logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

5. Butir-butir Rindu

Ku tasbihkan rindu ini dalam bait-bait do'aku. Ku jaga rasa ini agar tetap untuk mu.
*****
Rivat hanya terdiam keheranan
'Rania kau satu-satunya wanita yang tak tahan melihat ketampananku, sampai kabur begitu, takut meleleh... "
---------
Pagi itu Rivat baru saja sampai di area parkir sekolah dengan motor sport berwarna hitam.
Rivat berjalan dengan sebelah tangannya memegang tali ransel yang ia gendong di punggungnya. Cowok berperawakan tinggi, berkulit cerah dengan badan tegap membuat nya mampu menyihir setiap wanita yang berpapasan dengannya.
Seperti sekarang ini, semua siswi yang dilewati Rivat memasang wajah penuh kekaguman dan terpesona pada Rivat. Rivat tak peduli dengan tatapan tajam padanya, dia sudah terbiasa menerima tatapan seperti itu, langganan!!!
"Rivat...! "
Teriakkan seseorang menghentikan langkah nya, Rivat sudah kenal dengan suara itu. Rivat berbalik ke arah sumber suara dan...tepat sekali dugaannya siapa lagi kalau bukan si Heru, sahabatnya dari kecil.
Heru mempercepat langkahnya mendekati Rivat dengan penampilan yang lumayan... menarik.
Heru begitu ramah dan baik pada setiap cewek, saking ramahnya banyak korban PHP Heru disekolah.
Begitu pula dengan Rivat, tapi bedanya Rivat tak pernah merayu pada wanita apalagi sampai mengejar-ngejar, dia hanya tersenyum ramah pada semua orang alhasil banyak cewek yang nekad menyatakan cintanya pada Rivat, selanjutnya tinggal pilih 'yes or no'.
Keduanya berjalan menyusuri koridor sekolah, menuju lokal kelas sebelas bak seorang model cover boy dengan langkah ringan. Banyak siswi yang berpapasan dengan mereka dibuat terpaku dan mengangga.
"Pagi semua...! " sapa Heru memamerkan senyuman nya ke setiap siswi, walau siswi itu melirik pada Rivat yang terlihat acuh tak acuh. Pagi ini Rivat sedang bad mood.
"Lo kenapa? " tanya Heru "biasanya udah mengumbar senyuman maut lo, sariawan nih? "
Rivat tak menjawab dia terus saja berjalan.
"Hai Dwi... pagi ini kamu sangat cantik" puji Heru sambil mengedipkan matanya yang mampu membuat kaum hawa meleleh seketika.
"Eh Suci... Makin sexy aja nih" Heru terus melontarkan rayuan gombalnya.
Rivat terlihat jengah mendengar bualan menjijikkan ala buaya darat satu ini.
"Hari ini lo berbeda Rivat? Lebih... kalem, gini nih kalo kebanyakan menghapal rumus stuktur senyawa karbon, kehidupan lo suram dan kaku."
"Maksud lo? " tanya Rivat masih dengan wajah datar.
"Lo gak tau gimana rasanya mengejar cewek, yang ada lo cuma nunggu, nerima cewek yang nembak lo, pasif! "
" Itulah hebatnya! Jadi baguskan gue gak perlu repot-repot mengeluarkan rayuan murahan kayak lo" Rivat mendelik sebal.
"Ah... bilang aja lo senang di puja-puja" gerutu Heru, "lo gak pernah tau rasanya jatuh cinta"
"Sok tau...!"
"Gue yakin di HP lo pasti gak ada satupun foto mantan pacar lo yang bejibun itu" ejek Heru "hati lo juga masih kosong seperti rumah hantu, dingin dan hampa. "
"Kok tauu...! " Rivat terkekeh kecil, "Tapi... sekarang ada satu orang yang mengisi hatiku" Rivat tersenyum kecil.
"Serius lo!" Heru berucap senang separuh tak percaya.
Heru adalah orang yang paling kenal dengan Rivat, dan Heru sangat tau kalo Rivat tak pernah menyukai satu wanita pun. Hatinya beku.
"Siapa? Wanita kan? "
"Astagfirullah...! Lo kira gue gay, gitu? Gue masih normal Heru. "
"Ya kali aja" Heru terkekeh kecil " Siapa? penasaran gue! "
Langkah Rivat terhenti saat melihat Rania berjalan tak jauh darinya dengan senyuman dan tertawa kecil karena sedang bercanda dengan teman-temannya.
Rivat ikut tersenyum saat Rania tersenyum, ikut tertawa saat Rania tertawa, alisnya ikut mengerut saat Rania cemberut, Heru heran melihat perubahan wajah Rivat, Heru ikut menatap apa yang di lihat Rivat.
Hati Rivat sampai berdetak saat Rania dan ketiga temannya berjalan ke arahnya, kerena untuk sampai ke koridor kelas sepuluh harus melewati koridor kelas sebelas jika tidak harus memutar lewat taman balakang.
"Siapa? Jawab Rivat!" Heru mendesak, penasaran sekali dia ingin tau siapa wanita yang bisa mencuri hati sahabatnya itu.
"Dia... " ucap Rivat dengan keyakinan setinggi angkasa.
"Yang... tomboy itu? "
"Sebelahnya"
"Dinding... "
"Sebelahnya lagi" jawab Rivat tanpa mengalihkan pandangannya.
"Rania...?" desah Heru, Rivat hanya tersenyum." Beraaat...! "
Rivat mengerutkan alisnya mendengar ucapan Heru.
"Baru sekolah satu bulan dia sudah menjadi  'most wanted girl ' dengan kategori gadis terpuji. "
"Oh.. Ya ! "
"Ya...! Dia satu-satunya cewek yang dapat enam kategori cantik, pintar, feminim, lemah lembut, sopan, dan yang paling penting dia tidak genit, melirik cowok aja enggan, dia seperti putri malu"
"Benarkah??? "
"Ya...! Jadi kalo cowok kaya lo yang cuma nunggu ,sampai kiamat juga gak bakalan di lirik  sama Rania. "
Rivat hanya diam mendengar ucapan Heru penuh minat.
"Kau tau Rivat, kak Zaky kakak kelas kita yang mempunyai gelar ' Cowok tak tertolak' itu adalah cowok pertama yang nembak Rania , tapi nasibnya sangat apes, langsung patah hati ditolak Rania. "
"Ha..ha..ha.. " Rivat spontan saja tertawa senang, "bagus dong! Jadi sekarang gelar itu tak menempel lagi padanya. "
" Ya...! tapi... Kau pasti kaget jika tau siapa yang mendekati Rania sekarang. "
Rivat mengalihkan pandangannya pada Heru, menatap dengan tajam.
" Kak Dhika Prasetya ! "Ucap Heru dengan serius , " Lo tau kan apa artinya itu?? Lo dapat saingan berat, dia punya nilai plus dia... bukan playboy kaya lo ha.. ha.. "
"Lo dapat info itu dari mana??? "
"Dari tim survey 'most wanted " SMA Pancasila, "
"Astaga... ada tim survei nya juga ya" Rivat terkekeh " Baru denger gue!!! Siapa ketuanya?"
"Gue, Heru Dharma Putra"
"Astagfirullah... Insaf  Heru!!! "
"Apa lo sudah kenal dengannya? " tanya Heru penasaran, karena sampai detuk itu Heru pun belum berhasil untuk berkenalan secara langsung.
"Sudah"
"Kenal...!" Heru mengangguk-angguk " Saling kenal atau... kenal sepihak? "
"Saling kenal bahkan kami sangat akrab"
Bad mood yang di rasakan Rivat sedari pagi hilang seketika saat menatap wajah sang pujaan hati walaupun dari jauh.
Rivat merapihkan rambut dan bajunya saat Rania dan ketiga sahabatnya semakin dekat, senyum terbaik menyungging diwajahnya, menanti balasan senyum dari bibir Rania.
Debaran jantung Rivat semakin menguat saat jarak hanya beberapa langkah saja walau Rania belum melirik padanya.
"Rania...!!! " suara Dhika terdengar jelas, tegas dan berat, suara yang amat di sukai kaum hawa.
Rivat terdiam dalam keheningan, sungguh dia kecewa.
Rania menghentikan langkahnya lalu berbalik, Dhika mempercepat langkahnya menghampiri Rania.
Jantung Rivat tertusuk saat Rania dan Dhika saling tersenyum kecil lalu sapa-sapa. Meraka berjalan berdua ke arah Rivat sambil mengobrol.
'Ra! tatap aku' batin Rivat, 'setidaknya lirik aku sesaat saja' harap Rivat.
Rivat membeku sempurna, senyum yang menyungging sedari tadi terasa hambar, Rania melewatinya tanpa melirik sedikit pun. Hanya ketiga temannya saja yang melirik Rivat, itu juga hanya sekitas tak berniat untuk menyapa.
"Sepertinya cuma kenal sepihak deh" Heru nyindir Rivat " Lo... ngarep, ha.. ha.. ha.. "
Rivat menendang udara kosong dengan kesal.
Perbincangan mereka terhenti saat bell masuk berbunyi.
Hari itu Rivat tak bisa konsentrasi pada pelajaran nya, pikirannya selalu berkecamuk.
'Dhika Prasetya, bagaimana dia bisa mengenal Rania, kak Dhika selama ini dikenal tegas, berwibawa dengan wajah yang lumayan, walau masih gantengan aku sih, dia benar-benar tak bercela, wanita yang mendekati nya harus siap-siap patah hati karena di abaikan, tapi... mengapa dia mendekati Rania, apa... Rania menyukainya? Ya.. Allah mengapa hal ini sangat meresahkanku.'
----------
Saat ini Rivat sedang bermain basket di lapangan sekolah, tim basket nya akan menghadapi turnamen. Susah payah Rivat berusaha untuk menghilangkan bayangan Rania dan ucapan Heru dari kepalanya.
Dug... dug... dug... braak
Dug... dug... dug... braak
Rivat memainkan bola dengan lihai dan keras, hingga suaranya terdengar begitu nyaring saat melakukan dribbling. Rivat juga melakukan slamdunk dengan kencang ke dalam ring. Rivat terlihat sangat emosi. Bayangan Rania terus saja mengganggunya, akhirnya Rivat memilih duduk di pinggir lapangan memperhatikan timnya bermain.
'Ya Allah! ampuni hamba...kenapa aku tak bisa berhenti memikirkan nya, memikirkan Rania Salsabilla, kalau begini terus aku bisa gila, aku tak bisa konsentrasi pada apapun,akhir-akhir ini bayangannya terus menggangguku, yang ada dipikiranku hanya dia' batin Rivat.
'Rania pun tampaknya menghindari ku, sejak penutupan MOS itu kami tak pernah bertegur sapa'.
"Kapten kenapa tuh?" tanya Yoga.
"Lagi galau" ucap Heru.
"Bisa galau juga sang arjuna. " Sambung Rey.
"Waah... gawat dong kalau begini terus, bisa-bisa kita kalah nanti kalau kaptenya gak semangat gitu" ucap Felix.
"Gue izin pulang duluan" ucap Rivat sambil berlalu pergi tanpa menghiraukan teman-temannya yang keheranan. Rivat menuju ruang ganti.
Rivat melirik jam tangannya 'sebentar lagi jam pulang sekolah, aku ingin menemui Rania sebentar saja' batin Rivat.
Lama Rivat berdiri di pintu masuk koridor kelas sepuluh, hingga akhir nya bell berhunyi. Beberapa siswi menyapanya, Rivat hanya tersenyum kecil, membuat mereka kaget karena mendapatkan senyum seorang Rivat.
Rivat terus menunggu sampai akhirnya sepi, Rivat menarik napas kasar.
"Kemana Rania? " Rivat berpikir-pikir, lalu berjalan ke kelas Rania. Kelas telah kosong sempurna.
'Rania...! Apa kau memang menghindariku? Mengapa? "
******
Makasih buat yang sudah mampir...
Tolong bantu kasih like dan komentar ya...
Love you...

Comentário do Livro (78)

  • avatar
    KarlenaSelva

    bagus

    07/02

      0
  • avatar
    Mohd azliNurizamirah binti

    good season 2

    21/12

      0
  • avatar
    Irdayatiaja

    ceritanya seru , Rania ketemu senior yg tampan, yg gokil nya Ramia ga tau kalo senior tampan ini namanya Rivat yg dia benci, jadi penasaran gimana lanjutan ceritamya, aku mau baca lagi aaah.terimakasih.

    04/12

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes