logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

#7. Jurina Erenwall

Melalui ketinggian takhta kepemimpinan, Duke memandangi putra tunggalnya lamat-lamat. Seakan sedang meneliti apakah anak laki-laki yang tengah bersujud di bawah adalah anak kandungnya atau tubuh anaknya namun dirasuki entah Iblis dari mana.
Dini hari tersebar kabar mengenai Ahli Waris tak kunjung pulang semalaman setelah meninggalkan kediaman untuk mendatangi pesta ke rumah Marquez Oscar. Selepas itu belum ada kabar Veen kembali sama sekali.
Kepala Pelayan Duke memberitahu segala informasi yang terjadi baik diluar maupun didalam rumah, sehingga meskipun Duke tidak sering menetap dan lebih banyak berkeliaran memburu bangsa Iblis dari Hutan Kegelapan, Duke tetap mampu memantau situasi melalui informasi teratur pemberian Kepala Pelayan.
Putranya saat ini bukan tipikal orang mudah bergaul dengan orang lain, memang benar ketika kecil putranya sering mendambakan sebuah pertemanan, kasih sayang, dan sejenisnya. Tetapi orang-orang terlanjur terpaku pada label jahat pada setiap keturunan Demonia Purpura. Sehingga meskipun Veen masih anak kecil dan belum mengetahui tentang kekejaman dunia. Masyarakat pasti akan tetap mewaspadai setiap gerak-geriknya.
Manusia secara naluriah memiliki perasaan antisipasi terhadap bahaya yang datang mendekat. Ketika mereka berpikir sesuatu tersebut berbahaya, maka mereka secara mandiri akan menjauhi sesuatu tersebut supaya tidak tertimpa kesialan atau ketidakberuntungan.
Semenjak memasuki usia sepuluh tahun, Veen tak lagi menunjukkan keinginan untuk diberi kasih sayang atau bertekad mendapatkan seorang teman. Pribadi antisosial Veen bahkan melebihi Duke sendiri saat masih muda. Benar-benar sifat buruk yang menurun total pada sang anak satu-satunya.
"Putraku tidak akan mungkin menginap di rumah orang lain begitu sembarangan, jadi siapa kau?" Duke bertanya dingin, ekspresi tegasnya sering kali membuat orang bergetar walau hanya sekedar memandang. Aura menindas disekitar takhta semakin menekan, hawa dingin berhasil menyelimuti seluruh ruangan.
Sebuah aura mendominasi yang akan timbul dengan sendirinya ketika seseorang telah membunuh banyak nyawa, baik manusia atau Iblis.
Veen dalam posisi masih bersujud, menjawab acuh tak acuh, "Saya putra Duke. Semalam karena terlalu larut untuk kembali, saya memutuskan untuk menginap selama satu malam."
Paras tampan Duke tidak sedingin sebelumnya, mata ungu gelapnya bersinar beberapa saat. Seakan baru saja menemukan hal menarik, "Apakah ada sesuatu di sana yang menarik perhatianmu? Apakah itu harta magis? Batu sihir kuno? Artefak kuno? Jika salah satu dari tiga itu, katakan padaku dan aku akan mengambil semuanya. Kekaisaran kita semakin berselisih denga kekuatan Balai Pelindung, seandainya kita mendapatkan benda-benda kuno memuat kekuatan sihir, Kekaisaran bisa memiliki kekuatan lebih unggul."
Inilah sifat buruk Duke.
Tidak perduli benda tersebut milik orang lain, kalau memang benda tersebut berguna bagi kepentingan Kekaisaran, maka Duke tidak segan-segan menjungkirbalikkan semuanya demi mendapatkan harta yang diinginkan.
Tabiat buruk ini pun menurun pada Veen sebagai putra biologis. Namun sifat serakah Veen lebih terkendali dan terkontrol, sosoknya lebih menyukai membunuh diam-diam saat malam tiba dari pada beraksi saat matahari masih bersinar terang. Karena dia berpikir, darah menggenang serta tumpukan mayat tanpa anggota tubuh utuh terlihat lebih indah saat diterangi sinar temaram rembulan malam.
Pun tidak menimbulkan keributan dan dia bisa menghapus semua jejak. Meskipun orang sudah menebak siapa pelaku sebenarnya, mereka akan tetap diam ketika tidak ada bukti sama sekali.
Bukannya sangat menyenangkan saat melihat seekor tikus berbondong-bondong ingin mencuri keju dari salah satu rumah, tetapi mereka tersadar jika pemilik rumah memasang banyak jebakan tajam dan obat pembasmi yang bisa membunuh mereka tanpa ampun.
"Tidak Ayah. Mereka tidak mempunyai benda-benda kuno magis.”
Jawaban Veen benar-benar mengecewakan perasaan bersemangat Duke.
"Lantas faktor penting apa yang membuatmu menetap? Tidak mungkin karena malam terlalu larut. Aku tetap mengenal sifatmu meski kita tidak menghabiskan waktu bersama seperti pasangan Anak-Ayah pada umumnya."
"Saya tertarik dengan putri mereka."
Duke sontak terdiam.
Bah! Jangan bilang bocah ini jatuh cinta?
Sebentar, Duke sedang mengingat tahun kapan dia mulai tertarik kepada seorang perempuan? Tertarik pun bukan tertarik cinta, melainkan tertarik untuk mencabut bola mata si perempuan yang terlihat terlalu indah sehingga membuat Duke ingin menjadikannya sebagai permata hiasan.
Cillian—Kepala Pelayan, membungkuk kemudian berbisik tepat ditelinga sang majikan, "Mungkin Tuan Muda memasuki masa puber. Hal normal jika beliau mulai tertarik dengan lawan jenis."
Menutup wajah menggunakan kelima jari yang ramping, Duke melirik anaknya lewat sela-sela, tatapan iris ungu bersinar tampak menggelap berkilat emosi, "Veen, sebagai keturunan setengah Iblis. Seharusnya kau tahu aturan yang patut dipatuhi."
"Ya, Ayah. Saya mengerti. Tidak boleh mencintai siapapun meskipun itu adalah keluargamu sendiri karena makhluk setengah Iblis tidak pernah diterima oleh manusia dan Iblis sekalipun."
"Bagus jika kau masih mengetahui aturan keluarga ini. Sekarang kau boleh pergi. Latih lagi kemampuan pedangmu, ujian ketrampilan akan aku ajukan saat musim semi ini berakhir. Sedangkan waktu akhir tahun, aku ingin kau memasuki Hutan Kegelapan, dapatkan sesuatu berharga untukku."
"Putra ini mendengarkan Ayah."
"Pergilah."
Cillian menampilkan ekspresi sendu tatkala punggung Veen mulai menjauh lalu menghilang dari balik pintu raksasa berhiaskan kepala singa bermata ungu. Tuan Muda tampak setiap pagi sering tampak kesepian saat berjalan sendirian menelusuri lorong panjang kediaman, ekspresinya selalu datar dan tidak menunjukkan emosi. Cillian sedih harus melihat Tuan Muda seperti itu.
"Cillian ..." Panggil Aster—lirih sekali. Kepala pria menawan tersebut bersandar pada punggung takhta. Manik mata ungunya menatap Kepala Pelayan seakan meminta jawaban.
"Duke, anda tidak boleh melakukan hal di luar batas."
"Aku tahu, saat melihatnya .... aku sangat ingin membunuhnya. Namun aku tidak bisa."
Sinar mentari menembus sedikit demi sedikit melewati celah, memasuki ruangan gelap kemudian mulai menyebarkan silau cahaya terang. Ibaratkan seorang peri baru saja memberkati tempat tergelap di dunia untuk menyebarkan kebahagiaan dan kedamaian.
Lima belas tahun lalu, semuanya masih berjalan indah. Perempuan yang berhasil membuatnya takluk masih berdiri tepat di samping Aster dan bertanya dengan lembut bagaimana harinya berjalan, apakah baik atau buruk.
Jurina Erenwall—mendiang istri Aster sekaligus Ibu kandung Veen, merupakan putri tertua Marquez Erenwall dari wilayah Kekaisaran Karies. Pernikahan ini awalnya termasuk bagian dari janji perdamaian sebab di antara dua Kekaisaran ini sering terjadi konflik.
Aster berpikir Jurina sama saja dengan perempuan-perempuan lain yang mendekatinya karena ingin mendapatkan kekuasaan dari status Istri Sah Duke. Apalagi Aster tidak pernah mengangkat seorang selir, banyak orang mengatakan Jurina sangat beruntung mendapatkan suami setia seperti Aster.
Akan tetapi kehidupan rumah tangga mereka tidak lebih dari sekedar perjanjian kontrak di atas lembaran kertas resmi. Hubungan suami-istri sesungguhnya tidak pernah keduanya jalani.
Cillian termasuk pemeran utama yang membantu terjalinnya hubungan erat antara suami istri tersebut.
Jurina tidak mencintai atau membenci Aster sebab dia rela menikahi Aster atas nama Kekaisaran Karies. Bertahun-tahun hidup bagaikan orang asing, diam-diam Jurina mencintai Aster sebagai sosok suami.
Sikap dan tempramen Aster memang buruk dan kejam. Namun pria itu tetap tidak pernah membiarkan Jurina melihat sosok buruknya sebagai tanda menghargai satu sama lain. Sejak saat itu Jurina berpikir Aster adalah suami yang baik. Perempuan itu berusaha mendekati Aster dan meluluhkan hatinya meski harus menelan waktu cukup lama.
Sekitar dua tahun masa penaklukan Jurina terhadap binatang buas seperti Aster.
Penyebab utama Aster luluh bukan karena usaha keras dan sikap pantang menyerah Jurina. Namun ada hal lain, sesuatu yang membuatnya merasakan kedamaian serta kepercayaan mengenai sesuatu dalam genggaman tangannya.
[Aster, aku istrimu, selamanya aku hanya akan menjadi milikmu dan selalu menemanimu.]
Tidak pernah Aster merasakan perasaan bahagia bisa mendapatkan seseorang yang tidak akan pernah meninggalkannya. Seseorang yang selalu menyambutnya dengan senyuman ketika pulang, seseorang yang selalu menemaninya dalam keadaan apapun, seseorang yang akan memeluknya ketika darah Iblis bangkit dan menyita kewarasan pikiran manusianya.
Setengah tahun setelah Aster dan Jurina menjalani hubungan asmara yang damai dan penuh cinta. Tiba-tiba Jurina dikabarkan sedang mengandung calon penerus Kekaisaran. Tetapi Dokter mengatakan ketika bayi lahir, Aster harus memilih salah satu dikarenakan kondisi tubuh Jurina adalah tubuh manusia biasa. Sedangkan keturunan Demonia Purpura sejak bayi selalu menggerogoti jiwa sang Ibu, kecuali jika sang Ibu adalah ahli sihir. Maka kemungkinan selamat setelah melakukan persalinan sangat terjamin.
Proses melahirkan terlalu berat untuk Jurina tanggung.
Segala cara Aster lakukan supaya Jurina mau menggugurkan Veen. Nahas, Jurina menolak. Bahkan malah marah dan tidak mau berbicara dengan siapapun selama satu minggu. Akhirnya Aster menyerah, membiarkan Jurina mengandung anak mereka.
Kelahiran Veen bertepatan dengan rusaknya tabir pelindung Hutan Kegelapan. Balai Pelindung dan Tiga Kekaisaran turun tangan menutup celah tabir bersama-sama. Pada setiap detik yang berjalan, Aster merindukan Jurina dan berharap istrinya baik-baik saja.
Tetapi takdir berkehendak lain. Saat Aster memasuki kediaman, tidak ada lagi senyuman hangat sebagai penyambut, justru tangisan para maid yang menyambutnya. Kala itu, hujan turun sangat deras, suara petir terdengar menggelegar seakan ingin memecah langit.
Jurina .... sudah menutup mata untuk selamanya. Surai hijaunya yang seindah padang rumput terurai acak-acakan, sepasang mata biru mengalahkan kecerahan langit siang—memutuskan tertutup hingga akhir dunia.
"Jurina, sebenarnya mengapa kau mencintai Veen lebih dari pada aku? Dulu, kau mengatakan bahwa kau hanya milikku dan berjanji akan terus menemaniku, tetapi kau melanggar semua janji itu. Pergi meninggalkan aku, meninggalkan cinta ringkas kita, membawa semua harapan hidupku, dan menyisakan makhluk yang merenggut nyawamu."
Cillian menekan kaca mata usang miliknya, menghembuskan nafas panjang sembari menunduk. Setia berdiri di belakang Aster, menunggu pria tersebut selesai berkeluh kesah di hadapan lukisan Jurina.
Nyonya Jurina .... perempuan pemberani yang sangat sabar namun kekanakan, rumah ini merindukan kehadiran Nyonya seperti anda. Semoga suatu saat nanti, akan hadir Jurina lain yang mampu merubah kediaman ini kembali menjadi rumah berisi kehangatan. Cillian menunggu masa itu datang.  

Comentário do Livro (85)

  • avatar
    AnggasAlvin

    good

    28/06/2023

      0
  • avatar
    FamkaJulia

    ceritanya bagus banget, lanjutin novelnya.

    15/01/2023

      0
  • avatar
    Kenzo

    saya sedikit terharu membaca cerita ini

    09/07/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes