logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 3

Istri cacat CEO
Bab 3
Via mengangkat panggilan di ponselnya saat dirinya hampir merebahkan badannya di kasur yang nyaman.
Panggilan itu datangnya dari asisten Tuan Oliver,, Bram, yang menyuruh Via untuk istirahat karena bosnya akan pulang larut malam bahkan mungkin sampai pagi menjelang.
Via mengiyakan lalu menutup panggilan. Tak berapa lama panggilan kembali masuk, kali ini dari Chiara. Dengan malas Via mengangkat panggilan.
Begitu tersambung, yang Via dengar adakah suara Chiara yang langsung memakinya dengan kata-kata kasar.
"Hei, perempuan jelek, kenapa sejak datang ke Dubai kamu tidak menghubungiku? Apa kamu sudah lupa bahwa kamu ditugaskan untuk memberitahuku semua gerak-gerik Christian?" serang Chiara membuat Via kaget dan sakit hati.
"Maaf, Nona, saya lupa karena ada beberapa pekerjaan yang saya kerjakan," Via beralibi.
"Jangan memberi alasan kepadaku, tugasmu di sana hanya menjadi mata-mataku. Oh, sudahlah lupakan. Sekarang katakan padaku apa yang tengah dilakukan Christian saat ini?"
"Maaf Nona, saat ini Tuan Christian Oliver tidak berada di sini semenjak dirinya pergi sore tadi." Via memberi penjelasan sebenarnya.
"Apa? iya belum kembali. Baiklah, terus hubungi aku kalau ada informasi yang bisa kamu berikan." Setelah berkata demikian, Chiara langsung mematikan sambungan seenaknya.
Via tertegun kemudian memandang keluar jendela dari unit kamarnya. Iya tak mengerti dengan jalan pikiran Ciara yang memintanya pergi ke Dubai hanya untuk memata-matai kekasih dari wanita itu. Sebenarnya Via sempat menolak, namun Chiara mengancamnya akan menjauhkan Julia dari ayahnya Suryo Joyo. Melihat air mata diwajah Julia waktu itu, akhirnya Via pun luluh dan menuruti keinginan Chiara. Selain itu juga, menurut Chiara saat ini perusahaan Suryo Joyo tengah diambang kebangkrutan. Hingga sang ayah kesulitan untuk mendapatkan perawatan yang terbaik dikarenakan biaya yang mahal dan akhirnya Vialah yang harus bekerja guna mencari biayanya untuk pengobatan Sang Ayah. Padahal itu adalah upaya Chiara untuk menjauhkan Via dari keluarga besar Suryo Joyo. Karena menurut pengacara keluarga Suryo Joyo beberapa puluh persen harta kekayaannya akan diwariskan kepada pihak Via dan juga Julia selaku ahli waris.
Masih jelas diingatan Via, saat Chiara berkata.
"Aku yang akan mengatur semuanya. Kau hanya harus pergi ke PT tempat penampungan para TKI, setelah itu serahkan semuanya padaku." Chiara berkata dengan keangkuhan yang dimilikinya.
Chiara kemudian menghubungi seseorang yang akan yang akan menjemput Via dari kediamannya. Via menangis karena akhirnya harus berpisah dengan ibu dan ayahnya yang baru beberapa saat bertemu.
*****
Via terbangun saat mendengar suara berisik dari arah pintu depan unit. Via segera memakai cadarnya lalu melihat apa yang terjadi. Via melihat Chris berjalan dengan terhunyung sambil meracau tak jelas lalu tertidur di atas sofa. Via segera mendekat dan membantu Christ membuka dasi, kemeja dan sepatu pria itu. Setelah selesai ia membantu memapah Christ ke kamar lelaki itu. Karena berat tubuh Christ dua kali lipat dari dirinya, maka secara tidak sengaja dia terjatuh bersama Christ di atas tempat tidur hingga cadar yang Via kenakan terlepas. Untunglah Chris sedang mabuk dan tidak akan menyadarinya. Pada saat bersamaan terdengar ocehan tak jelas dari mulut Chris. Ia berkali-kali memanggil nama Olivia. Membuat Via tertegun.
"Oliv, kamu dimana Olivia … !" racau Christian sambil terkekeh, lalu detik berikutnya langsung menangis tak jelas.
Via tak tahu siapa Olivia. Bahkan berulang kali Chris memanggil nama 'Olivia' saat matanya terpejam. Saat ini Via kesulitan bergerak karena posisi Chris berada tepat di sampingnya yang menindih tangan juga rambut panjangnya. Sekuat tenaga Via terus berusaha menjauhkan pria itu dari sisinya. Namun usahanya sungguh sia-sia. Racauan semakin tak jelas keluar dari mulut Chris, sebelum lelaki itu akhirnya terlelap.
Via menekan dadanya yang berdebar kencang. Itu adalah pertama kalinya Via berinteraksi sangat dekat dengan lawan jenis. Bahkan kini wajahnya memerah karena malu. Via berjalan ke arah wastafel dan menatap wajahnya di cermin. Ia tertegun memperhatikan wajahnya. Walaupun dirinya memiliki kulit putih dan wajah yang lumayan cantik, namun cacat di bagian pipi kiri hingga lehernya membuat Via bersedih.
Siapapun yang melihat wajah itu pasti akan merasa jijik.
Selama hidupnya, tak ada satupun lelaki atau wanita yang mau berteman dengan dirinya. Hanya sang ibu, Julia yang mau bersabar merawat dan membimbing sekaligus menjadi teman untuk berbagi segala kesedihan yang mereka alami. Orang-orang sekitar hanya melihat dirinya dan juga Julia sebagai keluarga misterius yang selalu bersembunyi dibalik rumah yang keadaannya sangat memprihatinkan.
Setelah kedatangan Chiara waktu itu, Via berpikir hidupnya akan menjadi lebih baik dan tak harus kesulitan lagi dalam mencari makanan sekedar untuk mengganjal perut medesa, yang lapar, tapi kenyataan yang kini dihadapinya malah berbanding terbalik dengan apa yang dibayangkannnya. Apalagi Via harus pergi jauh meninggalkan semuanya, lebih buruk dari itu, dirinya harus jadi mata-mata dan melaporkan semua gerak gerik tuannya, tentu saja kepada wanita yang mengaku sebagai kakaknya, meski berbeda ibu. Sungguh itu tidak mudah.
Biasanya saat di desa, jika ada orang jahat yang melukai hati anaknya, maka Julia selalu pasang badan untuk membela. Tapi berbeda jauh dengan tempat ini, siapa yang sudi memberikan pembelaan jika suatu saat dirinya terkena masalah? Tentu tidak ada

Comentário do Livro (536)

  • avatar
    nr.syhiraa

    Really No

    2d

      0
  • avatar
    Ismuliadi

    semoga lebih baik

    5d

      0
  • avatar
    Wiwi Ivan

    bgus

    5d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes