logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 7 Pemuda Pujaan Hati

Pembicaraan di mobil Eun Sun membuat tubuhnya semakin lelah. Seakan-akan ada sebuah beban yang menindih tubuhnya. Ia terhimpit dan tak bisa bergerak.
“Bagaimana malam pertamanya?”
Sontak Heera membuka matanya. “Ssstt …” Sejenak Heera mengitari ke sekeliling kantin. Ia bersyukur, sepertinya tidak ada yang mendengar ocehan sahabatnya tadi. “Jangan keras-keras bicaranya! Di sini tak ada yang tahu, kecuali kamu. Izam pun tidak aku kasih tahu.”
Young See terkekeh. “Iya, aku cuma mau menggodamu, jangan marah begitu! Tapi menyenangkan, kan?” Young See mengerling nakal.
Heera melotot.
Young See tertawa. “Kamu memang kelihatan seperti pengantin. Pucat dan kelihatan lelah.”
Heera semakin geram. Young See tergelak.
Heera hanya bisa memasang muka sebal. Dari kejauhan terlihat Eun Sun dengan Hwan Yeong berjalan bergandingan. Ia menunjuk ke arah mereka dengan dagunya.
“Astaga, mereka masih berhubungan!” pekik Young See.
“Jadi, jangan kamu singgung-singgung lagi masalah pernikahanku!” lirih Heera sambil mengaduk minumannya. “Aku tak mengerti, kenapa aku menyetujui rencana ini? Menjadi seorang istri tidaklah gampang. Harus berpura-pura harmonis, dan aku harus menghormati status itu. Hah, menyebalkan.”
Young See terkekeh. “Dari dulu, kamu memang terlalu lemah. Jadi, jangan heran kalau kamu termakan oleh sifatmu itu. Sepertinya … kalian memang cocok.”
Heera tersedak.
Young See tak peduli. “Lihatlah, tampang Eun Sun! Sama kusutnya sepertimu.”
Heera menoleh ke arah Eun Sun. Meski Young See benar, ia tetap tidak sependapat jika dikatakan cocok dengan Eun Sun.
“Fakta selanjutnya …” Young See berorasi. Heera mengurungkan protesnya.
“Eun Sun keras kepala, sombong, egois, suka memaksa, bertemu denganmu yang terlalu lembut, suka mengalah, dan sedikit …” Young See sengaja menggantung ucapannya. Menatapnya. “Manja.”
Mata Heera melotot. Young See tertawa. Beberapa detik kemudian, emosi Heera melorot. Kini ia terkulai lemas.
“Kamu, Young See. Temanmu lagi bersedih, kamu malah menggoda.”
Young See masih terkekeh, “Justru itu, aku harus mengubah suasananya. Memang kamu mau aku ikut-ikutan bersedih?”
Heera menampakkan muka cemberut.
“Benar, kok. Menurutku, kalian benar-benar cocok.”
Kali ini Heera benar-benar marah. Ia mengambil kotak kemasan kue di dekatnya, dan siap melemparkan ke arah Young See.
Young See meringsut, menghindari lemparan Heera. Gerakan Heera terhenti. Ada yang lebih menarik perhatiannya. Young See mengikuti pandangannya.
“Izam, bergabung dengan kami?” tawar dua orang gadis yang tak jauh dengan meja mereka kepada Izam, pemuda blasteran Melayu India.
“Maaf, ya. Mungkin lain kali bisa. Sekali lagi, saya minta maaf.” Izam menolak halus, lalu melangkah ke arah meja Heera dan Young See setelah kedua gadis itu tadi mengangguk dengan wajah kecewa.
Heera dan Young See saling bertatap heran.
“Kenapa kamu menolak ajakan mereka? Lihat tuh wajah kecewa mereka? Kasihan kan?” tanya Heera setelah Izam meletakkan bakinya dan duduk di kursi kosong.
“Aku tidak ingin ke sana dan aku tak suka memaksakan hanya sekadar kasihan,” jawab Izam diplomatis sambil menatapnya.
Heera menundukkan wajahnya. Setelah insiden lalu, ini kedua kalinya mata Izam membuat jantungnya berdetak cepat.
“Kenapa kamu tidak mau? Padahal mereka cantik-cantik. Dibandingkan dengan kami, kami tidak apa-apanya. Kamu bisa menjadikan mereka sahabat atau pacar,” goda Young See.
Izam mengangkat wajahnya. Menatap Young See, lalu beralih ke Heera. Ia mengerdikkan bahunya. “Entahlah. Aku lebih suka bergabung dengan kalian.” Ia menyuap sesendok makanan ke mulutnya.
Heera dan Young See kembali saling bersitatap. Young See semakin terpancing untuk menggoda Izam. “Kenapa?”
Izam menghentikan gerakannya. Kembali ia menatap kedua gadis di depannya. “Mungkin … aku … telah jatuh hati pada salah satu di antara kalian.”
Heera dan Young See terhenyak. Saling berpandangan, lalu keduanya tertawa.
“Astaga Izam, kamu tau? Kamu bisa membuat kami tidak bisa tidur selama seminggu karena mendapat perhatian dari laki-laki seganteng kamu,” seloroh Young See sambil terkekeh.
“Kamu membuatku takut, Zam! Ya Allah, lindungilah aku dari laki-laki ganteng ini," sela Heera dengan memasang ekspresi serius.
Bahu Izam bergoncang-goncang menahan tawa. Matanya menatap lekat wajah Heera. Wajah itu, telah mencuri separuh perhatiannya.
***
Dari kejauhan Eun Sun menatap Heera, Young See dan Izam. Ia melihat betul siapa Heera. Heera tipe menjaga jarak dengan laki-laki, bahkan cenderung kaku. Ia melihat jelas arti tatapan Izam terhadap Heera. Namun, sepertinya Heera itu tidak peka. Bisakah Heera bekerjasama dengannya? Bisakah ia berpura-pura romantis dengan perempuan yang tidak dicintainya?
“Eun Sun,” panggil Hwan Yeong.
“Ya?”
“Kamu sepertinya terus memandangi mereka?” tuduh Hwan Yeong.
“Ah, tidak, cuma kebetulan saja mataku tertuju ke sana. Aebenarnya aku memikirkan hal lain,” elak Eun Sun sambil memaksakan senyum.
“Memikirkan apa?”
Eun Sun mencubit hidung Hwan Yeong, “Sudahlah, jangan pikir macam-macam tentangku!”
Hwan Yeong memberengut, “Bagaimana tidak berpikir macam-macam tentangmu. Kamu tinggal satu atap dengan Heera, bahkan satu ka--”
Tiba-tiba ujung jari Eun Sun ada di bibirnya. “Percayalah padaku!”
Hwan Yeong menunduk. “Entahlah. Asal kamu tahu, aku jadi ragu untuk berangkat besok lusa.”
“Kenapa? Bukankah cuma tiga hari? Kenapa kamu cemas begitu?”
“Aku takut, saat aku tidak ada …..”
Eun Sun tertawa kecil, tangan meraih pundak gadis itu. “Walau kita jauh, bukankah kita masih bisa berkomunikasi? Percayalah! Aku akan tetap setia padamu.”
“Janji!”
“Iya, janji!” sahut Eun Sun sambil merangkul bahu Hwan Yeong.
Sekali lagi ia menoleh ke arah Heera. Tiba-tiba ia mendapatkan ide.
***
Tidak banyak pembicaraan sewaktu mereka di meja makan. Liana sengaja tidak banyak bicara karena itu akan membuat Heera menghindar. Benar saja, Heera maupun Eun Sun kelihatan asik menikmati pancake buatan bibi Chan.
Liana sudah mencium kejanggalan antara Heera dan putranya mulai sejak mereka menikah. Eun Sun tidak mengundang satu orang teman pun, sementara Heera hanya mengundang Young See. Ia tak ingin mempermasalahkan hal itu, selama Heera dan Eun Sun tetap serumah, besar peluang untuk saling menyukai.
“Aku pergi dulu, Omma.” Heera mendekatinya lalu mencium tangannya.
“Hati-hati,” pesan Liana.
Heera mengangguk. “Insya Allah.”
Kini Heera mendekati Eun Sun. Ia terus mengamati tingkah mantunya.
“Aku pergi dulu, Eun Sun.”
Heera terlihat ragu-ragu saat mengulurkan tangannya pada Eun Sun. Liana melihat jelas, Heera seperti orang kesetrum saat tangannya disambut Eun Sun.
Pada saat itu, Eun Sun menyadari kalau mereka diperhatikan. Ia merapatkan badannya ke Heera, lalu mencium kening gadis itu. Malangnya, tubuh mereka makin kentara menampakkan kejanggalan itu. Tubuh Heera terjengit dengan ciuman Eun Sun yang kaku.
*
*
“Heera.”
“Eun Sun?” Heera sedikit terkejut. Keningnya mengerut, kenapa tiba-tiba Eun Sun ada di tempat kerjanya? Berkali-kali ia mengerjap. Eun Sun sering mampir ke tempat kerjanya merupakan hal yang aneh. “Kenapa ada di sini lagi?"
“Tidak boleh?”
“Bukan begitu. Kan--”
“Mau mengajakmu jalan-jalan,” potong Eun Sun cepat.
Kening Heera makin mengerut.
“Aku tahu, ini kedengaran aneh,” Eun Sun melangkah mendekatinya. “Seperti yang kamu ketahui, ibu melihat kecanggungan kita. Jadi kita harus belajar memulai, dan malam inilah waktu yang tepat.”
“Bukankah kita bisa belajar sewaktu di rumah?”
Eun Sun mendesah pelan, “Sepertinya tak ada kesempatan kita untuk bicara meski serumah. Saat pagi, kamu berangkat cepat. Aku datang malam, kamu sudah tidur. Dan aku rasa akan begitu seterusnya.”
Heera mengangguk membenarkan ucapan Eun Sun.
“Hwan Yeong?”
“Dia pergi ke Busan. Dia ada kerjaan ada di sana.”
Heera mencebikkan bibirnya. “Pantesan. Aku masih ada pekerjaan," tunjuknya pada kotak-kotak yang berserakan.
“Aku sudah minta izin pada orang ayah Young See tadi.”
“Tapi--”
“Tak apa. Pergilah!" Tiba-tiba Young See sudah ada di pintu. “Biar aku yang bereskan.”
Heera menatap penuh selidik kepada Young See. Kenapa sepertinya sahabatnya mendukung pernikahannya dengan Eun Sun? Bukankah Young See tahu kalau ia tidak mencintai Eun Sun. Seharusnya Young See membantunya membebaskan diri dari perjanjian yang tidak jelas itu.
“Jadi kita harus ngapain?” tanya Heera ketika mobil mereka berjalan menyusuri kota Seoul.
Eun Sun mengangkat bahunya. “Entahlah. Aku sendiri tidak tahu.”
Heera memicingkan matanya.
Eun Sun tertawa. “Asal kamu tahu, aku termasuk laki-laki yang kaku dan tidak romantis.”
“Kalau kamu memang begitu, kenapa bisa dapat pacar?”
Eun Sun tersenyum. “Kami … aku dan Hwan Yeong sering bertemu di tempat favorit kami.”
“Tempat favorit?”
“Iya. Kami suka mengunjungi diskotik yang sama.”
Heera setengah kaget ketika Eun Sun menyebut nama diskotik. Ia langsung membayangkan suasana hiruk pikuk, orang-orang mabuk, orang-orang menari, perempuan-perempuan penghibur. Bagaimana mungkin ia bisa berdampingan dengan laki-laki yang menyukai tempat seperti itu?
Membayangkannya saja, membuat bulu kuduknya bergidik. Ah sudahlah … Lagi pula, pernikahannya dengan Eun Sun hanyalah sandiwara dan sementara.
“Lalu?” tanyanya sambil melayangkan pandangannya ke luar.
“Kita bicaranya sambil makan saja.”
Mobil Eun Sun memasuki halaman di sebuah restoran yang cukup mewah di mata Heera.
“Kita makan di sini?”
Eun Sun tersenyum. “Mana mungkin aku membawamu ke sini, kalau niat makan di restoran lain. Tapi aku senang, ternyata kamu gadis banyak bicara. Setidaknya kamu bisa menanyakan banyak hal padaku, jadi aku tidak khawatir kehabisan kata-kata."
Seketika wajah Heera memberengut. Meski omongan Eun Sun benar, ia tetap tertohok dibilang gadis banyak bicara.
***
“Sekarang ceritakanlah, bagaimana kamu bisa berhubungan dengan Hwan Yeong?” tanya Heera ketika karyawan restoran menjauh setelah mencatat pesanan mereka.
“Sejujurnya, Hwan Yeong yang mulai mendekatiku dan ia juga memulai menyatakan perasaannya padaku.”
“Kamu menerimanya begitu saja?”

Comentário do Livro (85)

  • avatar
    Ameliaa Storee

    menarik

    16/07

      0
  • avatar
    N.aHusni

    semangat

    07/07

      0
  • avatar
    Dody Maulana

    seru

    22/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes