logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bagian 7

Jam menunjukkan pukul 20.00, baik Jaira maupun Zidan tidak kembali ke rumah. Elena, merasa ada yang aneh hari ini, dia kalang kabut, pikirannya melayang kemana-mana. Wanita itu, turun dengan mengenakan lift, dan, setelah sampai, dilihatnya para asisten rumah tangga yang bersiap akan istirahat.
" Bi, kalian tahu tidak Zidan pergi ke mana ? "
" Kita nggak tahu Nyonya, Tuan Muda tadi sore mendapatkan sebuah panggilan, tetapi setelahnya beliau pergi dengan begitu terburu-buru ! " ujar salah satu maid.
" Baik, terimakasih ! "
Setelah mengatakan itu, Elena segera berbalik arah dia berjalan dengan lesu. Sampailah dia di kamar, dia mencoba menengok ke kamar Jaira. Sayangnya, nihil, wanita yang merupakan madunya itu juga tidak ada di dalam kamar. Karena tidak dikunci, akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam. Merasa penasaran, dengan kamar Jaira. Dan sering kali, para maid membicarakan tentang Jaira, yang tidak pernah merepotkan mereka. Ternyata, kamar Jaira begitu rapi, sehingga tidak merepotkan yang lainnya. Tidak seperti dia yang memang sejak kecil sudah mempunyai, maid. Apapun dilakukan oleh maidnya.
" Buku apa ini ? " ujar Elena.
Karena rasa ingin tahunya begitu tinggi, akhirnya wanita itu membuka lembaran-lembaran buku tersebut, dan, dibacanya satu persatu.
Lembar pertama, 3 Agustus tahun 20xx
Hari ini, tepat di malam pertama kami. Dia sudah menorehkan luka dalam hatiku, dengan entengnya, membawa seorang wanita.
" Mas Zidan, kamu tega membawa seorang madu untukku tepat di malam pengantin kita. Padahal, aku sangat mencintai kamu, sejak pertama kali kau datang melamarku "
Lembar ke-dua, 3 September 20xx
Pernikahan kami sudah satu bulan lamanya, dia tetap tidak bisa memberikan perhatiannya padaku. Baginya, hanya ada dirinya. Ingin aku mengatakannya dengan kencang " AKU JUGA ISTRIMU MAS " Tetapi, tak bisa. Aku harus tetap bersabar sedikit. Mungkin dia akan menjadi suami yang adil, dia ingin berpoligami maka dia akan berlaku adil. Percaya saja, Allah Ta'ala itu maha baik.
Lembar ke sekian.
Sudah 3 tahun berjalan, pernikahan kami masih tetap sama. Dia, hanya memberikan perhatiannya kepada maduku, kali ini aku sudah menyerah. Aku sudah membulatkan tekadku.
Jaira nggak kuat lagi, Ya Allah. Aku ingin bercerai darinya, dengan bercerai, mungkin, Jaira bisa saja mendapatkan lelaki yang lebih baik. Mencintai, dan menyayangiku karena Engkau.
Setelah membaca lembar demi lembar buku diary Jaira, Elena tersenyum penuh arti. Dia memotret bagian dari kata-kata Jaira yang menurutnya lucu, dia ingin memberitahu Zidan mengenai hal ini. Bahwa diam-diam istri pertamanya itu, ingin bercerai darinya.
" Kena kau kali ini, jadi orang jangan munafik. Sok bersikap cuek, padahal aslinya pencemburu cih ! " batin Elena.
Dia menyimpan diary tersebut kembali ke letak asalnya, kemudian berbalik meninggalkan kamar Jaira dan pergi ke kamarnya.
Zidan terbangun setelah mendengar suara tangisan bayi. Dia, dengan segera menghampiri Hafizh yang berada di tempat tidurnya, Jaira pun terbangun kini keduanya berusaha menghentikan tangisan Hafizh. Jaira bershalawat, kemudian diikuti oleh Zidan, pria itu dengan sabar menepuk-nepuk punggung si kecil.
" Masih pukul 22.00 , baru 30 menitan kita tidur ! " ujar Zidan.
" Nggak apa-apa, namanya juga anak kecil. Mas kalau ngantuk tidur aja, biar Jaira yang jaga Hafizh ! "
" Kita jaga sama-sama, kamu juga capek sayang. Mas nggak mau egois ! "
Jaira mengangguk, kemudian Zidan meminta Jaira untuk duduk. Sementara itu dia membuat susu formula untuk bayi, untuk Hafizh barangkali bayi itu merasa kehausan. Karena, Hafizh masih sedikit rewel, Jaira masih tetap bershalawat sembari menimang-nimang bayi itu.
Setelah diberikan susu formula oleh Zidan, Jaira memberikan Hafizh susu tersebut. Anak itu segera meminumnya dengan lahap. Melihatnya, Zidan tidak terasa melengkungkan bibirnya, dia tersenyum bahagia, ternyata naluri kebapakannya memang tepat, dia jadi lebih percaya diri, dan bangga terhadap dirinya sendiri.
" Mas ngapain senyum-senyum kayak gitu ? "
" Sayang, ternyata Mas memang kebapakan ya. Sudah cocok jadi Ayah nih hehehe ! "
" Iya bener, bikin gih. Tapi, sama Mbak Elena tuh ! "
" Salah lagi. Kali ini lebih ketus dari sebelumnya, itu bibir kecil sih. Tapi, kalau udah marah, beuh pedes banget, kayak cabe rawit ! " batin Zidan.
" Mas, Hafizh udah bobo nih. Kita juga bisa tidur lagi, mending Hafizh tidur di tengah aja. Ranjang ini cukup kok, buat bertiga ! "
" Alhamdulillah nya sih, ngambeknya nggak berkepanjangan. Jaira memang istri yang baik ! " batin Zidan.
" Oke, yuk tidur lagi ! " jawab Zidan senang.
Jaira, memposisikan tubuh Hafizh dia atas ranjang, sedangkan Zidan mengibas ranjangnya sembari membaca basmalah dan kalimat Allah lainnya. Setelahnya dia mengucap syukur dengan membaca Alhamdulillah. Selanjutnya, mereka berdua merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Raka termenung di kesendirian, dia menatap langit-langit kamarnya. Dia memikirkan setiap kalimat yang Hilman ucapkan, agar dirinya menyerah atas rasa cintanya terhadap Jaira. Kakaknya, itu mengatakan jika Jaira dan juga Zidan tidak akan pernah bercerai, sebab Zidan kini mulai mencintai Jaira. Sulit rasanya untuk keduanya bercerai, di tambah lagi ketika pulang makan malam, dia mendengar jika Jaira dan Zidan di jebak, oleh wanita bernama Amanda yang tidak lain adalah karyawannya sendiri. Ternyata, semua itu adalah rencana kakaknya.
Amanda, bingung harus bagaimana untuk merawat bayinya, sedangkan dia sudah tidak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya yang telah menumpuk. Dan, Hilman tahu tentang masalah Amanda dari mbok Darmi yang dipecat oleh Zidan. Akhirnya, dia merencanakan sesuatu, jadilah anak Amanda di serahkan kepada Zidan dan juga Jaira demi membantu mendekatkan kedua pasangan tersebut.
Mengingat kembali saat kejadian sore ini , Raka mengumpat dalam hatinya, dia kesal mengapa kakaknya membantu Zidan agar bisa mendekati Jaira. Padahal, sudah tahu Zidan adalah lelaki brengs*k , dimana dia menikahi Elena di malam pertama mereka. Berpoligami, tapi tidak adil sama sekali, yang dia perlakukan dengan baik hanya cinta pertamanya itu. Dan, itulah yang membuat Raka kesal.
" Kenapa harus seperti ini ? " batin Raka.
Pria tampan itu mengepalkan kedua tangannya, dia benar-benar benci hal seperti ini. Karena, malam semakin larut Raka kemudian mengambil air wudhu, dan segera membaca doa. Akan tetapi, sebelum pada akhirnya dia memejamkan matanya, dia lanjut berdoa.
" Tuhan, apakah aku tidak layak untuk bahagia ? Aku mencintai Jaira sungguh, aku akan membahagiakan dia. Aku tidak akan menyia-nyiakan dia seperti yang Zidan lakukan ! " batin Raka.

Abi dan Ummi malam ini masih terjaga, keduanya membicarakan tentang rumah tangga antara Jaira dan Zidan, suaminya. Ummi merasa prihatin, dia benar-benar tidak sanggup jika berada diposisi Jaira. Bagaimana tidak? 3 tahun bersama tetapi, tidak pernah di perhatikan sama sekali. Dulu saat Jaira mendatanginya, tepatnya satu tahun yang lalu.
Dimana Jaira pada saat itu menangis mengadu padanya, dia tidak sanggup jika harus dipoligami akan tetapi dia hanya bercerita kepadanya seorang. Entah bagaimana, Abi mungkin mendengar percakapan keduanya sehingga keesokan harinya dia datang ke rumah Zidan, disana menantunya tersebut tengah bermesraan dengan wanita lain di depan putrinya. Ayah mana yang tidak sakit melihat putri kandungnya, di sakiti oleh menantunya ? pasti jawabannya sakit.
Putri yang selama ini dia rawat dengan kasih sayang, di sakiti oleh pria lain. Abi benar-benar geram dengan apa yang dilakukan oleh Zidan, kebetulan Zidan dan wanita itu sedang saling menyuapi makanan satu sama lainnya. Abi datang menghampiri keduanya, dan dipecahkannya piring keduanya. Membuat Zidan terkejut dengan kedatangan Abi yang tiba-tiba itu, semua maid yang ada di sana pun tidak kalah terkejutnya. Begitu pula dengan Jaira, dia menutup kedua mulutnya, sembari menggeleng.
" Jadi ini yang kamu katakan akan menjadi suami yang baik ? Omong kosong apa yang telah kamu lakukan ? Zidan, Abi kira kamu akan menjaga putri Abi dengan baik, ternyata kamu malah membuatnya menderita, Astaghfirullah'aladzim dosa apa aku padamu Zidan ? Kamu telah menyakiti putriku satu-satunya. Kalau kamu tidak menyukainya, kembalikan saja dia pada Abi dan Ummi. Jangan kau hina dia terus-menerus, dengan perhatian mu pada wanita murahan itu. Ceraikan Jaira sekarang juga, sungguh Abi tidak ridho putri tercinta Abi harus menelan pil pahit akibat keegoisan suaminya. Astaghfirullah'aladzim ! "
Di saat Abi menangisi kemalangan buah hatinya, di sanalah ayah dan ibu Zidan datang. Keduanya, bergegas memberikan tamparan pada wajah tampan putra mereka.
" Dasar anak kurang ajar, kamu pikir pernikahan itu permainan hah ? Dan kamu lagi, kenapa datang kembali sudah benar kamu pergi meninggalkan Zidan. Malah datang kembali dan menghancurkan rumah tangga anak saya, apakah kamu layak ? " kata Mutiah ibu Zidan.
" Astaghfirullah'aladzim, Astaghfirullah'aladzim , Astaghfirullah'aladzim. Besan, maafkan saya, saya telah gagal dalam mendidik anak saya. Ya Allah dosa apa yang telah aku perbuat ! " kata Ali sembari bersujud menghadap kiblat.
" Papa, Mama, Abi, sudahlah. Jangan seperti ini, tidak baik untuk kesehatan kalian ! " kata Jaira datang menghampiri ketiga orang tua tersebut.
" Jaira nggak apa-apa kok, Jaira nggak mau cerai dari Mas Zidan. Karena perceraian itu sangat dibenci oleh Allah Ta'ala. Walaupun diperbolehkan ! "
" Kamu jangan bodoh Nak. Tetapi, kalau sudah di dzolimi oleh suamimu, kamu layak menuntutnya cerai ! " ujar Abi.
" Abi, biarkan Jaira yang menghadapi ini. Jika memang Jaira susah tidak kuat lagi, maka Jaira akan menyerah dan insyaallah ikhlas untuk melepaskan Mas Zidan. Untuk saat ini, Jaira tidak mau bercerai dulu ! "
" Baiklah jika itu maumu ! " ujar Abi.
" Kurang apa Jaira coba ? Dan, kamu tuh kufur nikmat. Diberi istri cantik, shalihah, malah milih dia yang jauh dari kata shalihah. Astaghfirullah'aladzim, Mama nggak kuat lagi menahan semua ini. Kamu sudah memberikan kotoran di muka Mama. Astaghfirullah ! "
Ibu Zidan pingsan karena saking shock nya. Sedangkan Ayah Zidan yang panik berteriak histeris.
" Mutiah bangun sayang . Zidan semua ini karena kamu dasar anak kurang ajar ! " teriak Ali.
" Besan, sebaiknya kita bawa ke rumah sakit ! " ujar Abi.
" Sebentar lagi ambulance datang ! " ujar Elena.
" Tidak perlu ambulance, kita langsung saja ke rumah sakit ! Pak Agus, Pak Amir, tolong dibantu " ujar Jaira.
Wanita itu berteriak, memanggil nama security, dan supir pribadi untuk membantu mengangkat tubuh ibu mertuanya. Sedangkan Zidan, hanya bergeming menatap nanar wajah istri, dan ibunya.
" Semua gara-gara kamu Zidan Al-Ghifari. Papa menyesal selalu memanjakan kamu sejak kecil, ini balasan kamu. Apakah kamu puas hah ? "
" Papa Sudahlah, ayo kita berangkat kasian Mama ! " ujar Jaira.
Dan setelahnya mereka pergi meninggalkan Zidan yang masih mematung di tempatnya. Sedangkan, Elena menangis, seperti biasa dia berakting agar Zidan tidak meninggalkannya.
" Jadi seperti itu Abi ? "
" Benar Ummi, Abi saja yang lelaki tahu kalau wanita itu bukanlah wanita yang baik. Dia berpura-pura baik, padahal aslinya manipulatif. Sungguh, Zidan telah dibutakan oleh cinta, Astaghfirullah ! "
" Sudahlah Abi, kita sebaiknya mendoakan kebaikan saja untuk rumah tangga Jaira dan Zidan. Kalau mereka bukan jodoh, ya mungkin Jaira akan bersama dengan pria lain. Dia akan bahagia, walaupun tidak bersama dengan Zidan ! "
" Benar Ummi, ya sudah sekarang kita tidur. Supaya tidak kesiangan shalat tahajud dan shubuh nya ! "
" Baik Abi ! "
Keduanya kini berdoa dan mulai memejamkan matanya.
...Bersambung ...
~ with❤️ A-yen94 ~

Comentário do Livro (105)

  • avatar
    BskDion

    sangat bagus

    19h

      0
  • avatar
    KuminDonnycia

    bagus bangat novalnya

    8d

      0
  • avatar
    MatnorNorfazira

    bagus

    10d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes