logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Permintaan Jadi Madu

Kania menyelempangkan tasnya dan menenteng tas berisi baju yang sudah ia pilih untuk dikenakan beberapa hari di rumah ibunya.
Diraih kunci sepeda motor miliknya, lalu ia dengan segera menyalakan mesin hendak bersiap melajukan kendaraan yang ia beli hasil berjualan kue. Mendengar suara sepeda motor, Ilham bergegas keluar dan mencegah kepergian Kania.
"Kania, aku mohon jangan pergi. Tetaplah tinggal di sini, jika kamu perlu sendiri dulu diam lah di kamar tamu, aku mohon jangan bebani ibu kamu dengan masalah kita."
Ilham merebut paksa kunci motor yang terpasang, Kania bergeming dan dia tetap kuat dengan keputusannya hingga tetap berniat pergi sayang aksinya terhenti ketika sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Mobil yang asing bagi Kania dan Ilham.
Tak lama turunlah seorang perempuan cantik, modis, penampilannya sungguh enak dipandang. Mata Kania dan Ilham tertuju pada wajah perempuan itu, tak lama berselang turun mama Ilham diikuti dua kakak perempuannya.
Kania merasakan sesuatu yang akan terjadi.
"Ngapain kalian di luar?" tanya Mba Santi.
"Ini bawa tas gini mau ke mana?" tambah mba Sinta.
Kania tak menjawabnya, ia memilih diam tak ingin berkata apapun. Rasa sakit hati yang ia rasakan sungguh sangat perih, mama mertuanya dan kedua iparnya itu sudah membohonginya.
"Ilham kamu malah bengong, kita gak disuruh masuk."
Ilham dengan terpaksa menyuruh mama dan rombongannya masuk.
"Kita bicara di dalam boleh," bisik Naina pada Kania.
Kania tertegun, pikiran liarnya berkelana. Lelaki mana yang tak akan terpesona pada kecantikan, keanggunan dan kesantunan perempuan itu rasanya wajar mana mertuanya sangat memuja Naina.
Naina menuntun tangan Kania, Ilham melihat pemandangan itu, dua perempuan yang secara agama adalah istriku bisa melangkah bersama menuju rumahnya.
Suasana tak menentu menyeruak dalam hati Kania, ia seakam menjadi terdakwa yang akan menerima banyak tuntutan dari pihak-pihak yang ada di hadapannya."
"Aku sudah dengar semuanya dari mama, mas."
"Maaf Naina, aku tak bermaksud untuk ...."
"Aku paham mas dan aku mengerti. Justru aku berterima kasih pada Kania yang mau dengan ikhlas menerima Mas Ilham yang sudah jelas-jelas beristri."
Mata Kania seketika melebar, kemana maksud ucapan perempua itu.
"Maaf maksud mba?" tanya Kania.
"Ya kamu masih tetap mau menerima Mas Ilham meski sudah tahu dia telah beristri, iya kan?" tanya Naina.
Kania menoleh ke arah mama mertuanya yang menunduk, perasaan Kania tak enak ia seakan dipojokan dan dituduh sebagai penyuka lelaki orang. Padahal dia sendiri baru mengetahuinya kemarin. Kania menarik napas panjang dan mencoba melepaskannya.
"Maaf mba, mba keliru. Jika saya tahu Mas Ilham telah beristri saya tak akan memerima lamaran dia bahkan untuk menjadi pacarnya. Saya baru tahu beberapa jam yang lalu, saya bukan penyuka lelaki orang mba, jadi gak usah mba dengar hal-hal tentang saya dari orang-orang yang tak menyukaiku karena mereka hanya akan menjelekan aku," ucap Kania tegas sembari matanya mendelik ke arah mama Ilham yang seketika grogi.
Naina justru tersenyum mendengar ucapan adik madunya itu.
"Kamu tak perlu emosi seperti itu. Aku paham dan mengerti akan perasaan kamu, jika berada diposisimu tentu saja akan ada perasaan yang sama aku rasakan. Satu hal yang perlu kamu tahu, aku ikhlas. Karena aku sasar tak bisa menemani Ilham di sini, aku punya bisnis butik di malaysia dan ada papa yang harus aku urus, jika tidak keberatan tetaplah menjadi istri Ilham gantikan tugasku dengan baik."
Kania terperangah mendengar ucapan Naina, perempuan itu begitu lancar memintanya untukntetap bertahan dan menjalani perannya sebagai istri kedua dari istri pertama yang sangat sibuk.
"Lihat Kania, itulah kenapa mama gak mau Ilham menceraikan Naina, karena mama paham Naina adalah perempuan yang sangat baik, hatinya begitu tulus. Kamu beruntung punya kakak madu sebaik dia," ucap Mama Ilham.
Hah, apa katanya? Beruntung? Tetap saja namanya madu tak ada yang akan sebaik itu, Naina baik karena saat ini dia sedang merintis karirnya sebagai designer tak ada yang menjamin jika kelak Naina akan menuntut hal lain, iya kan?
Kania tersenyum pahit, ia menoleh ke arah Ilham yang sejak tadi hanya tertunduk.
"Minggu depan papa akan datang ke sini dan meresmikan pernikahan aku dan Ilham. Mungkin papa akan marah jika tahu Ilham telah mengkhianatinya, mengingkari janjinya pada papa untuk tetap setia, tapi tenang saja aku bisa mengaturnya jika kamu tetap setuju menjadi istri Ilham."
Gila, Naina itu tipe perempuan macam apa. Dia bisa dengan mudah dimadu hanya untuk kepentingannya pribadi, merasa dirinya tak bisa menjalankan pernikahan di atas karirnya yang hampir mencapai puncak. Dia masih tetap bisa tenang ketika tahu suaminya telah menikah lagi dan hidup bahagia.
"Apa kamu sanggup menjalankan amanah ini mas?"
Kania menoleh ke arah Ilham, Ilham menoleh ke arah Kania dan mereka saling memandang.
"Poligami itu bukan hanya soal senangnya beristri dua. Kelak kamu akan diminta pertanggung jawabannya, kamu yakin punya ilmu yang banyak untuk menjalankan pernikahan dengan dua istri?" tanya Kania kembali.
Ilham terdiam cukup lama, batinnya ingin sekali langsung menceraikan perempuan sombong itu, lagi-lagi Ilham terpasung dalam bakti pada mamanya. Ilham sama sekali tak menginginkan hal ini, yang dia mau hidup bahagia bersama Kania.
"Meski mas sanggup tapi maaf mas aku tak sanggup, maaf mba. Silahkan cari perempuan lain yang bisa jadi madumu."
Kania berdiri dan hendak melangkah pergi, tapi tangannya dicengkaram oleh Ilham.
"Tetaplah di sini, bersamaku. Aku yang akan menentukan, siapa yang akan aku pilih. Karena aku pun tak bisa menjalankan pernikahan dengan dua wanita," ucap Ilham.
"Ilham, kamu jangan sembarangan. Jangan ngaco, ingat semua yang sudah kamu dapatkan, ingat semua itu," ucap mama.
"Iya Ilham, lihat ketulusan Naina jangan kamu korbankan masa depan kamu hanya demi perempuan itu," timpal Mba Santi.
"Perempuan itu? Maksud mba?" gertak Kania.
Suasana semakin tak karuan, Kania mulai tersulut emosi. Ia semakin merasa terpojok, harga dirinya seakan diinjak-injak oleh mertua dan iparnya bahkan oleh istri pertama suaminya yang tak pernah ia ketahui.
"Maaf mas, kali ini aku tak bisa mentaatimu."
Kania berlalu dari hadapan mereka, Ilham mengejar Kania tapi Kania tak menggubrisnya hingga tangan kuat Ilham yang menahan sepeda motor pun tak ia pedulikan. Kania melajukan sepeda motornya dan berlalu dari rumah itu.
"Kania ...."

Comentário do Livro (232)

  • avatar
    FAHIMRIFA

    bagus,sepertinya kisahnya menyedihkan.baru sedikit membacanya,tapi...sudah sedih duluan.

    12h

      0
  • avatar
    ANCAH JELAJAHANCAH JELAJAH

    ini sangat seruh

    5d

      0
  • avatar
    SianturiSondang

    seruuuuuuuuuuu.....

    14d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes