logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Istri Cacat CEO

Istri Cacat CEO

Bun Say


Bab 1

Christian Oliver adalah seorang CEO yang tampan, mapan, kaya dan juga terkenal karena kepiawaiannya dalam mengelola bisnis.
Namun, hidup Christian sungguh menyedihkan.
Di usianya yang akan menginjak usia 29 tahun, dirinya tidak diijinkan oleh Sang Ayah untuk berhubungan dengan wanita manapun.Alasannya karena dirinya sudah dinikahkan sejak remaja dengan Olivia, anak dari sahabat Sang Ayah.
Masalahnya adalah, Olivia hingga saat ini masih belum ditemukan keberadaannya, walaupun Christian sudah mencarinya selama bertahun-tahun.
Padahal tanpa Christ sadari, Olivia selalu berada dekat di sampingnya.
Istri Cacat CEO
Bab 1
James mendengus kesal, setelah mendapat informasi bahwa anaknya tengah berkencan di sebuah hotel bintang lima bersama dengan seorang gadis yang berpenampilan seksi, bajunya bahkan tak bisa menutupi seluruh bagian inti wanita itu.
"Bawa aku ke tempat anak itu."
*****
Pintu diketuk, asisten pribadi lelaki itu masuk.
"Tuan muda, Ayah anda tengah menuju kesini," Bram, menginterupsi. Chris yang hampir mendaratkan ciuman ke arah Chiara, langsung menghentikan aksinya.
"Sayang aku akan menemuimu nanti," ujar Chris lalu mencium lembut pipi sang kekasih, Chiara. Chris beranjak bangun dari duduknya Ialu menyuruh pengawal pribadinya untuk mengantarkan gadis tersebut menuju kendaraannya.
"Silahkan ikut saya, Nona," ujar si pengawal dengan hormat.
Chiara menghentakkan kakinya kesal, kencan bersama sang kekasih lagi-lagi digagalkan oleh calon Ayah mertuanya.
Chiara sangat kesal sekarang dan tak berharap banyak dari hubungannya bersama Chris karena James tak pernah memberikan restunya.
Pintu ruangan itu terbuka, beberapa pengawal pribadi berjajar rapi, setelahnya James masuk.
"Dad?"
"Ku ijinkan kamu menjalin cinta dengan wanita manapun, namun tidak sampai membuatnya hamil apalagi menikahinya. Karena sejak kecil hidupmu ditakdirkan untuk melindungi dia!" hardik james.
"Wanita yang bahkan lenyap ditelan bumi?" tanya Chris, kepalanya dipenuhi kekesalan saat ini.
"Dan tugasmu adalah mencarinya sampai ketemu!" tegas James tak kalah kencang.
"Dad, kau bahkan lebih tahu, bagaimana aku mencari Oliv seperti orang gila selama ini hingga membuatku putus asa dan sepertinya aku menyerah." Chris memijat kepalanya pelan. Rencananya malam ini bersama Chiara berantakan dan semua itu karena ayahnya yang terlalu otoriter.
"Apa, menyerah? Semudah itu? Aku tak membesarkanmu untuk jadi pecundang, Chris. Berusahalah lebih keras lagi."
"Sampai kapan, Dad. Katakan?"
James berpikir sejenak, kemudian berkata.
"Dua tahun lagi. Setelah itu kau bebas dalam menentukan hidupmu." Chris mengangguk, merasa mendapat angin segar. Dua tahun tidaklah lama, pikirnya.
James melemah, tidak sekasar tadi. Ia menepuk pundak anaknya.
"Setelah kau bertemu Oliv, terserah dia yang akan memutuskan, apakah kalian akan bersama atau sebaliknya. Namun aku selalu berharap, semoga kalian bersama selamanya."
"I'm not sure, Dad."
🍒🍒🍒🍒🍒
Tampan, mapan dan terkenal, tak membuat hidup Christian Oliver bahagia. Setelah sang ayah menjodohkannya sedari kecil dengan anak sang sahabat, Olivia Wijoyo. Namun sang gadis tak pernah ditemuinya, bahkan setelah Chris mencarinya selama bertahun-tahun. Hingga membuatnya hampir menyerah. Chris tahu, janji ayahnya kepada sahabatnya harus terwujud. Chris sudah mencari Olivia kesana-kemari, namun hanya kegagalan yang dia dapat.
Via sedikit berlari ketika pintu rumahnya digedor dari luar. Lalu membukanya segera.
"Oh, ya ampun!" Wanita itu langsung berpaling muka "Cepat tutupi wajah si*lanmu itu!" hardiknya. Via lupa akan keadaan dirinya. Ia berbalik lalu segera meraih kerudung dan menutup sebagian wajahnya.
"Maaf, anda siapa?" Wanita itu tak menjawab. Langsung melenggang masuk ke dalam rumah yang bentuknya sudah tak beraturan dan hampir rubuh. memindai sekeliling lalu bergidik seperti jijik.
"Jadi, selama ini kalian tinggal di gubuk ini rupanya," Chiara tersenyum mengejek.
"Maaf Nona, jika anda datang kesini hanya untuk menghina kami, sebaiknya anda segera pergi!" usir Via.
"Jangan sombong kamu anak ha*am!" kecam Chiara.
"Jaga bicara anda, Nona. Sebelum saya robek mulut anda yang tajam itu!" gertak Via.
"Kamu sama saja seperti ibumu," ejeknya.
Via memang miskin, ia sadar itu. Tapi ia tak akan membiarkan orang lain menghina dirinya. Hidup dibawah garis kemiskinan bukan keinginannya. Semua sudah suratan takdir. Toh, selama ini ia tak pernah mengemis pada siapapun untuk meminta makan.
"Panggilkan wanita itu, cepat!" bentak Chiara. Ia melihat Via mematung.
"Tentu saja ibumu, bo*oh!" lanjutnya kemudian.
"Ibu tak ada di rumah, beliau sedang pergi ke ladang."
"Aku akan menunggunya!" Chiara duduk di kursi rotan yang sudah nampak lapuk dimakan usia. Tak lama seorang wanita datang, dengan karung kecil yang dipikulnya. Isinya sayuran dan juga umbi hasil dari keterampilannya berladang.
"Non Chiara?" Julia berkali-kali memandangi gadis itu. Ia takkan lupa dengan wajah itu. Meski sudah lama mereka berpisah. Chiara adalah anak tirinya. Tak terasa sudah belasan tahun lamanya sejak wanita itu diusir dari rumah kediaman Suryo Joyo.
"Oh, kamu masih ingat rupanya." Chiara mendelik.
"Ada apa Non Chia mencari kami?" tanya Julia akhirnya.
"Papa sakit dan dia ingin bertemu kalian. Jadi segeralah bersiap."
Setengah jam kemudian mobil mewah membelah jalanan desa yang menjadi tontonan warga sekitar.
🍒🍒🍒🍒🍒
Kendaraan mewah itu berhenti di sebuah halaman rumah mewah milik keluarga Suryo Joyo. Julia mematung sesaat setelah turun. Teringat bagaimana hidupnya seperti neraka di tempat itu.
"Ibu baik-baik saja?" Via bertanya, lalu menggandeng tangan sang ibu.
Julia mengangguk. "Iya. Ayo, kita masuk."
Seorang lelaki paruh baya terbaring lemah dengan selang infus menempel di tangannya. Dialah Suryo Joyo, suami yang telah mengusir Julia dari kediamannya bertahun-tahun lalu.
"Ju-julia …" panggilnya tak bisa didengar, nafasnya terasa sesak saat wanita di depannya mulai menangis tersedu.
"Maafkan aku …" tangan Suryo sedikit bergerak. julia meraih tangan yang mulai keriput, lalu menggenggamnya erat, hatinya iba.
"Dari dulu aku sudah memaafkanmu."
"Oliv …" Suryo ingin sekali memanggil seorang gadis yang berdiri mematung di belakang istrinya, namun lagi-lagi mulutnya terkunci. Julia menoleh ke arah Via, kemudian memberi isyarat agar ia mendekat.
"Dia ayahmu, orang yang selama ini kamu rindukan, Nak."
Via mendekatkan kepalanya di dada Sang Ayah, lalu mulai menangis. Kerinduannya selama ini akan sosok Sang Ayah, akhirnya sirna.
"Maafkan Ayah, Nak. Selama ini sudah membuat kalian menderita," batin Suryo berbicara, sedangkan mulutnya kaku untuk mengucap. Sudah lama ia menderita stroke.
"Aku sangat merindukanmu, Ayah." Via menangis tersedu. Bertahun-tahun ia bertanya pada Sang Ibu mengenai keberadaan ayahnya, namun Julia selalu bungkam dan menjawabnya dengan tangisan.
Tiba-tiba Chiara masuk ke ruangan. Tangannya melipat di dadanya lalu menyunggingkan senyum mengejek melihat reuni kecil keluarganya.
"Aku ingin bicara dengan kalian berdua, ikuti aku!" perintahnya tanpa melirik kepada Suryo. Via dan Julia saling pandang sebelum akhirnya mengikuti keluar ruangan.

Comentário do Livro (536)

  • avatar
    nr.syhiraa

    Really No

    2d

      0
  • avatar
    Ismuliadi

    semoga lebih baik

    5d

      0
  • avatar
    Wiwi Ivan

    bgus

    5d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes