logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 3 Dijodohkan

"Pelayan ...," panggilku sambil mengacungkan tangan kanan. Kemudian pelayan pun menghampiri meja kami, setelah tadi aku memanggilnya.
"Iya, Mbak," sahut si pelayan kafe, setelah sampai meja kami.
"Berapa semuanya?" tanyaku. Aku menanyakan bill makanan dan minuman, yang tadi kami makan.
"Semuanya empat ratus delapan puluh ribu rupiah, Mbak. Ini notanya," ucap sang pelayan, sambil memberikan nota kepadaku.
"Oh iya Mbak, terima kasih. Bisa pake debit kan, Mbak?" tanyaku, sambil mengambil nota tersebut.
"Bisa, Mbak, langsung aja ke kasir." Pelayan tersebut menjawabnya dan menunjuk, ke arah kasir yang berada di pojok, dekat pintu keluar.
"Iya Mbak, terima kasih, ya." Aku kembali mengucapkan terima kasih.
"Sama-sama, Mbak. Aku permisi dulu ya, Mbak," sahutnya. Pelayan pun pergi dari hadapan kami.
Aku pun berdiri dan berjalan ke arah kasir, setelah sampai aku merogoh tas untuk mengambil ATM, buat membayar makanan yang kami makan tadi. Tetapi, saat aku mau menyerahkan kartu ATM tersebut, kepada Mbak kasir, Bagas menghampiriku.
"Nis, udah biar Mas yang bayar. Masa iya, cowok di traktir cewek, sih?" Bagas berkata, sambil menyodorkan kartu ATM miliknya.
"Ih tidak apa-apa, Mas, santai aja!" Aku berkata sambil menyerahkan kartu ATMku, kepada Mbak kasir.
"Janganlah Nis, bisa malu Mas nanti. Masa iya, baru kenalan udah di bayarin cewek." Andre tetap meminta, supaya ia yang membayarnya.
"Udah enggak apa, Mas, untuk kali ini aja. Nanti lain waktu, Mas yang traktir aku." ujarku. Aku tetap memaksa, bahwa aku yang akan membayarnya.
"Mas mending susul Ratna aja, dia sudah keluar tuh!" Aku menyuruh, Bagas supaya ikut keluar aja, bareng Ratna.
"Ya udah, lain kali Mas, yang traktir kamu, ya. Mas keluar duluan," pamit Bagas. Ia pun berjalan keluar, menghampiri Ratna yang sudah duluan di sana, tanpa menunggu jawaban dariku.
"Ini Mbak," ucapku, sambil menyerahkan kartu ATM kepada Mbak kasir, setelah Bagas pergi keluar.
"Iya, Mbak," sahutnya. Mbak kasir menerimanya ATM dariku, setelah itu ia memintaku untuk memasukan pinnya. Aku pun mengetik pin tersebut, lalu kembali memberikan printer kasir, kepada Mbak kasir tersebut.
Setelah selesai membayar, aku menemui Bagas dan Ratna yang telah berada di luar kafe. Mereka sedang tertawa bersama, entah sedang membicarakan apa, sehingga membuat mereka tertawa serenyah itu.
"Nis, aku malu sama kamu. Masa iya, aku malah di traktir sama kamu. Aku yang seharusnya mentraktir kamu, bukannya kamu yang mentraktir aku. Aku ini kan cowok," ujar Bagas, saat aku sudah berada di antara mereka berdua. Mereka pun tidak lagi tertawa seperti tadi, saat melihatku menghampiri mereka.
"Oh, enggak apa-apa, Mas, selama aku bisa dan mampu. Santai aja, jangan terlalu di pikirkan." Aku berkata kepada Bagas, kalau semua itu tidaklah masalah buatku.
"Oh ya, Ratna, aku pulang ya! Kalian sudah mau masuk kantor lagi, bukan?" tanyaku.
"Iya Nis, kamu hati-hati di jalan, ya? Kamu jangan ngebut-ngebut, bawa mobilnya." pesan Ratna.
"Terima kasih, Ratna, ya udah aku duluan. Assalamualaikum," pamitkku, sembari mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam, hati-hati, Nisa!" sahut mereka berdua serempak.
Aku pun segera berlalu, dari hadapan Ratna dan Bagas, menuju parkirkan. Aku segera menaiki mobilku, setelah itu aku pacu mobil alphard ini, dengan kecepatan sedang.
Saat dalam perjalanan pulang, handphoneku berbunyi. Aku pun segera memasang headset bluetooth, di telingaku. Setelah terpasang, aku pun menyapa si penelepon.
"Hallo, assalamualaikum." Aku menyapa serta mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam, Nis." sahut si penelepon, yang ternyata adalah Papa.
"Iya Pah, kenapa?" tanyaku.
"Kamu ada di mana? Udah selesai belum, acara ketemuan sama temannya Ratna? Kalau udah selesai, tolong kamu ke kantornya Papa, ya! Papa tunggu," pinta Papa. Ia menyuruhku untuk datang ke kantornya.
"Iya, Pah, sudah selesai, kok. Ini Anisa, lagi di jalan, tadinya mau langsung pulang. Ya udah Pah, nanti Anisa, biar langsung ke kantor Papa aja." Aku menyetujui, jika aku akan langsung ke kantor Papa.
"Ok, Papa, tunggu! Hati-hati di jalan, ya Nak? Assalamualaikum," ucap Papa, mengakhiri pembicaraan kami.
"Baiklah, Pah, Waalaikumsalam." sahutku.
Setelah telepon terputus, aku kembali memacu mobilku, dengan kecepatan lumayan kencang, yaitu delapan puluh kilo meter perjam.
Tidak sampai tiga puluh menit, aku sampai di kantor pusat Papa. Kebetulan, jalanan lumayan lengang karena para karyawan sedang sibuk kerja.
Beda lagi jika pagi dan sore hari, jalanan penuh sesak karena banyak orang yang pergi dan pulang kerja. Jika pagi dan sore hari, jalanan dipenuh oleh kendaraan, baik roda dua atau pun roda empat. Membuat kepulan asap dari kendaraan, membumbung ke udara. Sehingga menambah polusi udara di metropolitan, yang terkenal dengan sebutan ibukota negara ini.
"Mbak Irma, aku mau ketemu Papa, tadi Papa yang suruh datang! Papa ada di ruangannya, kan?" Aku bertanya, kepada sekertaris Papa yang bernama Irma. Aku bertanya tentang keberadaan Papa, takutnya tidak ada di ruangannya.
"Iya, Mbak, Bapak ada kok, di dalam." Mbak Irma menjawab pertanyaanku.
"Ok, Mbak, terima kasih, ya!"
"Sama-sama," sahutnya.
Aku segera melangkah, menuju ruang kerja Papa. Aku pun mengetuk pintu dulu, sebelum masuk keruangannya. Walaupun aku seorang anak, dari pemilik perusahaan ini. Tetapi aku tetap mengutamakan tatak rama dan sopan santun.
Papa, yang selalu mengajarkan semua itu, padaku. Papa bilang sekaya apapun kita, setinggi apapun derajat kita harus tetap mengutamakan tatak rama. Tatak rama, merupakan ciri kepribadian seseorang.
"Tok ... tok ... tok!"
"Assalamualaikum," ucapku.
"Waalaikumsalam, ayo masuk, Nis." sahut Papa.
Aku pun segera memutar knop pintu, kemudian masuk ke dalam. Rupanya di dalam, Papa sedang ada tamu. Mereka sedang berbicara, entah sedang membicarakan tentang apa.
"Pah, ada apa? Kenapa, Nisa, di suruh datang ke kantor?" Aku langsung to the point, menanyakan maksud dan tujuan Papa, menyuruh aku datang ke kantornya tersebut.
"Sini, sayang, kamu duduk dulu! Biar nanti, Papa jelasin sama kamu." Papa melambaikan tangannya, supaya aku menghampiri beliau, yang sedang ngobrol bareng seorang pria muda. Sepertinya, ia seorang rekan bisnisnya Papa.
"Iya, Pah," sahutku.
Aku pun menghampiri Papa, yang sedang duduk bersama pria tersebut di sofa. Aku pun kemudian duduk, di samping Papa. Sedangkan Pria yang sedang bersama Papa, duduk berseberangan dengan Papa. Ia cuma melirikku sekilas, tetapi sama sekali tidak menyapaku.
Boro-boro menyapa, melirik pun sekedarnya saja. Wajahnya begitu datar, raut mukanya pun tidak bersahabat. Aku merasa tidak nyaman, saat berhadapan dengannya. Bukan karena takut tetapi karena aku merasa, orangnya ini orang yang paling jutek yang pernah aku temuin.
"Nis,bermaksud Papa nyuruh kamu kesini. Papa mau kenalin kamu, sama Nak Andre ini. Dia rekan bisnis Papa, Nak Andre, ini hebat lho, Nis. Masih muda udah jadi pengusaha," ungkap Papa.
"Nak Andre, perkenalkan ini anak Om namanya, Anisa. Anisa, adalah anak Om satu-satunya. Ibunya sudah meninggalkan, sejak Anisa baru dilahirkan." Papa memperkenalkanku, dengan orang jutek tersebut, ternyata namanya Andre.
"Oh, iya Om. Nama yang cantik," sahut Andre. Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Ia hanya melihat, kearahku sekilas.
"Ayo, Nis, kenalan!" perintah Papa padaku, supaya mau berkenalan dengan manusia es batu tersebut.
"Anisa," ucapku, sambil merentangkan tangan kanan.
"Andre," sahutnya, sambil menyatukan kedua telapak tangan di dada.
Andre sama sekali tidak menyentuh tanganku, membuat aku langsung menarik tanganku. Malu? Jelas, aku malu. Aku merasa, menjadi seorang perempuan yang tidak ada artinya di hadapan Andre.
"Nis, Papa menyuruh kamu datang ke kantor. Bukan sekedar untuk memperkenalkan kamu sama Andre, tetapi Papa ingin supaya kalian berjodoh." Papa berkata, mengungkapkan tujuannya.
"Maksud Papa, apa?" tanyaku, tidak mengerti
Ini gimana sih, Papa, maen mau jodohin saja. Mana sama orang jutek, macam Andre, lagi.
Bersambung ...

Comentário do Livro (5)

  • avatar
    SDiyah

    wow🥰🥰

    07/02/2023

      0
  • avatar
    Adi Kuncung

    adi

    25/07/2022

      0
  • avatar
    AssulthoniHafsin

    bagus banget

    19/06/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes