logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

CHAPTER 6 : ADA APA DENGANMU?

Bayu menatap Aluna yang tertunduk,"maksudmu gimana? Aku? Berubah?" Kening Bayu berkerut.
"Bay, apakah ada orang ketiga diantara kita?" Aluna terkesiap. Kenapa malah pertanyaan tidak jelas itu yang meluncur dari bibirnya.
‘ Aah!Bodoh!’ Aluna menelan ludah. Sama sekali diluar dugaan, bibirnya bisa dengan mudah bertanya demikian. Tak ada jawaban.Untuk beberapa jenak mereka terdiam dalam hening.
"Bay?" Aluna terdengar cemas, dibalik meja, jemarinya meremas ujung cardigannya.
"Nggak ... nggak ada." Bayu menghindari tatapan Aluna.
Aluna menunggu Bayu menatapnya kembali, mencoba mencari kejujuran dari balik sinar matanya.
Percuma.
Sampai saat senja, hingga saat Bayu mengantar Aluna pulang, Bayu sama sekali menghindari kontak mata dengan Aluna.
Perasaan Aluna semakin tak karuan.
Hati kecilnya mulai melukis berbagai prediksi. Dan semua prediksi itu semakin membuat hatinya tak tenang.
***
"Mar, kamu bisa nolongin aku nggak?"
"Ssst, bisa nanti nggak? Pak Danu ngeliatin ke arah kamu terus, tuh. Kayaknya sebentar lagi ngomel. Kamu sih, nggak fokus aja."
Aluna memajukan bibirnya. Pura-pura merajuk.
"Ih, mirip bebek." Marisa terkikik pelan.
"Eheeeum... " Pak Danu (pura-pura) berdehem. Membuat Aluna dan Marisa pura-pura, eh tidak, mereka benar-benar kembali fokus menyelesaikan tugas.
Aluna berusaha mengumpulkan konsentrasinya. Lebih baik segera menyelesaikan laporan perkembangan klien yang diminta Pak Danu.
Daripada jam istirahatnya dipotong, hanya untuk mendengarkan Pak Danu mengomel.
***
"Tumben, pengen ngopi?" Marisa heran, Aluna bersikap tak seperti biasanya.
Teman dekat Aluna pasti tahu, Aluna jarang minum kopi, karena perutnya memang sedikit sensitif dengan kopi. Jadi, sebisa mungkin, Aluna menghindari kopi.
"Ah, kenapa kamu juga mesti bersikap kayak Bayu, sih. Heran, deh, timbang pengen ngopi doang...." Aluna berdecak.
Marisa meringis, "ya jelas heran, kamu kan jarang, malah nggak pernah minum kopi-kopi gitu. Lah, ini? Tau-tau pengen ke kafe kopi."
"Aku butuh kafein, Mar." Mata Aluna mengerjap, seolah sedang memohon.
"Aaah, i see. Ok, aku tahu kafe kopi deket sini yang enak, murah tapi bukan kopi kualitas murahan."
"Oh, ya? Hayuu, cepetan kita ke sana!" sahut Aluna penuh.semangat
Aluna membiarkan angin berhembus meniup anak rambutnya. Membuat rambut panjang sepinggangnya yang tergerai setengah berantakan.
"Luna, cari tempat di dalam, yuk. Di luar, anginnya kenceng banget! Aku takut, bisa-bisa berantakan dandananku." Marissa menggerutu saat angin juga membuat rambutnya berantakan.
"Nggak, ah. Aku lagi pengen ditiup bayu." Aluna terkekeh.
"Hadeuh. Alasan macam apa itu. Beda urusan Bayu pacar kamu sama bayu angin gede begini! Susah deh, ngomong sama orang yang lagi galau." Meski kesal, Marisa mengurungkan niatnya pindah ke dalam ruangan kafe.
"Udah, cepet, mau minta tolong apaan tadi?"
"Mar, ada cara nggak sih, buat mendeteksi pasangan yang selingkuh? Kalau ada tolong dong, aku pengen tahu...."
Marisa terbahak, "hahaha, jadi kamu mau minta tolong mendeteksi Bayu, gitu?"
Aluna mengangguk cepat.
"Feeling kamu gimana?"
"Ehm, feeling? Ehm, gimana ya... susah jelasinnya, tapi aku merasa memang ada yang berubah dari Bayu. Walaupun aku belum tahu pasti, apa itu."
Giliran Marisa mengangguk-angguk.
"Biasanya feeling pasangan lumayan tepat, sih. Yaaa, nggak 100% bener juga, sih, tapi rata-rata memang feeling nggak enak begitu bisa jadi memang pertanda ada sesuatu."
Aluna memejamkan mata. Mencoba mencerna penjelasan Marisa. "Jadi gimana? Bisa jadi memang ada sesuatu sama Bayu, gitu kan?"
Marisa diam, enggan untuk menjawab pertanyaan Aluna. Tanpa perlu Marisa menjawab pun, Aluna sebenarnya sudah tahu jawabannya.
***
Aluna meletakkan novel yang dibelinya beberapa hari lalu. Potongan kalimat dalam novel itu membuatnya termenung.
Ketika rasa marah membuncah di dada, ketika rasa kecewa menguasai hati, ketika rasa benci memantik hasrat pergi, cobalah tarik napas dan masuki sunyi.
Sunyi.
Saat ini, itu yang Aluna rasakan, sunyi. Sosok Bayu yang semakin menjauh. Membuatnya semakin yakin, ada sesuatu yang disembunyikan oleh Bayu.
‘Bay, ada apa denganmu?’
***
Hari ini, Aluna berencana untuk datang mendadak ke apartemen milik Bayu tanpa pemberitahuan sebelumnya. Aluna mematut-matut diri di depan cermin, sedang berlatih penyamaran. Dia juga sudah berlatih beberapa kemungkinan terburuk, jika nanti penyamarannya terbongkar.
Sesuai instruksi Marisa, kalau memang benar Bayu berselingkuh. Dirinya harus mengumpulkan barang bukti lebih dulu. Aluna berusaha untuk tetap tenang. Meskipun perasaannya sama sekali tidak tenang.
Setelah mengatur strategi dengan Marisa. Aluna memutuskan cuti untuk melancarkan rencananya mencari bukti. Beruntung, Pak Danu mengizinkannya mengambil cuti.
[Luna, inget ya. Kalo seandainya benar Bayu selingkuh dan kamu dapat bukti, jangan lupa kirim dulu ke aku. Satu lagi, kamu harus tetap fokus dan nggak kebawa emosi!]
Aluna mengulum senyum, membaca pesan dari Marisa yang baru saja masuk di ponsel miliknnya
***
Mirip adegan dalam film spionase.
Aluna sengaja melakukan penyamaran, memakai style pakaian yang berbeda dari yang biasa dia pakai. Sebuah rok mini dipadu jaket sporty dilengkapi kacamata hitam. Aluna sengaja merombak penampilannya. Bahkan, dia membeli rambut palsu pendek, sengaja dia memilih warna cokelat burgundy agar tidak ada yang mengenali penyamarannya.
Sesuai saran Marisa juga, dia sengaja menyewa mobil, bukan mengendarai mobil pribadi. Aluna menepikan mobil, kemudian memarkir mobilnya tidak terlalu jauh dari apartemen Bayu. Matanya melirik jam di pergelangan tangan. Ah, sebentar lagi, waktunya Bayu berangkat ke kantor.
Tangannya meraih kotak hitam berukuran sedang, dikeluarkannya benda berkilat itu lalu memakai kacamata hitam di dalamnya. Jemarinya meremas kemudi, berusaha untuk tetap fokus dan tenang, meski tentu saja, itu hal yang mustahil!
Benar saja, tak lama berselang nampak Bayu berjalan keluar dari dalam gedung apartemen. Menuju area parkir kendaraan.
Aluna bersyukur, Bayu ternyata berjalan sendirian.
Tak lama berselang, dari area parkir, nampak Bayu mengendarai mobilnya.
Aluna bergerak sigap. Menyalakan mobil, bersiap untuk membuntuti mobil yang dikendarai Bayu. Tidak ada yang aneh. Bayu mengendarai mobil sesuai jalur menuju kantornya.
Lagi-lagi, Aluna bersyukur, tidak menemukan hal aneh.
Tunggu! Apa itu?
Bola mata Aluna menyipit, mencoba memastikan kalau dirinya tidak salah melihat. Seorang gadis yang nampak tidak asing, sedang berdiri di seberang jalan. Nampaknya dia menunggu Bayu yang sedang memarkir mobil.
Jantung Aluna mendadak berdetak lebih cepat. Astaga! Kalau tidak ingat pesan Marisa, mungkin dia lupa untuk tetap tenang dan fokus.
Nafas Aluna mendadak terasa berat.
Berharap dirinya keliru dan salah lihat.
Bola mata Aluna kembali menyipit. Mencoba memastikan lagi bahwa yang dilihatnya bisa saja bukan Bayu.
Jemari Aluna bergetar, mengambil kamera DSLR yang ada di sebelahnya. Dia harus mendapatkan bukti lebih dulu! Hatinya terasa sakit ketika jarinya memutar dan menetapkan ring fokus pada kameranya.
Aluna kini bisa dengan jelas melihat senyum terbingkai di bibir wanita itu. Wajah wanita itu terlihat begitu ceria ketika Bayu berjalan menghampirinya.
Sungguh tak pernah Aluna membayangkan, yang baru saja dilihatnya. Tak pernah terbersit bahwa Bayu akan mengkhianatinya seperti saat ini. Mendadak hati Aluna terasa sakit luar biasa.
Wanita itu, Arindi, teman satu kelasnya semasa SMA.
Bola mata Aluna mendadak buram.
Badannya bergetar hebat, rasa sakit mendadak membuatnya lupa pada pesan Marisa.
***

Comentário do Livro (57)

  • avatar
    Agnes Diah Lestari Baene

    bagus 💖🥰

    17d

      0
  • avatar
    Haqim Azmi

    best untuk di baca

    07/07

      0
  • avatar
    LizaArna

    ini sangat bagus

    03/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes