logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

BAB 2

SELINGKVH ONLINE 2
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Sore adalah hari yang paling indah menurut Ayya, karena ia bisa melihat langit dengan berbagai banyak warna. Seperti hubungan yang ia jalani bersama Dean. Ada banyak warna yang menghiasi di setiap momennya. Mulai dari biru, putih, orange, abu-abu, dan juga hitam. Semuanya memiliki kisahnya sendiri. Membuat hati kian terlihat kuat dengan varian ujian kehidupan.
Ayya akhirnya pulang dalam kesendirian. Berharap sesuatu pada hal yang mulai memudar itu rasanya cukup membuat hati pedih. Ia lebih baik berjalan sendiri menyusuri jalanan sembari menata ulang apa maunya. Langkah dan pikirannya mulai melayang entah ke mana. Membayangkan sang pria bersama wanita lain membuat hatinya merasa sia-sia.
Berkelana jauh hingga melewati awan. Arah matanya yang selalu menatap ke bawah, membuatnya menabrak sesuatu.
“Aw!”
Ayya memekik. Ia kaget dan berusaha mendongak, melihat siapa dan apa yang menghalangi jalannya.
“Ini jalan umum, Mas. Ngapain berhenti di sini sih!” ucap Ayya kesal.
“Idih, malah nyalahin orang. Mbak-nya tuh jalannya yang nggak liat jalan. Kalau jalan tuh, mata natapnya ke depan, jangan ke bawah!” protes pria itu seakan tidak mau kalah.
Ayya hampir mendelik menatap pria di depannya. Harinya seketika rusak karen insiden jalan. Suasana hatinya yang mulai membaik malah kembali memburuk.
"Cantik-cantik, kok, jalannya natap ke bawah! Jalan itu harus menatap lurus ke depan,” ucap pria itu lagi.
Ayya memilih diam, mengabaikan adalah pilihan yang terbaik.
Kakinya pun tetap berjalan meninggalkan pria yang sudah membuat moodnya hancur berantakan.
“Apes bener ini hari. Udah pulang sendiri, Dean pergi berdua sama cewek cantik, ketemu pria rese pula," kesal Ayya dalam hati. Ia masih dikuasai emosi.
Saking kesalnya, Ayya tidak menyadari kalau ia sudah berada di tempat angkutan umum. Ia menaiki salah satu bus yang sesuai dengan arah rumahnya.
Ayya memilih duduk di dekat jendela. Menaiki bus sambil melihat pemandangan kendaraan berlalu lalang membuat pikirannya ikut berkelana. Earphone yang diletekkan di kedua rungunya semakin menambah perjalanan menjadi tidak membosankan.
“Maaf, Mbak ... bisa geser dikit nggak?” ucap seorang pria.
Ayya sama sekali tak merespon. Ia tidak mendengar panggilan orang di sampingnya. Ayya masih tetap saja menikmati lagu-lagu yang berputar di koleksi musik ponselnya.
Sang pria pun kembali mengeluarkan suara. Kali ini dengan intonasi nada yang lebih tinggi.
“Mbak ...! Bisa geser dikit nggak? Oi ...!" teriak sang pria untuk kedua kali.
Ayya melepaskan earphone yang melekat di rungunya. Telinganya menangkap ada suara yang tertuju padanya. Ia menoleh mencari siapa yang berbicara.
Dan ternyata .... pria itu lagi.
“Ada apa, Mas?” tanya Ayya bingung.
“Geseran dikit, semua kursi pada penuh," pintanya.
Ayya pun langsung menggeser duduknya. Sang pria mengikuti duduk di sampingnya.
“Mbak ... bukannya cewek yang tadi liatnya ke bawah ya?" tanya pria itu. Matanya menatap wanita di depannya dengan teliti.
“Idih! Kok ketemu lagi sih?! Sempit amit dunia ya?” jawab Ayya asal. Padahal hatinya sudah kesal setengah hidup. Ia sudah berpura-pura tidak ingat tapi malah diingatkan lebih dulu.
“Jodoh kali, Mbak ....”
“Em, boleh tahu namanya nggak?” tanya pria itu lagi. Kali ini suaranya tak sejutek barusan. Nadanya juga terdengar sudah sok akrab.
Ayya melirik sekilas. Tampangnya lumayan, sebelas dua belas sama Dean. Mungkin jika mereka bersama bisa seperti pinang dibelah dua.
“Ayya,” jawabnya singkat.
“Ata,” jawabnya juga tak kalah singkat.
Setelah saling tahu nama masing-masing, mereka berdua terdiam hingga bus berhenti. Ayya melangkahkan kakinya keluar tanpa sepatah kata pun lalu meninggalkan pria yang bernama Ata.
Sedangkan Ata, senyumnya justru merekah menatap kepergian Ayya.
“Teruslah tersenyum, Ay. Walau kau tidak mengenalku, tetapi aku akan selalu mengenalmu lebih dari pria yang telah membiarkan dirimu pulang dalam kesendirian,” lirihnya dalam hati.
Inilah makna perasaannya. Rasa yang tak pernah bisa terungkap karena dia milik orang lain. Membuatnya tersenyum, menjaganya dalam diam, hanya itulah cara mengungkakpan isi hatinya.
Walaupun bus kembali berjalan, hatinya justru tertinggal di tempat yang sudah ada pemiliknya.
Ata menatap sekeliling ruangan bus, hanya tersisa beberapa penumpang saja. Sebentar lagi dirinya juga akan sampai pada tempat tujuan.
“Kiri, Bang ...!”
Ata berteriak agar suaranya bisa terdengar oleh supir bus. Kemudian dengan perlahan, kedua kakinya pun melangkah berjalan keluar bus. Kebetulan rumahnya memang tepat di pinggir jalan, jadi mudah kalau untuk mendapatkan angkutan umum.
“Hai, By ... baru pulang ya?” tanya tetangga sebelah rumah.
“Iya, Bu. Mari ....”
Sopan santun seperti ini sering terjadi sebagai bentuk perhatian kepedulian antar tetangga.
Ata merasa senang karena banyak tetangga yang selalu bersikap ramah dengannya.
Setelah sampai rumah, Ata langsung membersihkan diri dan dilanjutkan dengan makan. Saat keadaan dirinya sudah menjadi lebih rileks, ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Ia membuka aplikasi biru dalam ponsel. Matanya lagi-lagi tertuju akan unggahan status milik Ayyara.
Ayyara
‘Menabrak sesuatu yang sudah pasti menghalangi jalan kita itu lebih baik, kita bisa langsung mengungkapkan rasa kekesalan. Akan tetapi, jika hati yang menabrak? Kita hanya bisa diam tanpa kata, karena jika sampai rasa itu terungkapkan, akan ada kehancuran yang bertebaran.’
Ata pun dengan iseng memberikan komentar.
Byakta
‘Emang yang ditabrak apaan? Kok, bisa sampai hancur berantakan?’
Ayya yang lagi asyik rebahan manja di kamar langsung membalas komentar dari Byakta. Rasanya mulai seperti candu bisa berbalas komentar dengannya.
Ayyara
‘Hatiku.’
Terlihat tulisan seseorang sedang mengetik balasan, tetapi satu pesan baru mengalihkan perhatiannya.
Dean
[ Kamu baik-baik saja kan, Ay? Kamu gak terluka kan? Maaf ya, kalau tadi kamu harus pulang sendiri. Safira sengaja menahanku lebih lama dengan alasan makan malam dengan keluarganya. Ini aja aku baru pulang. ]
Ayya menghela napas dala, lalu membuangnya perlahan. Dean selalu saja begini, gampang merasa tidak enak akan tawaran seseorang.
Mungkin jika Safira meminta menikahinya pun, Dean akan mau mengabulkan permintaannya karena rasa tidak enaknya. Apalagi Safira sangat cantik dan pandai bersolek, belum lagi dengan segudang kekayaan yang akan diwarisinya dari sang ayah.
Lamunan Ayya tersadar saat melihat angka satu di atas gambar lonceng di aplikasi birunya. Ada yang mengomentari unggahan statusnya. Masih dari nama akun yang sama.
Byakta
‘Boleh kenal nggak? Siapa tahu hatimu tidak jadi bertebaran.‘
Ayya berpikir sejenak. Ia merasa takut kalau sewaktu-waktu komentar ini akan terekam dan terbaca oleh Dean. Ayya tidak mau Dean terpancing hanya karena kesalahpahaman semacam ini. Karena Dean termasuk tipe lelaki pencemburu jika sudah menyinggung soal wanitanya.
Jadi Ayya memutuskan meminta bertukar nomor ponsel dengan akun Byakta. Setidaknya ia harus menjaga hati Dean. Walau kenyataannya Dean tak pernah benar-benar menjaga hatinya.
Ayyara
‘Boleh aja, sih. Tapi jangan lewat komentar, gimana? Sepertinya kamu juga suka nulis puisi, siapa tahu bisa tukeran ide.’
Byakta
‘Ya, udah. Pindah aplikasi hijau aja. Ini nomorku, 085251459xxx.’
Ayya langsung menambahkan nomor yang tertera ke dalam kontak aplikasi hijau miliknya. Dengan nama Byakta.
Ayya
[ Byakta? ]
Ayya pun menuliskan pesan pertamanya. Sedetik kemudian datang pesan balasan.
Byakta
[ Ayya? ]
Ayya
[ Ditanya malah balik nanya! ]
Byakta
[ Sory. Salam kenal. ]
Ayya
[ Kembali salam kenal. Betewe, kamu suka nulis puisi juga? ]
Byakta
[ Kadang-kadang sih. Kalau lagi gabut aja. Kenapa? ]
Ayya
[ Nggak apa. Nanya aja. Byakta itu nama asli? ]
Byakta
[ Iya. Memang kenapa? Jelek ya? ]
Ayya
[ Enggakk. Bagus kok. ]
Byakta
[ Asli mana, Ay? ]
Ayya
[ Kebumen, kamu? ]
Byakta
[ Kebumen juga. Wah, nggak nyangka kalau masih satu kota. ]
Pesan berhenti sejenak. Ayya baru menyadari kalau belum membalas pesan Dean. Ayya mengetik beberapa kalimat dengan cepat lalu mengirimnya. Ia tidak mau Dean curiga karena terlalu lama membalas pesannya.
Ayya
[ Aku baik-baik saja. Dan aku juga tidak terluka. Mungkin Safira ada rasa sama kamu. ]
Pesan kali ini pun tidak terbalas. Dean mungkin sedang berpikir kemungkinan semacam ini. Sedangkan Ayya mulai merasakan ada sesuatu yang menyambungkan perasaannya kepada Byakta.
Akan tetapi, Ayya masih berusaha membuang jauh semua pikiran tentang Byakta. Ia akan berusaha menjalani pertemanan ini dengan sewajar mungkin. Ia belum sanggup kalau harus menanggung beban yang semakin menggunung.
Ayya tidak akan pernah menyadari, bahwa kemungkinan rasa dari sebuah kewajaran bisa berubah menjadi sebuah kenyamanan jika dilakukan setiap hari.
Mungkinkah Ayya akan melupakan Dean yang selama ini membersamainya? Atau justru Byakta lah jodoh yang tersembunyi?
------****----------
Bersambung

Comentário do Livro (111)

  • avatar
    ErnaoneAgoes

    cerita sangat menarik dan bikin penasaran ...

    27/12

      0
  • avatar
    saputritiara

    ya...

    18/02/2023

      0
  • avatar
    s******9@gmail.com

    sangat2 berpuas dengan jalan cerita ini

    12/02/2023

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes