logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Kontrakan 200 Ribu

Kontrakan 200 Ribu

Susi_Riyanti


Capítulo 1 Suara siapa yang menangis di video live ku

h
Sebuah koran teronggok di bangku halte busway. Tulisan tentang iklan kontrakan menarik minat seorang pemuda untuk mengambilnya. Setelah mengamati sekeliling, memastikan koran itu tak bertuan barulah pemuda itu mengambilnya, lalu duduk dan membacanya.
Dialah Aldo. Pemuda yang sedang mencari kontrakan untuk ia tinggali sementara. Sebagai lulusan teknik komputer, Aldo kini sedang merintis sebagai konten kreator di berbagai media sosial. Mulai dari You*ub, T*ktok dan IG.
Sudah mengantongi ratusan ribu Subscriber membuat Aldo ingin fokus dengan pekerjaan barunya sebagai Youtuber atau konten kreator. Maka dari itu, ia membutuhkan sebuah ruangan atau kamar khusus, agar bisa lebih fokus bekerja.
Setelah beberapa kali mencari di lembar iklan koran itu. Pandangan Aldo tertuju pada sebuah iklan yang tertulis angka dua ratus ribu rupiah per bulan. Harga yang sangat murah untuk kontrakan di ibu kota metropolitan.
Letaknya juga sangat strategis di daerah pusat Jakarta. Aldo pun langsung menghubungi nomor yang tertera.
"Halo, benar dengan kontrakan Kenanga?"
"Iya, benar. Ada apa ya, Mas?"
"Kontrakannya, masih kosong gak, Mba?"
"Oh. Masih-masih. Mas mau nyewa?"
"Serius itu dua ratus per bulan?"
"Serius. Beneran, Mas. Dua ratus ribu rupiah per Bulan? Kok murah banget ya, Mba?"
"Ya, sudah dua juta aja kalau gitu,"
"Eh, enggak. Saya cuma mastiin aja."
"Ya sudah. Minat, gak?" Ibu di sebrang telepon sepertinya kesal.
"Iya minat." Aldo buru-buru mengiyakan.
"Datang saja ke alamat itu, kalau sudah dekat, telepon saya. Nanti saya jemput dekat gangnya."
Telepon pun terputus. Aldo bergegas menuju alamat di iklan itu. Jalan kenanga no 45. Dengan menaiki ojek online, Aldo berangkat menuju alamat itu.
Selang tiga puluh menit perjalanan akhirnya sampai di alamat itu. Hanya sebuah gang yang berdiri tiang listrik di sebelah sisinya dan tukang bakso di sisi sebelahnya lagi.
Sebenarnya jaraknya dekat, hanya karena melewati jalan utama yang sibuk, jadilah terjebak macet dan harus berlama-lama di atas motor.
Karena tak melihat adanya tanda-tanda kehidupan, Aldo pun menghubungi nomor tadi.
"Mba, saya sudah di depan gang. Dekat tukang bakso."
"Iya, saya ke sana sekarang."
Tak lama, seorang wanita paruh baya muncul dari dalam gang." Mas yang mau ngontrak, ya? Mari ikut saya!"
Aldo pun mengikuti ibu tersebut. Hanya melewati beberapa rumah saja, sudah sampai di kontrakan yang di maksud.
Sebuah gerbang bergaya ghotik klasik menyambut saat akan memasuki kontrakan itu.
Bangunan dua lantai dengan empat kamar berderet di lantai dua. Sedangkan rumah seperti rumah pemilik di bawahnya.
"Ini yang dua ratus ribu." Ibu itu menunjukkan kontrakan paling ujung. Ibu itu membuka pintunya. "Silahkan, lihat-lihat dulu."
Kontrakan berukuran 4x6 meter cukup luas untuk ditinggali sendiri oleh seorang bujangan.
Sebuah ruangan tanpa sekat lalu dapur dan kamar mandi kecil di belakang. Semua bersih dan rapi. Aldo pun menyukainya.
"Oke, saya ambil, Bu. Ini. Satu juta. Saya bayar lima bulan sekaligus." Aldo menyerahkan sepuluh lembar uang merah pada Ibu itu.
Sengaja Aldo bayar dimuka, takut Ibu itu berubah pikiran dan harganya jadi naik.
Aldo sangat senang bisa mendapat kontrakan yang cukup luas dengan harga murah di Ibu kota ini, membuatnya lebih fokus dan bisa leluasa mengedit atau membuat rekaman tanpa harus takut mengganggu orang lain.
Sudah ada kasur, selimut dan lemari disediakan oleh pemilik kontrakan. Aldo tak perlu repot banyak membawa barang. Cukup sebuah meja untuk meletakan laptopnya dan kursi untuk ia duduk agar nyaman memainkan jemari di keyword.
Setelah ibu kontrakan pergi, Aldo mulai berbenah. Suasana ruangan itu jadi dingin seketika. Ditambah tak ada jalan cahaya. Walau siang hari pun, lampu harus tetap di nyalakan.
Tiba-tiba bau anyir darah menyeruak. Aldo sampai terbatuk-batuk dan mau muntah. Ia lalu membuka pintu dan keluar. Sengaja pintu dibiarkan terbuka agar udara bisa masuk mengganti bau yang entah dari mana.
Hari sudah mulai petang. Matahari telah terbenam meninggalkan rona kemerahan di langit ufuk barat. Seiring dengan lantunan azan berkumandang. Sunyi dan sepi saat malam menjelang di kawasan itu. Hanya ada lampu-lampu bisu dan angin yang berpindah tempat.
Aldo yang berniat mencari makan, tapi karena merasa suasananya menyeramkan, ia mengurungkan niatnya dan kembali ke dalam kontrakan untuk berbenah.
"Siaran live asyik nih," ujar Aldo. Ia lalu menghidupkan handphonenya dan melakukan siaran live.
"Hai gais ini kontrakan baru aku. Lelah banget seharian nyari, baru dapet. Yuk temenin aku beres-beres," ucap Aldo pada layar kamera.
Lalu sebuah chat memberi komentar.
"Do, kok rame banget. Ada pesta ya di belakang?"
"Do, itu yang nangis siapa?"
"Do, ada yang ngejerit"
Aldo yang membaca komentar di layarnya seketika merinding.
"Jangan bercanda ah. Gak lucu. Orang aku sendirian di sini. Hahaha" jawab Aldo. Ia pun meneruskan kegiatan beres-beresnya sambil berbicara pada kamera. Setelah selesai memasang sprei pada kasurnya, Aldo pun mengecek kembali komentar-komentar penontonnya.
"Do, serius ada yang nangis."
"Iya, aku juga denger."
"Dia sengaja kali bikin konten horor."
"Do, cewe yang disuruh nangis sama Lo, menghayati bgt. Persis bgt kun-kun"
Aldo panik. Semua penontonnya mengatakan kalau mereka mendengar suara tangisan. Aldo menghentikan siaran langsungnya dan mengecek kembali video yang ia buat tadi.
Anehnya videonya susah kembali di putar. Loading. Aldo pun menelepon sahabatnya yang tadi ikut berkomentar.
"Ref, tadi beneran kamu denger suara perempuan nangis di video live ku?
"Iya, bener. Malah temen-temen lagi rame bahas kamu. Katanya ide kamu bikin konten horor sukses bikin mereka merinding."
"Aslinya, Ref? Jangan bercanda."
"Ya elah masa gue bohong,"
Lalu video itu terputar dengan sendirinya. Ada suara Aldo yang sedang bicara dan benar, ada suara tangisan seorang wanita.
Tangisannya sangat memilukan. Semakin lama-semakin keras. Aldo jadi paranoid. Jelas-jelas ia hanya sendirian saat gambar itu di ambil.
Lalu bagaimana bisa ada suara yang ikut terekam?

Comentário do Livro (238)

  • avatar
    PurnamaDian

    baru baca uda seru, mantap jiwa ni, bagi penyuka jantung dagdigdug wajib baca ni

    03/06/2022

      1
  • avatar
    Nur MaulidanattaM. Rifky

    IH BAGUS BANGETT NOVEL NYA SAMA SEREM BANGETT😥 TPI SERU😆 POKOKNYA BINTANG 5 DONG😆👍🏻

    20/05/2022

      0
  • avatar
    IdrisZunnurain

    boleh dibayangkan suasana dan tempat kejadian. buat lebih banyak cerita yang berkualiti dan menarik!

    17/05/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes