logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bagian 4

" Kok bisa gini sih ? " tanya Zidan.
Jaira menghela napasnya,
" Jadi gini, Jaira kan buang sampah tuh, terus nggak sengaja denger suara bayi nangis. Jaira takut, lalu mencoba berlari, apesnya pas Jaira lari ngejar taksi ada bapak-bapak pemulung dia nyangka kalau Jaira buang bayi ini. Terus, dipanggil deh orang-orang, dan beliau berteriak, lalu ngomong gini, ada ibu muda yang tega membuang anaknya. Aih, frustasi aku Mas, kesel juga pokoknya campur aduk deh jadinya. Mana pada pake hina hijab segala lagi, apa sih yang salah dengan hijab. Kok sensitif banget kayaknya ! " kata Jaira menjelaskan.
Zidan, mengusap puncak kepala sang istri, dia mencoba menenangkan hati istri pertamanya tersebut.
" Sudah ya, kita pulang dan bicarakan ini di rumah ! "
Jaira menggeleng,
" Loh kenapa? Bukannya tadi pengen pulang ? "
" Mas, akhir-akhir ini aku sering liat Mbak Elena begitu sensitif. Ketika mendengar tangisan bayi dia akan marah seketika. Aku, pernah liat dia waktu nonton tv, disana menayangkan drama keluarga. dan ada tangisan bayinya. Lalu, dia melemparkan remot ke arah televisi tersebut, akhirnya tv yang baru mas beli itu rusak. Dan, anehnya, yang disalahkan malah mbok Darmi, yang udah kerja lama sama Mas. Yang lebih parahnya lagi, Mas memecatnya, kasian banget Mbok Darmi. Kalau Mas nggak percaya, bisa liat videonya di ponsel Jaira. Karena, ada seseorang yang merekamnya juga, lalu dia memberikannya kepada Jaira. Lalu, kamu tetap membela dia juga wajar, karena dia memang cintanya kamu ! "
" Waduh, pun sekarang Elena sepertinya masih marah padaku. Kok aku bisa lupa sih, Aih " batin Zidan.
" Ya udah, kita ke rumah kita dulu, aku udah dekor ulang. Sementara saja kok, insyaallah Mas akan membeli rumah yang baru untuk kita bertiga ! "
Jaira menundukkan wajahnya, dia pasti akan bertemu lagi dengan Elena. Kenapa sih jadi seperti ini, pikirnya.
" Kamu jangan khawatir, maksudnya Mas kita bertiga itu. Kamu, Hafizh, dan Mas ! "
Mendengar penjelasan dari Zidan, Jaira mengulas senyumannya. Begitu juga dengan pria tampan di samping Jaira, dia tanpa sadar tersenyum manis, saat melihat wajah cantik sang istri yang sedang sumringah itu.

Namun, setelah itu dia fokus kembali pada jalanan ibukota ini. Jaira mengangguk, sebagai jawaban. Dia membasahi bibirnya, jika sedang grogi wanita itu akan bertingkah seperti ini. Grogi, bukan karena dia salah, tetapi dia tidak terbiasa berduaan dengan Zidan.
" Em, Maaf Mas, bukannya Jaira mengadu domba. Tetapi, jujur Jaira lelah, Jaira jatuh cinta sama mas sejak pertama kali Mas melamar Jaira untuk menjadi istri. Ketika malam pertama kita, tiba-tiba kamu meninggalkanku sendiri di kamar, tanpa sepatah katapun, dan, dengan tergopoh-gopoh pergi. Tetapi, sebagai seorang istri aku masih berpikir positif, kalau kamu mungkin saja ada pekerjaan yang mendesak. Sampai pada akhirnya kamu pulang, membawa seorang wanita, dan, kamu klaim dia sebagai istri kamu, yang artinya dia adalah maduku. Dengan tanpa adab, kamu tinggalkan aku sembari menggandeng lengannya, kalian bermesraan pada malam pernikahan kita. Jaira sadar diri kalau, aku hanyalah seorang pengganti. Kamu tidak menyentuhku, tetapi kamu menyentuhnya, bergumul dengannya. Bahkan suara-suara menjijikkan itu terdengar pada kamarku, yang masih penuh dengan hiasan pengantin. Dan, hingga kini kalian melakukannya, MENJIJIKAN . Tidak bisakah kamu membeli alat penyadap suara, sehingga tidak terdengar ke kamarku suara-suara itu. Aku muak setiap hari harus mendengarkan kemesraan kalian, aku tidak dendam, sama sekali tidak. Hanya saja , aku merasa aku sudah lelah, aku menyerah Mas ! "
" Maaf ! " kata Zidan tulus.
Jaira menatap wajah suaminya, dia ingin melihat apakah lelaki itu bersungguh-sungguh mengatakannya. Atau justru, hanya berpura-pura saja.
" Aku sudah memaafkan kamu, tetapi aku tidak bisa berada di antara kalian lagi ! "
Terdengar suara tangisan bayi, refleks Jaira menimang bayi tersebut, dia mencoba menenangkan sebisanya. Zidan yang melihat hal tersebut, tidak sadar mengulas senyumannya. Kenapa dia tidak menyukai wanita sebaik Jaira? tiba-tiba saja pertanyaan ini muncul dipikirannya.
" Aku berjanji akan berlaku adil, mulai dari hari ini ! " kata Zidan.
Jaira mengangguk, kemudian kembali menenangkan si kecil, dia tidak mau menatap wajah Zidan lagi. Jangan sampai kedekatannya ini, mempengaruhi pikirannya untuk bercerai. Bagaimanapun, dia tidak mau di posisi ini, dimana dia selama tiga tahun ini, sangat mencintai Zidan, dia menunggu Zidan supaya mencintai, dan, memandangnya kembali. Tetapi, hasilnya nihil, karena sama sekali pria itu tidak mau melihat ke arahnya. Lelah, kata yang tepat untuk kondisinya saat ini.
" Berikan aku kesempatan, Jaira. Untuk semua kesalahan yang aku lakukan padamu ! "
" Entahlah, aku bingung ! "
" Tolong pikirkan kembali, kamu harus tahu aku sedang berjuang untuk bisa menjadi suami yang baik untuk kamu dan Elena. Kamu tahu, bahkan aku bertengkar dengan dia, sebelum menjemput kamu. Aku nggak mau, kamu kenapa-kenapa. Kamu juga istriku, aku tidak mau kalian semua seperti ini. Elena lah yang membuat aku tidak bisa berada di samping kamu, dia juga yang selalu mengajakku bercinta. Aku juga ingin menyentuhmu, kita suami istri. Tetapi, aku takut kamu belum siap. Jadi selama ini, aku melakukannya dengan Elena. Aku ingin mempunyai anak darinya, tetapi tuhan berkehendak lain. Dia tidak bisa melahirkan anak untukku ! "
" Oh begitu, jadi Mas ingin mempunyai anak denganku kemudian, anak itu di rawat oleh Mbak Elena, dan aku tidak akan diijinkan oleh kalian untuk merawatku begitu ? "
" Tidak, aku sama sekali tidak ada niatan seperti itu, aku tulus Jaira. Aku mau menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita. Masalah Elena, dia memang tidak menyukai anak kecil. Kalaupun kamu punya anak dariku, kita akan tinggal bersama dan aku akan memisahkan tempat tinggal kalian. Ku mohon berilah aku kesempatan satu kali lagi, please Jaira ! "
Jaira memejamkan matanya, dia kemudian menghela napasnya, sesaat sebelum akhirnya mengatakan sesuatu.
"Baiklah, ku berikan kamu kesempatan. Tetapi hanya satu kali saja ! "
Zidan mengulas senyumannya, apapun demi Jaira dia akan melakukannya. Jangan sampai dia tidak adil lagi, maka dari itu ketika Jaira memberi dia kesempatan, dia harus menggunakannya dengan baik .
Setelah perjalanan kurang lebih 20 menit dari tempat menjemput, Jaira. Mereka pun akhirnya, sampai di rumah yang mereka tempati dulu, kebetulan, walaupun sudah tidak di huni rumah ini selalu dibersihkan seminggu sekali. Dan untungnya, hari ini adalah hari Kamis, jadi rumah ini baru saja dibersihkan.
" Sayang kita sudah sampai ! " ujar Zidan.
" Iya Mas, maaf Jaira ketiduran ! " kata Jaira sembari mengerjapkan matanya.
Jaira bersiap menggendong bayi tersebut, dengan hati-hati karena sedang tertidur pulas. Zidan dengan langkah cepat, dia membukakan pintu untuk sang istri, karena takut Jaira terbentur, Zidan menempelkan tangannya pada atap pintu mobilnya.
" Terimakasih Mas ! "
Zidan mengangguk sebagai jawaban, kemudian dia menutup pintu mobilnya dan segera berjalan menghampiri sang istri.
" Kamar ujung Ra, Mas udah suruh Asisten Pindahin barang-barang Kamu ke sini, waktu kamu tidur aku menghubunginya. Kamu jangan tersinggung, mas hanya takut kamu teringat masa lalu saja ! "
" Jaira nggak apa-apa kok, jangan dibahas lagi. Bukankah kamar yang ujung tidak dihuni ya dulu ? " ujar Jaira.
" Sekarang sudah di dekor ulang dengan baik, itu akan jadi kamar kita bertiga. Karena, ruangan tersebut lebih luas dari kamar-kamar kita dulu ! "
" Em okey, terimakasih atas kebaikan hatimu Mas ! "
Zidan mengangguk,
" Kita naik lift aja, kalau naik tangga kamu kecapekan nanti ! "
Jaira hanya mengangguk patuh, walau bagaimanapun, Zidan masih tetap suaminya. Kemudian mereka menaiki lift dan menekan tombol nomor 3. Karena, disini hanya ada 4 lantai dan lantai ke 4 adalah tempat menjemur pakaian, sedangkan lantai 2 adalah perpustakaan pribadi dan juga kamar tamu. Dan lantai 3, di sana ada 3 kamar. Kamar pertama, ditempati oleh Jaira, Kamar tengah dipakai untuk pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara. Sedangkan ,satu di ujung tidak digunakan sama sekali.
Setelah sampai, mereka segera berjalan menuju kamar paling ujung. Ternyata, kamar tersebut sudah begitu lengkap, ucapan Zidan kali ini bisa Jaira percaya. Dimana kamar ini ada ayunan bayi, tempat tidur king size untuk ditempati dua orang dewasa, lemari pakaian minimalis modern untuk pakaian keduanya, lemari pakaian bayi, Popok, dan juga susu serta masih banyak lagi lainnya.
" Masyaallah, baru sekarang aku percaya sama Mas Zidan. Terimakasih mas ! "
" Iya sama-sama ! " ujar Zidan.
Keduanya segera mencuci tangan sebelum akhirnya duduk di sisi ranjang.
" Apa yang terjadi dengan bayi ini, aku penasaran. Di sini ada suratnya loh sayang ! " ujar Zidan.
" Coba dibaca Mas ! "
Zidan mengangguk, kemudian dia mulai membacakan surat tersebut.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Teruntuk anda manusia berhati bak malaikat, yang sudah menemukan anak saya yang bernama Hafizh Maulana Ar-Rasyid. Saya memberikan nama tersebut, sengaja agar pria yang nama belakangnya tercantum dalam nama putra saya, tahu jika saya sugar baby-nya telah melahirkan seorang anak laki-laki. Yang memberikan nama tersebut, adalah seorang Kyai di kampung saya. Saya, wanita berusia 19 tahun yang ingin meraih cita-cita saya sebagai wanita karir, saat ini saya sedang berkuliah di universitas swasta jadi saya tidak bisa merawat anak ini seorang diri. Bukan saya tidak menyayangi dia, hanya saja, saya tidak ingin anak saya mengetahui jika, ibunya adalah seorang wanita murahan, yang rela menjadi simpanan pria beristri hingga harus melahirkan seorang anak. Semoga, anak saya Hafizh bisa menjadi anak shaleh dan menyayangi kedua orang tuanya yang sekarang. Sebelumnya, saya minta maaf sudah merepotkan anda sekalian. Mbak, maafkan saya, karena beberapa hari ini saya mengikuti anda, saya tahu anda orang baik dan sudah mempunyai suami, saya mengira suami anda adalah Kak Raka, pemilik toko tempat saya bekerja. Ternyata, dugaan saya salah suami Mbak ternyata lebih tampan dari Kak Raka. Hubungan kalian ternyata tidak terlalu baik y, saya sengaja mengatur scenario tersebut, agar anda bisa berbaikan dengan suami anda. Saya juga tahu jika, anda diperlakukan tidak adil oleh suami anda dari seorang mantan asisten rumah tangga yang pernah bekerja di sana. Saya harap dengan adanya anak saya diantara kalian, bisa membuat hubungan kalian menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Dan maaf juga, mungkin anda sedih dengan scenario yang saya buat, di mana Pak Edi yang saya beri uang untuk meneriaki anda penjahat, yang sudah membuang bayinya. Sekali lagi saya mengucapkan kata maaf beribu-ribu maaf atas kejadian tersebut, entah mungkin akan heboh kejadiannya, saya tidak tahu lagi apa yang akan terjadi selanjutnya.
Terimakasih, semoga Allah Ta'ala membalas segala perbuatan baik yang anda sekalian lakukan
Amanda Puspa Dewi.
Setelah membaca surat itu, Jaira menunduk lesu.
" Inalillahi, anak jaman sekarang banyak yang seperti itu. Aduh, aku yang 25 tahun dipegang tangannya sama Mas saja udah deg-degan . Ini sampe jadi anak. Astaghfirullah'aladzim ! "
Zidan, tersenyum lebar, dia dengan gemas mencubit pipi sang istri, kemudian mengusap sayang puncak kepalanya.
" Udah Sayang, mandi dulu gih. Ganti pakaianmu, Mas udah pesen makanan, ada di atas meja makan. Hafizh takutnya dia nangis pas kita tinggal, jadi sebaiknya diletakan di stroller baby aja ! "
" Iya Mas, kalau begitu Jaira mandi dulu ya. Ah, iya nanti aja habis shalat maghrib makannya, tanggung tuh udah pukul 17: 10 ! "
" Ah iya, ya udah kamu mandi dulu gih ! "
Jaira mengangguk, kemudian bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri .
~ Bersambung...
with ❤️ A-yen94 ~

Comentário do Livro (105)

  • avatar
    BskDion

    sangat bagus

    21h

      0
  • avatar
    KuminDonnycia

    bagus bangat novalnya

    8d

      0
  • avatar
    MatnorNorfazira

    bagus

    10d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes