logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 2. Cinta Berlapis Dusta

Manusia terlahir ke dunia memiliki takdir dan garis kehidupan. Baik itu suka, duka atau bahagia. Semuanya telah tergores.
***
Kupandangi tanda merah yang tertinggal di leher sambil terus menggosoknya dengan kapas bercampur pembersih wajah, tetapi nihil bekas itu tidak mau hilang. Malah semakin sakit dan perih saat digosok. Belum lagi rasa nyeri di bagian tertentu, membuat ruang gerakku tidak bebas. Kalau berjalan seperti orang keseleo.
Aa kenapa juga kamu tinggalin bekas seperti ini, sih! gumamku kesal.
Aku yang kesal lantaran tanda merah yang tidak mau hilang, tiba-tiba handpone berbunyi. Panggilan masuk dari Anton. Ngapain juga dia nelpon pagi-pagi, gini? Bukannya baru saja ketemu.
"Iya, A. Ada apa?" Aku terima panggilan masuk.
"Aa, kangen. Kapan bisa ketemu lagi, Sayang?" Anton langsung ke topik pembahasan tanpa berbasa basi terlebih dahulu, setelah telepon aku terima.
Aku terbuai mendengar ucapan Anton. Rasa sakit dan nyeri belum hilang, sudah ngajak ketemuan lagi, tetapi rasa kangen pun menyelimuti hati. Bersamanya ada ketenangan, mungkin karena kesepian tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua. Jadi belaian dari lawan jenis telah membutakan aku.
"Kan, baru aja ketemu, A? Oh ya, A. Kenapa leherku ada tanda merah? Dan enggak mau hilang dibersihkan?" tanyaku ingin tahu. Bodohnya diriku ini tanda seperti ini saja tidak tahu.
"Tapi, Aa, kangen. Itu tanda cinta, Aa, Sayang. Udah biarin aja, nanti juga hilang sendiri." Anton dengan santainya menanggapi kekhawatiranku. Seakan dia sudah terbiasa dengan hal tersebut.
"Tapi, A …? Aku risi melihatnya, apalagi ART–ku menanyakan tanda itu. Kalau Ibu dan Ayah tahu, gimana?" Perasaan takut mulai menyelimuti jiwa, tetapi rasa candu melebihi segalanya.
"Udah enggak usah takut gitu, bentar lagi juga hilang. Sayang, nanti malam kita ketemuan lagi, yuk?" Anton terus saja merayu.
Entahlah apa ini yang dinamakan cinta? Kadang membuat orang merasa dilema olehnya, tetapi sangat dirindukan, jika tidak memilikinya. Aku terbuai oleh rasa itu, membuat diri ini lupa akan batasan yang harus dilakukan dan dihindari. Kesenangan sesat memenjarakanku dari surganya dunia. Tanpa berpikir efek setelahnya.
"Nanti aja lagi, ya? Aku mau istirahat dulu, lagi juga masih terasa sakit dan nyeri punyaku, A."
"Aa, masih kangen … iya, sudahlah kalau memang, Dedek, enggak bisa, kita lewat LDR aja nanti malam, oke"
Apalagi yang Anton maksud dengan sebutan LDR. Hubungan macam apalagi? Aku iyakan saja, meski belum mengerti.
"Iya, A. Aku mau istirahat dulu, ya." Aku sambil merapikan ranjang, minta izin untuk menutup telepon.
"Oke, Sayang. Istirahat yang lama, biar nanti malam kembali full tenaganya." Suara Anton terdengar begitu bahagia dari seberang telepon.
Telepon kumatikan. Lalu istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa penat dan kantuk yang begitu berat. Bantal dan guling kesayanganku setia menemani waktu istimewa tanpa banyak menuntut. Mata mulai terlelap dan suara-suara tidak terdengar lagi dari telinga berpindah pada alam lain.
***
Angin mengembuskan rasa dingin, membuat sang penikmat tersentak kaget karena merasakan dinginnya menusuk tulang. Lalu, terbangun dari mimpi yang membuainya.
Tok … Tok ….
"Non Khanza, bangun udah siang hampir sore malah." Suara Mbok Lis mengagetkanku. Dengan tergesa beranjak dari peraduan, tetapi aku lupa kalau ada bagian yang sakit.
"Aduh … Aauw ...," pekikku dengan sedikit keras.
"Non Khanza, kenapa, Non? Mbok khawatir, ayo cepat dibuka pintunya!" teriak Mbok Lis sambil terus menggedor pintu kamarku.
Aku berusaha bangkit dari tempat terdiamku. Melangkahkan kaki dengan tertatih, agar segera membukakan pintu. Takut Mbok Lis semakin mencemaskan keadaanku.
Kreekkk ….
Pintu kamar kubuka dengan pelan. Lalu menyembulkan wajahku keluar untuk menyakinkan si Mbok kalau aku baik-baik saja.
"Aku, enggak apa-apa, Mbok. Cuma kaget aja tadi pas bangun, terus terjatuh." Aku berusaha menutupi keadaan sesungguhnya.
"Benar, Non? Enggak apa-apa?" Mbok Lis sangat mengkhawatirkan keadaanku.
Aku hanya mengangguk untuk menyakinkannya sambil tersenyum. Mbok sepertinya kurang puas dengan jawabanku. Dia terus saja memandang dengan tatapan penuh selidik.
"Mbok, udah masakan makanan kesukaan, Non Khanza. Ayo, ke ruang makan, semuanya sudah Mbok siapin." Mbok Lis sangat perhatian denganku. Dia begitu menyayangiku hingga selalu khawatir jika ada yang berubah pada diri ini, meski secuil.
"Terima kasih, Mbok, tetapi, aku mandi dulu ya. Nanti setelah itu baru makan," jawabku dengan senyuman manis untuknya.
"Baiklah, Non. Jangan lama-lama ya." Mbok Lis membalas senyumanku.
"Siap. Eat … Boleh, aku minta tolong, Mbok?"
"Boleh, dengan senang hati. Non Khanza, mau minta tolong, apa?"
"Tolong bikinin, aku jus alpukat enggak pakai gula, cukup susu aja."
"Siap." Mbok pun pergi meninggalkan aku.
Sepeninggal Mbok Lis aku segera ke kamar mandi tidak lupa mengunci pintu kamar terlebih dahulu. Di kamar mandi kusiram tubuh ini dengan air kran yang mengalir. Seger? Sudah pasti. Kubersihankan sisa-sisa kotoran yang menempel di tubuh, meski kutahu itu tidak akan pernah bisa hilang. Setidaknya kesegaran kembali terasa di jiwa ini.
Selesai mandi aku memoles wajahku dengan make up tipis. Mengenakan baju setelan babydoll bergambar Hello Kitty berwarna hijau muda. Aku keluar kamar menuju ke ruang makan. Ternyata semua sudah tertata rapi dan sangat menggoda saat melihat menu kesukaanku tersaji di sana. Tanpa ditawari untuk kedua kalinya, segera kulahap dengan semangat empat lima yang pas dengan kondisi perut sedang lapar.
"Pelan-pelan, Non, makannya." Mbok Lis mengingatkan, agar aku tidak tergesa-gesa saat menyantap makanan.
Aku hanya Cengengesan saat Mbok Lis mengingatkan. Perutku betul-betul lapar karena semalam tidak terisi makanan. Sibuk berpetualang bersama Anton. Segera kutuntaskan kegiatan yang menyenangkan perut dengan cepat. Setelah itu akan duduk santai di samping rumah sambil menikmati suasana sunset sebelum senja turun.
***
Senja pun turun dengan indah memperlihatkan swastamita di sebelah barat, warna merah orange di langit pada waktu matahari terbenam dan terbit disebabkan oleh kombinasi hamburan Rayleigh warna biru dan tingkat kepadatan atmosfer bumi. Aku sangat menikmati suasana sunset yang jarang kunikmati.
Aku masuk ke kamar setelah puas menikmati sunset. Saat sampai di kamar, kubuka handphone dan banyak sekali panggilan masuk dari Anton. Bahkan chatanya pun banyak masuk, segera kubalas chatanya.
"Maaf A. Aku tadi di samping rumah menikmati sunset, sedangkan hapenya ada di kamar. Ada apa?" Aku membalas chatan Anton dan memberi tahu keterlambatanku menerima telepon darinya.
Semenit, dua menit, bahkan dua jam lamanya kutunggu balasan dari Anton, tetapi tidak kunjung juga dibalasnya. Padahal pesanku sudah centang garis dua biru, berarti sudah dibaca olehnya. Kesal kini merasuk jiwa, separuh harapan telah diambilnya.
Saat hati sedang gundah. Aku mencoba untuk berdamai dengan perasaan yang sedang tidak baik-baik. Tiba-tiba handponeku berdering ada panggilan masuk dari Anton. Segera kuterima telepon darinya dengan cepat.
"Halo, maaf A. Aku tadi lagi menikmati sunset di samping rumah, sedangkan handponenya ada di kamar." Tanpa menunggu ditanya aku langsung menjelaskan alasan keterlambatanku.
Ha ha ha …, tawa Anton terdengar dari seberang telepon. "Santai aja, Say. Aa juga minta maaf ya baru menghubungi dirimu. Tadi ada teman datang ke rumah, enggak enak mau ninggalin." Anton menjelaskan panjang lebar alasannya.
"Kirain, Aa marah sama, aku." Rasa kesal, gelisah mulai sirna karena Anton sudah menjelaskan alasannya.
"Enggak lah, Sayang, lagi ngapain?"
"Ini lagi di kamar, mau tidur. Ada apa, A?" tanyaku sambil merapikan tempat tidur, karena besok harus bangun pagi.
"Jangan, tidur dulu! Kita VC an, yuk?" Suara Anton yang menekan dan mengalihkan panggilan biasa menjadi video call.
Belum sempat aku menjawab panggilan VC sudah meminta persetujuan untuk mengubahnya. Setelah kuklik, muncullah wajah ganteng Anton dari seberang dengan tubuh ditutupi selimut.

Comentário do Livro (218)

  • avatar
    NendenKucrit

    cerita ini sangat menarik dan mudah di pahami

    31/05/2022

      3
  • avatar
    ttSatria

    🤗🤗

    18d

      0
  • avatar
    FearlessIant

    cerianya menarik

    23d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes