logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 3

Julia memandang ayahnya dengan tatapan bingung. Wanita bangsawan itu memandang ayahnya dengan memasang senyum secerah matahari yang bersinar. Julia harus bersikap bagaimana ketika ayahnya memandang putri bungsunya dengan wajah berserinya.
Entah karena count sudah bebas dari tugasnya sekarang dan bisa menikmati kehidupan santai bersama anaknya. Menurut Julia, itu sangat bagus. " Kenapa ayah senyam-senyum sendiri?"
Count dengan wajah tersenyum damai menjawab, " Ayah senang bisa menghabiskan waktu bersamamu, Julia." Julia bisa menebak dengan tepat bahwa ayahnya sedang bahagia sekali karena lelaki itu bisa menghabiskan waktunya bersama anaknya.
"Bagaimana dengan kakak?"
"Kamu khawatir dengan kakakmu, Julia?" ucap count membalas balik ke arah putrinya. "Kapan-kapan kita bertiga akan pergi bersama, ya?" Julia mengangguk kecil. Dia tau bahwa kakaknya sedang sibuk mempersiapkan menjadi kepala keluarga.
"Ngomong-ngomong... Kita mau ke butik yang mana dulu?" Julia menyadari sesuatu dari ayahnya. Meski karakter Julia di dalam novel tidak menjelaskan terlalu jelas, ada satu kalimat yang menjelaskan tentang bagaimana ayah Julia. Count De Varcass adalah seorang yang dingin dan cekatan dalam mengerjakan tugasnya sebagai kepala keluarga dan pebisnis. Tidak segan memecat anak buahnya jika mereka melakukan kesalahan. Meski kesalahan kecil saja.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi menuju ke butik yang biasa mereka beli.
Setibanya, Julia bertemu lagi dengan Duke Riff dan seorang wanita paruh baya bersamanya. "Wahh... Kita bertemu lagi, tuan Duke... Dan juga selamat siang Nyonya Riff." sapa Count De Varcass kepada ibu dari Duke Riff.
"Apakah kalian sedang berbelanja?" ucap Nyonya Riff kepada count dan Julia. "Iya. Sebentar lagi penobatan Jeremy sebagai Count."
"Oh! Aku hampir lupa kalau anakmu sebentar lagi akan menggantikan posisimu, Tuan De Varcass." Julia memandang ayahnya dan Nyonya Riff satu per satu. "Apakah kamu Julia?" Julia seketika terkejut ketika ibu dari Duke Riff mempertanyakan kepadanya.
"Iya. Saya Julia De Varcass, nyonya." ucap Julia sopan. "Ibu..." panggil Duke Riff secara tiba-tiba. "Sepertinya putraku sudah selesai membayar. Kalau begitu kami permisi dulu." ibu dan anak itu segera pergi dan Julia masih merasakan aura-aura gelap dari Duke Riff ketika mereka berdua berpapasan.
"Nona... Ini katalognya." Julia menoleh ke arah pegawai butik yang membawa beberapa katalog pakaian yang dipamerkan kepada Julia. Julia tersenyum sekilas sambil mengambil katalog berisi ratusan gaun-gaun cantik koleksi terbaru.
Ini pertama kalinya Julia melihat sosok ibu Duke Riff. Dia kira, Duke Riff adalah anak sebatang karang sejak dia muda. Novel yang dia baca tidak menjelaskan latar belakang keluarga Duke Riff. "Apakah dia ibunya Duke Riff, ayah?" count melirik ke arah putrinya. "Oh! Ayah baru ingat kalau kamu belum bertemu dengannya sebelumnya. Benar, dia adalah ibunya Duke Riff."
Julia tampak berpikir keras. Selama dia membaca novel sebanyak lebih dari 6 kali, Duke Riff tidak menyinggung tentang keluarganya kepada Leina. "Apakah dia terkenal di kalangan para bangsawan?" tanya Julia mulai tertarik. Count sedikit terkejut dengan pertanyaan Julia, kemudian dengan cepat menjawab, "Beliau... Beliau jarang masuk dalam perkumpulan para bangsawan."
"Itulah kenapa beberapa bangsawan menganggap bahwa ibunya duke telah meninggal." Itu alasan yang masuk akal mengingat di adegan-adegan novel tersebut, Duke Riff tidak suka membahas tentang pribadinya.
Setelah menentukan gaun-gaun yang Juliah inginkan, ayah-anak itu melanjutkan perjalanan menuju sebuah restoran mewah yang sering didatangi oleh para bangsawan. Saat tiba dan menentukan meja yang count pilih, seorang pria berambut pirang datang menghampiri mereka berdua. Tidak lupa dengan senyuman wajah tampannya yang sangat manis. Julia bisa menebak bahwa Pangeran Richard sedang melakukan aksinya. Mendekati Julia biar lelaki itu bisa mencari informasi tentang Leina.
"Rupanya tuan count ada di sini..." count tersenyum lembut sambil memberi salam kepada pangeran ketiga itu. "Apakah yang mulia sedang menikmati waktu santainya?" Pangeran Richard tertawa keras membuat telinga Julia langsunng berdengung akibat suara tawa Richard yang terlalu keras. "Momen yang sangat indah melihat ayah-anak menghabiskan waktu bersama seperti."
Julia memasang wajah kakunya ketika wanita bangsawan itu mendengar ucapan dari sang pangeran. Itu sangat berlebihan dan aneh baginya. Setiap Richard beraksi entah itu kata-kata maut yang lelaki itu kuasai atau gombalan-gombalan yang bisa membuat para wanita langsung berlutut kepadanya. Ini seperti modus penipuan yang sering Julia alami di kehidupan sebelumnya.
Richard melirik ke arah Julia dan menyadari bahwa ekspresi Julia sangat aneh dan menyeramkan, sehingga Richard langsung mengganti topik. "Apakah kalian akan datang ke pernikahan Kak Edmund?" Julia memandang ke arah sang pangeran berambut pirang itu. Tumben sekali lelaki berwajah manis itu membahas topik tentang kakaknya yang Richard tidak suka.
"Tentu saja, yang mulia. Sahabat putri saya akan menikah, tidak mungkin tidak datang, benar kan Julia?" count melirik ke arah putri dengan wajah ramahnya. Richard membalas dengan senyuman yang sering dia pamerkan kepada orang lain.
"Apa tuan tidak khawatir dengan putri anda? Sahabatnya sebentar lagi akan menikah dan beberapa putri bangsawan lain seusia Nona De Varcass juga akan menikah."
Julia mengepalkan kedua tangannya dengan erat dan menatap pria berambut pirang dengan tatapan pembunuh. Count menjawab dengan santai, " Saya tidak khawatir dengan itu, yang mulia. Itu adalah keputusan Julia sendiri." Julia langsung meredakan emosinya dan menoleh ke arah ayahnya dengan tatapan takjub.
Tidak menyangka bahwa ayahnya berpikiran seperti itu. Rasanya aneh. Aneh mendengar perkataan dari seorang ayah barunya di kehidupan keduanya. Ayahnya di kehidupan sebelumnya tidak pernah membela bahkan menjenguk dia saja tidak pernah. Hanya bertanggung jawab dengan membiayai kebutuhan sekolahnya sampai lulus kuliah.
Richard mengangkat kedua bahunya dan dia segera pamit kepada sepasang ayah-anak itu untuk kembali ke istana. Julia berdecak kesal setelah kepergian pangeran bermulut bisa itu. Julia ingin membunuh pangeran itu dengan racun dari tanaman yang di temukan di sebuah hutan dekat kerajaan tersebut.
Count menoleh ke arah putrinya setelah Pangeran Richard telah pergi. "Jangan didengarkan perkataan dia, Julia." ucap lelaki paruh baya membuyarkan imajinasi liar Julia tentang pembunuhan Pangeran Richard.
"Lagipula, perkataan yang mulia benar-benar keterlaluan. Anggap saja dia sedang menghibur kita." kata-kata dari ayahnya membuat hati Julia merasa tenang.
"Terima kasih, ayah." ucap Julia berterima kasih kepada ayahnya. Count tersenyum lembut dan mengusap pucuk kepala putrinya dengan lembut.

Comentário do Livro (54)

  • avatar
    atiqahnurul ainaa

    best

    03/07

      0
  • avatar
    KongKorong

    baguss

    07/05

      0
  • avatar
    Arjuw Fayyazah

    👍👍

    03/04

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes