logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bagian 3

" APA ? " teriak Zidan.
Dia begitu terkejut, mendengar perkataan yang terlontar dari mulut istri pertamanya.
" Kenapa begitu terkejut Mas ? Aku lelah, aku nggak kuat lagi dimadu. Lagipula kamu tidak pernah mencintai aku, yang ada dalam hati dan pikiranmu hanyalah Elena. Wanita yang datang saat malam pengantin kita, dia itu maduku tetapi seolah-olah dia yang jadi istri sahmu, dan, nyonya di rumah itu. Dia tidak menganggap aku sebagai istri sahmu, dia justru terang-terangan berkata kalau dia ingin aku pergi dari rumah itu. Jika tidak, maka aku harus mau memasak makanan untuk kalian makan, aku hanya diam saja selama ini Mas. Karena, aku menghormati kamu sebagai suamiku, ketika makanan sudah siap, dia memanggil kamu untuk segera makan, dan, melayani kamu seperti layaknya istri yang berbakti. Aku hanyalah pembantu, aku tidak lebih dari wanita naif. Maka dari itu, kali ini aku tidak mau di injak-injak lagi. Aku pergi bekerja pagi-pagi sekali, lalu pulang agak malaman. Aku makan malam di luar bersama dengan pegawaiku, lalu ketika aku pulang dia menyindirku, tapi aku tidak peduli. Dan karena, aku sudah bosan. Ku katakan padanya kalau aku, akan bercerai dengan kamu. Jadi tenang saja, dia hanya diam. Merasa sih, kalau dia nggak bisa masak. Jadi, dia hanya diam saja tidak bisa protes apapun lagi ! "
Mendengar kata demi kata yang istrinya katakan, Zidan tidak mampu berucap sepatah katapun, baru kali ini istrinya berbicara begitu panjang. Yang dia lakukan hanya diam, terbesit dalam pikirannya Apakah Tuhan sedang menghukumnya? Di saat dia ingin dekat dengan istri pertamanya, dia justru mendapati kenyataan jika istrinya tersebut sudah lelah, dan, memintanya untuk mengakhiri rumah tangga mereka.
" Ah iya, Mas . Jaira mau pulang ke rumah Abi dan Ummi. Jadi, kamu pulang sendiri, temuilah istri tercintamu itu. Dia pasti sedang menunggu, ah lupa bukankah istrimu sedang sibuk bekerja ya. Maklum dia kan pemilik Modeling school . Wanita karir yang luar biasa, tidak seperti aku yang hanyalah penjual pakaian muslim . Sudahlah, aku takut aku membencimu, aku sadar kamu masih suamiku. Walaupun kamu tidak adil, tetapi aku masih tetap menghormati kamu. Baiklah, Jaira pamit Mas , Assalamualaikum ! "
Jaira berpamitan, kemudian mencium punggung tangan Zidan, dan wanita itu segera berlalu. Terpaksa, dia melajukan mobilnya menuju kediamannya. Dengan kecepatan tinggi, dia mengendarai mobilnya, dan tibalah saatnya dia sampai di mansion mewahnya, yang baru satu tahun lalu dibelinya. Karena dia pikir, akan ada anak yang lahir dari rahim Elena, nyatanya justru kenyataan pahit yang didapatnya, wanita itu tidak bisa melahirkan anak karena kondisi rahimnya.
Zidan, membuka pintu mobilnya, melangkahkan kakinya dengan lemas. Seolah-olah tidak ada lagi semangat dalam menjalani hidup ini, dia sampai di dapur, para asisten rumah tangga menanyakan apa yang bisa mereka bantu tetapi, Zidan menggeleng dia kemudian berkata agar para pelayan meninggalkan dia sendiri. Pria itu melonggarkan dasinya, setelahnya, dia mengambil air putih, dan meminumnya.

Tidak lama kemudian ponselnya berdering, betapa terkejutnya dia ketika melihat panggilan masuk pada ponselnya. Layar gawainya menampilkan nama seseorang yang saat ini sedang ada dalam pikirannya, yaitu panggilan masuk dari Jaira. Ada apakah gerangan, apakah Jaira sudah sampai rumah orang tuanya, dan benar-benar akan mengakhiri hubungan ini ? Zidan masih belum siap menghadapi kenyataan pahit tersebut. Dia menghela napasnya, mengambil benda pipih tersebut secara perlahan, kemudian dia mulai bersuara.
" Assalamualaikum ! " ujarnya.
" W... Waalaikummussalam Mas, tolongin Jaira dong . Jaira masih belum nyampe rumah Abi dan Ummi, Jaira ada di jalan xx tolong datanglah kemari, sekali ini saja, Mas bantu aku, please! "
Suara Jaira terdengar lemah, hati Zidan mencelos, dia jadi serba salah karena perlakuannya yang tidak adil tersebut. Sehingga membuat istri pertamanya terdengar begitu mengemis meminta kehadirannya. Padahal, tidak seharusnya Jaira bersikap seperti itu, dia juga istrinya, sudah seharusnya seorang suami datang disaat istrinya kesusahan tanpa harus diminta.
" Kamu kenapa, tunggu Mas ke sana. Kamu yang tenang ya ! "
" Tapi mas Zidan nggak bohong kan ? "
" Iya mas nggak bohong kok, ya udah Mas tutup dulu ya . Sampai Jumpa ! "
Zidan menutup panggilan tersebut, dia dengan tergopoh-gopoh berlari menuju mobilnya tetapi, ketika hendak keluar dari rumah, Elena memanggilnya.
" Honey, kamu mau kemana kok buru-buru banget sih ? "
" Huh Elena ? Dia sudah pulang, bukankah ini masih sore ? Zidan ingat tujuan, gapai cinta istri pertamamu, jangan tergoda olehnya . " batin Zidan.
Zidan menoleh, kemudian menanggapi kekasih hatinya tersebut .
" Nanti aku bicarakan lagi, aku pamit dulu bye ! " ujarnya.
" Kok gitu sih , ada hubungannya dengan Jaira kah ? " tanya Elena menyelidik.
" Elena, jangan lupa dia pun istriku ! "
" Tapi kamu tidak mencintainya ! Apa karena aku tidak bisa memberikan kamu anak ? kamu mengejarnya iya kan ? ," teriak Elena nyaring.
" Aku baru tahu, kamu itu egois, Elena dia sedang terkena musibah. Dia istriku, tidak ada hubungannya dengan kamu bisa mempunyai anak atau tidak , posisi aku sebagai suami kalian harus bisa bersikap adil. Tolong mengertilah, aih sudahlah aku bosan ribut denganmu. Assalamualaikum ! "
Elena kesal dibuatnya, baru kali ini Zidan bersikap acuh padanya. Dengan geram, wanita itu membalikkan tubuhnya dan kembali ke kamarnya , dia juga menutup pintunya dengan keras, sehingga, para maid menjadi ketakutan.
" Astaghfirullah, ada apa dengan nyonya Elena dan Tuan Muda, kok seperti ini sih. Biasanya mereka romantis deh, sekarang kok begini?" ujar Casmi.
" Bener banget Bu, Aku jadi takut. Mana Nyonya Jaira dibawa-bawa lagi ! " celetuk Hesti, asisten rumah tangga paling muda.
" Sudah-sudah, kita kembali bekerja saja. Nanti Tuan marah kalau tahu kita sedang bergosip ! " ujar Bu Laksmi.
Kemudian mereka bertiga kembali ke pekerjaannya masing-masing .
Di dalam kamar, Elena menangis tersedu-sedu, baru kali ini dia dibentak oleh Zidan. Pria yang sangat dia cintai itu, sebelumnya selalu berkata lembut, dan, akan selalu menghampiri dia ketika dia bertanya, ataupun sedang terburu-buru. Tetapi, kali ini berbeda, pria itu memilih cuek, penyebabnya tidak lain adalah Jaira istri pertama Zidan.
" Kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini Zi ? Bukankah dulu, kamu selalu memberikan aku perhatian, sekarang kamu lebih memilih mengabaikan aku. Apakah kamu sudah bosan denganku ? " batin Elena.
Di Jalan xx
Zidan segera memarkirkan mobilnya, kemudian dia berjalan ke arah tempat yang Jaira katakan. Dilihatnya, Jaira hampir menangis di kerumuni orang, entah apa yang terjadi pada istrinya tersebut. Dia dengan segera menghampiri Jaira.
" Pake hijab tapi kok buang anak, apa itu hasil hubungan gelap ya ? " celetuk seorang wanita paruh baya.
" Saya nggak seperti itu, saya hanya buang sampah kok. Saya nggak tahu ini bayi siapa ? " tegas Jaira.
Zidan, yang melihat Jaira sedang menggendong bayi itu, akhirnya, dengan langkah cepat menghampiri sang istri.
" Ada apa ini ? " tanya Zidan sembari merangkul pinggang Jaira.
" Mas Zidan, tolong katakan kalau aku nggak bersalah. Aku tadi cuma buang sampah, tiba-tiba diteriaki penjahat. Dan orang-orang ini malah menghujat aku , katanya percuma berhijab tapi, melahirkan anak haram. Padahal, Jaira belum punya anak ! " ceplos Jaira.
Sekali lagi hati Zidan mencelos, nyeri sekali rasanya mendengar perkataan polos yang terlontar dari mulut istrinya. Dia mengeratkan pelukannya pada sang istri, sakit yang Jaira rasakan menjadi sakitnya juga saat ini. Dia bahkan belum menyentuh tubuh sang istri, hanya pernah mencium keningnya, ataupun menggandeng tangannya saja saat ke acara-acara tertentu. Zidan kemudian berbisik lembut ditelinga Jaira, dan, Jaira hanya mengangguk saja sebagai tanda pasrah.
" Ssst, kamu kuat sayang, jangan menangis. Percuma kalau kita menjelaskan tentang ini, sebaiknya kita rawat saja bayi ini. Sepertinya, itu lebih baik, daripada masalahnya menjadi semakin runyam, rumah kita kalau ada bayi pasti menjadi semakin ramai ! " ujar Zidan.
" Ya udah deh, kalau itu mau Mas ! "
Zidan kemudian menjelaskan kepada khalayak ramai, jika istrinya sedang mengalami baby blues.
Syndrom Baby blues ,merupakan gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan. Kondisi ini menyebabkan ibu mudah sedih, lelah, lekas marah, menangis tanpa alasan yang jelas, mudah gelisah, dan, sulit untuk berkonsentrasi. Padahal nyatanya, Jaira belum melahirkan sama sekali, kebohongan Zidan membuat orang-orang iba terhadap Jaira. Akan tetapi, dengan cara demikian, keduanya bisa terlepas dari cemoohan orang banyak.
" Astaghfirullah, maafkan saya ya neng. Saya kira kamu ditinggalin pacar kamu, dan nekat buang bayi. Jadi, tanpa sadar saya menjelekkan kamu , dan mengatakan hijab hanyalah menutupi kejelekan kamu ! "
Jaira mengangguk, tetapi Zidan yang marah. Dia menegur wanita paruh baya tersebut.
" Bu, lain kali jangan menyalahkan hijabnya, hijab nggak ada salahnya karena, setiap wanita muslimah itu wajib menutup auratnya. Untuk kali ini saya maafkan, karena istri saya orangnya baik, nggak mau memperpanjang masalah ini. Kalau tidak, saya bisa saja membuat keluarga anda bangkrut dalam waktu satu hari ! " ujar Zidan.
" Mas, udah. Nggak boleh kayak gitu ih, harta Mas itu titipan dari Allah Ta'ala. Nggak boleh takabur, istighfar ! " ujar Jaira mengingatkan.
Zidan menghela napasnya, benar kan istrinya itu baik sekali, sehingga membuatnya tersenyum bangga mendengar perkataan sang istri. Pria tampan itu kemudian mengelus puncak kepala yang ditutupi oleh hijab tersebut dengan lembut.
" Ibu maaf ya, jangan diambil hati. Suami saya, sedang kesal jadi seperti ini. Maafkan kami sekali lagi ! " ujar Jaira.
Wanita itu kemudian mencium tangan si ibu tersebut, dengan susah payah karena sedang menggendong bayi. Zidan kembali dibuat terpana, karena kesopanan istrinya. Di dalam hati Zidan tidak henti-hentinya, meminta, pada Tuhan agar Jaira tidak meninggalkannya. Wanita sebaik ini, dia abaikan selama bertahun-tahun hanya karena cintanya yang begitu mendalam terhadap Elena, yang merupakan cinta pertamanya, dan, yang tak pernah terlupakan tersebut. Membuatnya menjadi buta akan kebaikan, dan, kecantikan istri pertamanya, sehingga pada hari ini ketika dia melihat secara langsung dari dekat wajah wanita yang masih suci itu, begitu sedap dipandang. Hidungnya yang mancung, matanya yang indah, dan juga, bibirnya yang merah merona tersebut. Membuatnya, ingin menyatukan bibir keduanya.
" Astaghfirullah, apa yang aku pikirkan. Zidan come on, sadarlah istrimu sedang marah padamu. Singkirkan pikiran mesum itu, Ya ampun ! " batin Zidan .
Pikiran pria itu berkecamuk, entah mengapa harus ada pikiran seperti itu, disaat seperti ini.
" Mas, kok melamun sih ? Katanya mau pulang ? "
Zidan tersadar dari lamunannya, dia menolehkan wajahnya menatap Jaira lembut.
" Sayang, kalau begitu kita pulang . Mari Bu, Pak. Maaf ya, sudah membuat keributan ! "
Mereka mengangguk, dan tersenyum manis.
" Terimakasih, Assalamualaikum! "
" Sama-sama, Waalaikummussalam ! "
Setelah itu, Zidan dan Jaira berjalan menuju parkiran secara beriringan, dengan posisi Zidan yang memegang pundak sang istri.
~ Bersambung ...
with ❤️ A-yen94 ~

Comentário do Livro (105)

  • avatar
    BskDion

    sangat bagus

    19h

      0
  • avatar
    KuminDonnycia

    bagus bangat novalnya

    8d

      0
  • avatar
    MatnorNorfazira

    bagus

    10d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes