, memangnya kenapa? Kamu mau jadi anak durhaka karena membantah ucapan mama,huh?"
"Bukan begitu ma, aku benar-benar malu karena cewek jadi-jadian itu! Pokoknya aku tidak mau lagi jika disuruh melakukan itu lagi! Udah ahh, aku capek. Aku ingin istirahat." Ucap Jamal langsung meninggalkan sang ibu menuju kamarnya.
"Bang Jamal, gak mau main game dulu sama kita?" Tanya Devin yang dari tadi mengamati percakapan sang kakak sulung dan ibunya.
"Nggak. Abang capek! Harusnya kalian belajar! Jangan main game terus!" Tegas Jamal.
"Yeee... Abang juga nggak pernah belajar. Setiap malam selalu keluyuran, Devan gak pernah tuh liat Abang ngebuka bukunya." Sahut Devan.
"Abang gak belajar udah pinter. Gak perlu buka buku-buku tebal kayak gitu."
"Sok sok an nyuruh belajar. Tapi sendirinya gak pernah belajar." Sindir Devin.
Sang ibu hanya mendesah pelan mendengar perdebatan anak-anaknya. Kesal karena perdebatan itu tak kunjung selesai, Ia akhirnya membuka suara.
"STOP! Jamal masuk kamar sekarang! Devan, Devin, istirahat. Jangan terlalu banyak bermain game. Eh, jangan lupa belajar!" Tegas sang ibu.
Jamal dan kedua adiknya menciut. Melihat ibu mereka dalam mode macan, membuat mereka bergidik ngeri. Seakan sang ibu akan siap menerkam mereka kapan saja.
***
Jamal membanting pintunya dengan kasar. Kemudian ia menjatuhkan tubuhnya sendiri pada ranjang empuknya. Kejadian tadi masih terngiang-ngiang dalam kepalanya. Hal itu membuat emosi Jamal kembali naik sampai ke ubun-ubun. Sial. Ini adalah hari tersial yang telah ia alami sepanjang hidupnya.
Jamal berfikir, seandainya gadis itu tak menyentuh kehidupannya sama sekali, Jamal yakin bahwa hidupnya akan baik-baik saja. Gadis itu harus segera diberi pelajaran. Tapi apa? Jamal berfikir keras. Berusaha menemukan ide yang tepat untuk membalaskan dendamnya.
Otak kecil Jamal terus berputar berusaha mencari ide. Sesekali ia menggurutu saat yang terlintas dalam kepalanya adalah hal yang tak mungkin dilakukan.
"Ayolah Jack. Gunakan otak jeniusmu untuk menemukan cara. Hmm... Membuatnya babak belur? Tidak mungkin, walaupun aku tidak yakin jika ia seorang gadis tetap saja, aku akan di cap sebagai laki-laki pengecut. Membullynya? Tidak mungkin, yang ada ia akan menjadi bahan olok-olokan satu sekolah mengingat gadis itu memiliki mulut yang lebih tajam daripada silet.
TING!!
Lampu imajiner muncul dari kepalanya. Ia menemukan ide yang tepat. Lihat saja nanti, ia akan membuat hidup gadis itu menjadi tenang.
***
Anggun memasuki rumah dengan wajah sumringah. Mempermalukan laki-laki berandal itu menjadi kebahagiaan sendiri bagi hidupnya. Ia tak menyangka, mempermalukan laki-laki itu benar-benar menyenangkan.
Anggun melihat sang kakak yang masih berkutat pada laptopnya begitu serius. Anggun mendesah pelan. Selalu seperti itu, sang kakak selalu melupakan segalanya saat terfokus dengan pekerjaannya.
"Kak?" Panggil Anggun pelan.
"Hm?"
"Udahan yuk. Aku beli nasi padang dua bungkus. Kakak pasti sudah lapar."
"Tunggu dulu, dek. Sebentar, kakak selesaikan dulu. Tanggung, tinggal sedikit lagi."
"Sebentarnya kakak itu hampir dua jam. Aku sampai lumutan kalau nungguin kakak." Ucap Anggun sembari mengerucutkan bibirnya.
Tak tahan melihat keimutan Anggun, Reyhan tersenyum. Kemudian menutup laptopnya setelah men-save hasil pekerjaannya. Ia beranjak dari tempat duduknya. Lalu menghampiri Anggun yang masih mengerucutkan bibirnya. Menggemaskan sekali.
Reyhan menarik kedua pipi Anggun pelan hingga membentuk sebuah senyuman.
"Senyum dong. Kamu yang jelek bakal bertambah jelek jika cemberut seperti itu." Ucap Reyhan gemas.
"Kakak ihh... Sakit! Jangan ditarik pipinya!" Gelak Anggun berusaha melepaskan kedua tangan besar sang kakak dari pipinya.
"Makanya, jangan keseringan manyun. Kakak nggak suka lihat kamu cemberut seperti itu. Kakak lebih suka kamu tersenyum. Kalau kamu tersenyum lelah kakak akan menguap begitu saja."
"Dih, dasar gombal. Kakak belajar darimana hingga cheesy seperti ini?"
"Lho kok kakak dibilang cheesy. Yang kakak katakan itu berdasarkan fakta."
"Udah ah, lebih baik kita makan. Perut aku sudah berbunyi keras sekali."
"Giliran masalah perut tidak sabaran. Kalau nunggu kakaknya suka merengek seperti bayi."
Anggun hanya nyengir. Memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang rapi. Benar, Anggun memang tak tahan jika itu berhubungan dengan makanan. Ia mudah sekali lapar, makannya juga cukup banyak. Anggun jadi tidak enak kepada sang kakak, mengingat kakaknya itu bekerja keras agar membuatnya tetap kenyang.
***
Anggun menelusuri lorong dengan wajah terheran-heran. Pasalnya, banyak bisik-bisikan dari temannya mengenainya. Anggun heran. Seingatnya ia tak melakukan apapun. Tapi mengapa mereka menatapnya seakan ia melakukan kesalahan besar? Sialan. Sepertinya ada yang tidak beres. Pasti ada yang tidak menyukainya kemudian melakukan sesuatu yang tidak-tidak kepadanya.
Anggun memberhentikan langkahnya saat mendengar seseorang menyerukan namanya. Ia menolehkan kepalanya ke belakang. Ia melihat sosok laki-laki culun yang menghampirinya dengan pipi yang pipinya memerah. Seperti menahan malu.
Anggun mengernyit heran saat laki-laki culun itu menghampirinya dan tersenyum malu-malu.
"Ada apa?" Tanya Anggun heran.
"It- anu kak." Ucap laki-laki itu, Joko.
"Anu apa? Lo kalau ngomong yang jelas dong! Jangan kayak orang bego!" Anggun mulai emosi.
"Anu kak.. Tad-tadi aku nemuin surat dari kakak. Kat-katanya kakak..."
"Gue apa?"
"Kakak suka sama aku."
BUAGH!!
Anggun memukul Joko dengan telak. Membuat laki-laki culun itu jatuh tersungkur begitu saja.
"Gue gak pernah ngirim surat begituan buat lo ya bangsat! Lo jangan coba-coba bikin gue malu!" Ucap Anggun emosi.
Anggun meninggalkan Joko cepat. Ia tak ingin berurusan dengan laki-laki culun itu. Ia menggerutu. Kesal sekali. Paginya benar-benar berantakan, tak seperti biasanya.
Sementara disisi lain, Jamal mengeluarkan tawanya yang begitu menggelegar. Ia tidak tahan melihat wajah Anggun yang menahan kesal. Rasakan! Itu yang Jamal lakukan agar gadis itu kapok. Tidak akan mempermalukannya lagi.
***
Anggun meradang. Setidaknya sepuluh siswa tak dikenal mendapatkan surat yang sama. Kepalanya berdenyut nyeri mendengarkan pertanyaan-pertanyaan dari siswa-siswa itu yang tak berguna.
"Bisakah kalian pergi! Gue udah bilang, kalau gue gak pernah ngirim surat ke kalian! Boro-boro gue suka sama kalian. Kenal aja enggak!!"
"Tap.."
"STOP! Kepala gue pusing! Ngeliat kalian bikin kepala gue tambah pusing! Jadi, kalian bisa pergi! Sebelum kalian gue buat jadi perkedel!" Bentak Anggun
Kumpulan siswa itu menciut. Tak berani berkutik. Mereka memutuskan untuk meninggalkan Anggun yang masih menatap mereka sinis.
Anggun menelungkupkan kepalanya ke meja kelasnya. Kepalanya benar-benar pusing. Memikirkan apa yang baru saja terjadi. Sepertinya, ada orang yang begitu benci terhadapnya. Hingga membuat harga diri Anggun jatuh.
Anggun menatap Jamal yang masih bercanda kepada teman-temannya. Ia menatap tajam wajah menyebalkan itu. Ia yakin bahwa sang pelaku utama adalah orang yang sedang tertawa ngakak bersama teman-temannya itu, Jamal.
Anggun mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia akan membalas semua perbuatannya. Dasar laki-laki berandal menyebalkan. Jika HAM tak berlaku, Anggun ingin sekali mencabik-cabik laki-laki itu hingga tak berbentuk. Layaknya sebuah rica-rica.
****

Comentário do Livro (107)

  • avatar
    Zzzzbt

    cerita ini sangat bagus sekali

    9d

      0
  • avatar
    WahyudaRega

    menarik ceritanya kak

    12/08

      0
  • avatar
    channel8pool ball

    okbakk

    10/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes