logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 2

Apa yang terlintas di pikiran Julia tentang Duke Riff? Seorang komandan pangkat 1 di bagian militer pertahanan yang bersifat dingin dan tegas. Bahkan para anak buahnya memanggil Duke Riff sebagai 'Komandan Monster' karena Duke Riff sangat kejam dan menyeramkan ketika berhadapan dengan perang.
Meskipun jabatan Duke Riff sama dengan Leina, Leina menganggap Duke Riff sebagai atasannya. Julia tidak tau kenapa Leina menganggap bahwa Duke Riff sebagai atasannya padahal dari segi divisi, mereka berdua sangat berbeda. Leina berada di pasukan khusus kerajaan sementara Duke Riff pasukan militer pertahanan kerajaan.
Dan sekarang secara tiba-tiba Duke Riff datang ke kediaman keluarga Julia. Count De Varcass. Julia lebih baik berdiam diri di kamarnya sambil membaca buku tentang sejarah Kerajaan Latica. Dia harus mengetahui selak beluk tentang kerajaan yang dia tempati.
"Rupanya kamu ada di sini..." Julia melirik ke arah kakak lelakinya. Jeremy De Varcass. Calon penerus keluarga De Varcas itu melipat kedua tangannya sambil bersender di dinding sampingnya. "Kamu tidak menyapa Duke Riff?"
Alis Julia terangkat sebelah tanda bingung. Untuk apa dia harus menyapa dengan pria yang tidak suka dengannya? "Untuk apa?" Jeremy berdecak kesal.
"Aku tau. Kamu dan Duke Riff tidak saling suka satu sama lain. Tetapi setidaknya kamu coba untuk dekat dengannya." Julia mengalihkan pandangan ke arah buku yang dia baca. Dia tau bahwa dari keempat pria yang didekati oleh tokoh utama wanita, hanya Duke Riff yang tidak suka dengan Julia. Begitupun sebaliknya. Meskipun tidak diketahui alasannya kenapa Julia tidak suka dengan Duke Riff di dalam novel karena Julia merupakan tokoh pendukung, tetapi dalam sisi Duke Riff. Lelaki terhormat itu tidak menyukai sosok Julia karena dia cemburu.
Cemburu bahwa Julia dan Leina saling dekat satu sama lain. Bahkan kedua gadis itu saling lengket seperti perangko dan surat yang tidak bisa dilepaskan. Bagi Julia, itu merupakan alasan yang aneh bagi seorang Duke Riff.
"Apa dia sudah pulang?" tanya Julia angkat suara. "Tidak. Dia masih berada di ruangan ayah," balas Jeremy dengan entengnya. Julia melirik ke arah kakak laki-lakinya yang menghela nafas panjang.
Selain Leina akan menikah, dirinya juga akan menyaksikan Jeremy yang akan menggantikan posisi ayahnya sebagai kepala keluarga. Ini benar-benar baru pertama kali bagi Kerajaan Latica dimana anaknya akan diangkat ketika ayahnya masih hidup. Biasanya, seorang anak akan menggantikan posisi ayahnya ketika sudah meninggal.
"Aku akan menyemangatimu, kak." ucap Julia dengan datar dan Jeremy menoleh ke arah adiknya. "Ya, ya... Terima kasih atas penyemangatan darimu. Aku tidak menyangka bahwa ayah mengundurkan posisi dan berpindah kepadamu."
Sama halnya dengan Jeremy, Julia juga berpikiran sama dengannya. Secara tiba-tiba ayah mereka memutuskan memindahkan kekuasaan kepada anak lelakinya, Jeremy. Baik kakak-adik De Varcass tentu kabar pengunduran hak kekuasaan ayah mereka merupakan suatu tidak habis pikir.
"Bagaimana persiapanmu?"
"Hampir sedikit lagi. Aku juga membantu tugas ayah yang masih harus dikerjakan sebelum pelantikanku sebagai count," jelas Jeremy. "Oh! Aku dengar persiapan pernikahan Leina sudah hampir selesai, bukan?" Julia mengangguk mantap.
Tiba-tiba ekspresi Jeremy langsung berubah menjadi suram membuat Julia menaruh kecurigaan kepada kakaknya. Apa jangan-jangan Jeremy juga menaruh perasaan kepada sahabatnya?
"Jangan berpikiran seolah-olah bahwa aku juga menyukai sahabatmu," ucap Jeremy memberi klarifikasi secara cepat kepada adiknya. "Terus? Kenapa kamu berubah sedih begitu?" Lelaki berambut cokelat panjang itu menggaruk kepalanya yabg tidak gatal.
"Ini bukan masalah tentang Leina. Ini tentangmu, Julia."
"Tentangku?" tanya Julia sedikit kaget. "Ketika sahabatmu menikah, aku berpikiran tentangmu. Rasanya sedikit aneh ketika kamu memutuskan untuk tidak menikah, sementara putri bangsawan lain seusiamu berlomba-lomba untuk segera menikah."
Julia menghela nafas panjang. Dia tidak bisa menjelaskan bahwa dirinya masih trauma dengan perceraian kedua orang tuanya serta mantan pacarnya berselingkuh dengannya ketika dia masih hidup di kehidupan pertamanya. "Tapi... Ya sudahlah. Itu, kan keputusanmu. Aku dan ayah tidak memaksamu untuk segera menikah."
Julia memandang kakaknya lama dan dalam. Dia tau bahwa ayahnya dan kakaknya masih sayang kepadanya. Berbeda dengan ibunya di kehidupan sebelumnya yang cuek kepadanya. Julia tersenyum lembut. "Terima kasih, kak."
Jeremy membalas senyuman Julia dan dia segera pamit kepada adik perempuannya. "Sepertinya Duke Riff sudah selesai dengan urusan ayah." Julia segera bangkit berdiri. "Aku harus bertemu dengan ayah."
"Mau pergi bersama?" Julia mengangguk dan kedua bersaudara itu segera menuju ke ruang kerja ayah mereka.
Dalam perjalanan, mereka berdua bertemu dengan Duke Riff yabg baru saja keluar dari ruang kerja Count De Varcass. "Apakah pertemuan kalian sudah selesai, tuan duke?" tanya Jeremy berbasa-basi. "Iya. Kalau begitu saya permisi." ucap Duke Riff berpamitan kepada Jeremy dan Julia.
Julia merasakan bahwa tatapan tidak suka dari Duke Riff masih sama kepada Julia. Meskipun Leina akan menikah dengan raja. Duke Riff berjalan meninggalkan mereka berdua dan kedua bersaudara itu segera melanjutkan perjalanan menuju ke ruang kerja ayahnya.
"Tolong serahkan dokumen ini ke istana besok, Jeremy." Count De Varcass menyerahkan dokumen kepada anaknya. "Itu tugas ayah terakhir dan besok kamu harus fokus dengan persiapanmu, nak."
"Baik, ayah." balas Jeremy dengan sigap. Count De Varcass melirik ke arah putrinya yang berdiri di sebelah Jeremy. Aura wibawa dari Count de Varcass masih ada di tubuh lelaki tua itu.
"Ada apa putriku, Julia?" Julia langsung berbicara kepada ayahnya. Untung ayahnya sudah tidak memiliki tanggungan tugasnya sebagai kepala keluarga. "Bisakah ayah menemani saya pergi ke butik?" Jeremy dan Count De Varcass langsung memandang lurus ke arah putri satu-satunya.
Sebuah permintaan yang cukup aneh dan juga pasti ayahnya akan menolak keras dengan permintaan putrinya. "Tentu. Kapan pergi ke sana?" balas count memasang wajah ramah dan senyuman lembut kepada putrinya. Berbalik 180 derajat dengan tampang yang tegas dan wibawanya barusan.
"Besok. Aku harus mencari gaun untuk pelantikan kakak dan pernikahan Leina." ucap Julia berusaha tenang. Dia cukup kaget dengan reaksi ayahnya yang secara positif ikut menemani Julia ke butik.
"Oke. Ayah akan menemanimu."
"Kalian boleh pergi sekarang." Mereka berdua segera meninggalkan ruangan kerja ayahnya dan ketika mereka sudah jauh dari area tersebut, Jeremy menyeletuk, " Wow... Aku kaget dengan jawaban ayah."
"Aku juga..." gumam Julia yang berpikiran sama dengannya. Dia berpikir bahwa mengajak ayahnya untuk jalan-jalan bersama sebagai liburan. Tetapi respon count positif dan secara tulus mau menghabiskan waktu dengan anaknya.
"Aku juga mau ikut..." tiba-tiba Jeremy ingin ikut bersama. "Kedengarannya pasti asik." Julia mendengus kecil. "Pasti ayah akan marah kalau kamu memaksa untuk ikut."
"Kamu benar sih..." Jeremy terpaksa tidak ikut karena dia harus mempersiapkan untuk pengakatan sebagai count. "Sebagai gantinya... Gimana kalau kita makan siang bersama di taman?"
"Kedengarannya bagus." balas Jeremy menyetujui ide adiknya. Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke taman meminta para pelayan untuk mempersiapkan makan siangnya.

Comentário do Livro (54)

  • avatar
    atiqahnurul ainaa

    best

    03/07

      0
  • avatar
    KongKorong

    baguss

    07/05

      0
  • avatar
    Arjuw Fayyazah

    👍👍

    03/04

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes