logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Masih Dipertanyakan

"Terima kasih Paman Yosef" ucap Aditya pada Yosef.
 
"Tidak usah sungkan Tuan muda" jawab Yosef kemudian pergi ke samping meja Pemimpinnya untuk membereskan berkas yang dipersiapkan untuk dipelajari oleh Aditya.
"Selamat yah Tuan muda untuk jabatan Anda sekarang, di usia Anda yang masih sangat muda ini sudah harus mengemban tugas yang begitu berat tetapi jangan khawatir Kami akan membantu Anda" ucap Tuan Weber.
 
"Iya Tuan muda, hal apapun yang ingin Anda tanyakan tolong jangan sungkan" sahut Tuan Abraham.
 
"Terima kasih Tuan-Tuan, tentu saja Saya membutuhkan kerja sama Anda berdua, karena Saya masih buta dalam hal kepemimpinan ini, kalau tidak karena Ayah tiba-tiba mengalami kecelakaan kemarin, mungkin hari ini Saya tidak harus berada di sini" jawab Aditya.
 
"Berarti Anda dilahirkan di New Zealand yah Tuan Muda, tetapi bahasa Anda sangat fasih tidak ada logat sananya" tanya Tuan Weber.
 
Aditya mengetahui jika kedatangan Tuan Weber dan Tuan Abraham ini hanya untuk mengetes dirinya, Aditya tahu jika statusnya saat ini masih dipertanyakan, bahkan oleh kedua tetua perusahaan ini.
 
"Iya Saya dilahirkan di Sana Tuan, tetapi Setelah umur Saya 10 tahun Ibu Saya membawa pulang Saya, semenjak itu Saya harus tinggal bersembunyi tetapi Saya menikmati masa kecil yang indah bersama pengasuh Saya, Ibu dan Ayah membebaskan Saya bermain dan bersekolah tentu saja identitas Saya harus disembunyikan saat itu" jawab Aditya menjelaskan kehidupanya.
 
Kedua orang tua tersebut mengangguk meskipun masih terlihat belum 100% mempercayai perkataan Aditya.
 
"Oh iya Tuan, bagaimana dengan Pemimpin, apa yang terjadi dengan beliau saat ini?" Tanya Tuan Abraham.
 
"Ayah masih kritis, jika Anda mau ikut melihatnya, Anda bisa ikut Saya nanti, setelah Saya pulang dari Kantor, bagaimana?" jawab Aditya, yang kemudian mengajak mereka untuk menjenguk Ayahnya.
 
"Oh, benarkah? Bolehkah Tuan?" Tanya Tuan Abraham begitu girang.
"Tentu saja Tuan, Ayah dan Ibu selalu berpesan jika Anda berdua adalah orang yang paling mereka hormati, untuk itu dalam hal perusahaan Saya bisa meminta bantuan kepada Kalian, masa untuk hal ini kalian tidak Saya ajak, biar Anda berdua tahu kondisi Ayahku" jawab Aditya begitu meyakinkan.
"Ya yah tentu saja Tuan Muda, Anda bisa bertanya apapun kepada kami kedepannya, penghormatan Anda akan Kami ingat selamanya, Pemimpin adalah orang yang baik, jika Saya ingat lagi, begitu banyak budi Saya terhadap Ayah Anda, Saya begitu senang jika bisa melihat keadaan beliau saat ini" ucap Tuan Abraham.
Aditya tersenyum, Dia tak peduli jika kedua orang tua ini memuji Ayahnya selangit, karena yang Dia tahu Ayahnya tetap tokoh jahat dalam hidupnya, bahkan Dia tidak peduli jika Ayahnya itu harus mati sekarang juga. Tetapi sejenak Dia berpikir karena wajah Nyonya Sandra dan Ibunya melintas di kepalanya, betapa sedihnya kedua wanita itu jika laki-laki tua bangka yang merupakan Ayahnya itu jika harus meninggal secepat ini, dibunuh pula, hidupnya akan sengsara karena harus melanjutkan kepemimpinannya "oh tidak, Aku pikir kamu harus hidup seumur lima ribu tahun agar tidak menyengsarakan aku dan Ibuku" ucap Aditya dalam hati.
"Tuan Muda, Tuan Benny dan Billy ingin menemui Anda, bagaimana?" Pertanyaan Paman Yosef membangunkan lamunan Aditya.
"Oh, tolong Paman, bilang saja Aku sedang ada tamu, besok saja mungkin?" Jawab Aditya acuh tak acuh.
Baiklah Tuan Muda, jika begitu Saya jadwalkan dari sekarang yah untuk daftar tamu Anda?" Tanya Paman Yosef.
 
"Oke, terserah Paman saja bagaimana baiknya" jawab Aditya lagi.
 
Tuan Weber dan Tuan Abraham berdehem dan saling memandang, mereka menilai sikap Aditya begitu tegas, selama ini tidak ada yang berani menolak Tamu, siapapun itu orangnya jika Pemimpin yang menerima pasti Dia akan berusaha menemuinya meskipun beliau sangat sibuk dan Aditya tak peduli dengan penilaian mereka. Meskipun begitu Tuan Weber merasa tersanjung karena Aditya berani menolak Tamu lain saat masih berbincang dengan nya.
 
"Baiklah Tuan Muda, tampaknya Anda begitu sibuk, ini hari pertama Anda Tuan, mohon untuk tidak membuat seseorang marah dulu hehe" ucap Tuan Weber kemudian terkekeh.
 
"Maksudnya Tuan?" Aditya tidak paham maksud dari perkataan Tuan Weber.
 
"Maksud Saya Paman-Paman Anda di luar pasti merasa geram karena Anda tidak mau menerima mereka" jawab Tuan Weber.
 
"Oh ….Tidak usah khawatir Tuan, semua Tamu Saya anggap sama, tidak ada istimewanya, seharusnya mereka mau menunggu jika Saya sedang menerima Tamu, Saya pikir tidak sopan jika ingin menerobos seperti itu?" Tanya Aditya.
 
Tuan Weber dan Tuan Abraham hanya manggut-manggut karena membenarkan perkataan Aditya itu.
 
"Apakah Saya salah Tuan-Tuan?" Tanya Aditya lagi.
 
"Oh tentu benar Tuan Muda, perlakuan dan sikap Anda sudah benar, jadi … jam berapa kita ke tempat Ayah Anda, Tuan?" Jawab Tuan Abraham yang kemudian bertanya.
 
"Oh, mungkin sore, pulang kerja yah Tuan-Tuan, sekitar pukul lima sore saja, nanti Saya akan turun, Anda menunggu di bawah saja jika Saya terlambat, nanti kita pergi bersama, saat ini Saya harus melihat buku catatan Ayah dan jadwal lainya" jawab Aditya.
 
Kedua orang tua tersebut mengangguk, kemudian berpamitan pada Aditya agar Aditya bisa melanjutkan aktivitasnya. Setelah Tuan Weber dan Tuan Abraham pergi, Aditya menjatuhkan tubuhnya di kursi dan menghela nafas panjang, terasa penat dan menjengkelkan hari ini baginya. Jika bukan untuk Ibunya dan Nyonya Sandra, Dia tidak sudi melakukan semua ini. Hal yang Dia benci adalah bekerja di Kantoran seperti ini karena Terikat waktu dan kebebasannya.
 
Paman Yosef yang melihat kemalasan Aditya segera memberitahukan jika sikap Aditya bisa saja menghancurkan segalanya, untuk itulah Aditya harus bersungguh-sungguh dalam mengemban tugas ini.
 
"Ayah Anda adalah sosok dermawan yang tangguh, Dia berjuang keras untuk mengambil alih perusahaan milik Kakek Anda yang dulu hampir jatuh ini, hingga Dia memiliki saham terbanyak di perusahaan ini, tetapi perjuangannya ternyata masih belum cukup, mungkin hingga Dia memiliki 100% saham, baru para musuh akan berhenti mengganggunya" ucap Paman Yosef.
"Bukan urusanku Paman, dan Aku tak simpatik akan hal itu" jawab Aditya ketus.
"Maaf Tuan, Anda hanya perlu tahu jika yang Tuan Besar lakukan, semata-mata hanya untuk Anda, untuk masa depan Anda" ucap Paman Yosef lagi.
"Tidak usah membelanya Paman, Anda sama saja, bukankah Anda juga yang ikut mengusirku dan Ibuku seperti Anjing?" Tanya Aditya sedikit mendengus, terlihat Dia sangat kesal.
"Maafkan Saya Tuan Muda, jika luka itu masih membekas di hati Anda hingga saat ini, tapi percayalah semua itu demi kebaikan Anda, Anda akan menyesal telah membenci Tuan Besar jika kelak tahu kebenaranya" jawab Paman Yosef.
 
 

Comentário do Livro (95)

  • avatar
    c******n@gmail.com

    Cerita yang menarik 💙

    07/06/2022

      0
  • avatar
    TaryanaYaya

    saya mau dapat dm 10000

    14d

      0
  • avatar
    Baik2Jaga

    iya

    22d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes