logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Menggapai Cinta Istri Pertama

Menggapai Cinta Istri Pertama

A-yen94


Bagian 1

Namaku Zidan Al-Ghifari, seorang pengusaha muda yang Alhamdulillah sukses dalam bidang properti. Aku mempunyai dua orang istri, yang pertama bernama Jaira Hameeda Lestari istri sah dimata hukum dan agama, lalu yang ke-dua Elena Haura Sucipto, atau istri siri ku. Mereka mempunyai nama tengah dengan huruf yang sama bukan karena kebetulan. Akan tetapi, semua itu karena, dulu ketika orang tuaku memilih Jaira menjadi istri, tanpa sengaja aku melihat nama tengahnya mempunyai huruf yang sama dengan mantanku, Elena. Jadi, aku dengan cepat menyetujuinya. Mungkin saja, dia bisa menjadi pengganti Elena dihatiku.Hingga saat ini, dia masihlah seorang gadis, karena, belum pernah aku sentuh sama sekali, dan, sekarang usianya baru menginjak 25 tahun.
Dulu,saat aku menikahinya, dia masih berusia 22 tahun, masih terbilang cukup muda, dulu saat menikahinya usiaku sudah masih 27 tahun. Dan sekarang, aku sudah kepala tiga, kami sudah menikah selama tiga tahun. Aku, Jaira,dan, Elena, kami bertiga hidup rukun, juga tidak ada pertengkaran dalam rumah tangga kami, Jaira walaupun istri pertama, dia tidak pernah membantah perkataan Elena, istri keduaku. Dia, tidak pernah protes, walaupun aku tidak pernah tidur dengannya. Karena, setiap malam aku akan selalu tidur bersama Elena. Mungkin saja, Jaira sadar diri, jika aku tidak pernah mencintai dia, dan, hanya mencintai Elena.
Jaira adalah istri idaman setiap lelaki, dia cantik, berhijab, juga baik hati. Akan tetapi, entah mengapa, aku masih belum bisa mencintainya, dimataku istriku hanyalah Elena. Aku masih belum memiliki anak, hal tersebut lantaran istriku Elena tidak bisa mengandung, pun dua bulan yang lalu dia baru saja menjalani operasi pengangkatan rahim. Entahlah, saking cintanya aku pada Elena, apapun yang terjadi aku selalu berada di sampingnya. Sehingga, aku melupakan Jaira yang berada diantara kami. Sebab, hanyalah anak dari Elena yang aku inginkan, bukan yang lain, termasuk Jaira.
Namun, akhir-akhir ini, Jaira seolah tengah menghindariku, sulit sekali untuk melihat wajahnya. Dia yang selalu tersenyum, menyambutku sepulang bekerja, memasak untuk kami bertiga, dan, aku juga sangat merindukan makan bersama dengan Jaira. Sekarang, hanya kami berdua yang selalu makan bersama, aku dan juga Elena tentunya. Mungkin, karena, Jaira memutuskan untuk bekerja menjadi guru ngaji dari adik bungsu sahabatku, Hilman. Padahal, aku sudah memberikannya toko pakaian muslim sebagai hadiah, agar dia tidak menganggur. Makanya, aku berpura-pura tidak peduli, dan, tak menjawab apa yang dia inginkan. Akan tetapi, sepertinya Jaira memang tidak peduli, ada atau tidaknya restu dariku, dia akan menjadi guru ngaji adik bungsunya Hilman, dan, itu yang membuatku frustasi.
Wajahnya yang cantik membuatnya disukai banyak orang, termasuk adiknya Hilman, si penengah bungsu yaitu Raka. Ada perasaan aneh ketika, mendengar pujian demi pujian yang terlontar dari mulut Hilman mengenai istri pertamaku. Membuatku kesal, rasanya ingin menguncinya di kamar, supaya tidak ada yang melihat wajah cantiknya lagi. Mungkinkah aku cemburu? Ah, mungkin saja iya. Karena, akhir-akhir ini aku pun sangat merindukan dia.
Semua ini karena kesalahanku, aku menyia-nyiakan dia sejak pertama kali menikah. Sekarang, malah akulah yang uring-uringan, bukan karena aku tidak mencintai Elena lagi. Hanya saja, sebagai seorang suami aku tidak bisa, dan, tidak ingin melihat Jaira dengan yang lain. Kalau ada yang mengatakan aku egois, jawabannya benar, aku memang egois. Tidak bisa aku memilih diantara keduanya, jujur saja bukan aku tidak ingin menyentuh dia, hanya, ingin menunggu waktu yang tepat melakukan hubungan badan dengannya. Karena, usianya masih terlalu muda saat itu, aku takut dia tidak mau melakukannya denganku.
" Woi, Zidan. Lo kenapa? ngelamun aja dari tadi. Lo tahu, gak? Gue udah kayak orang gila aja, dari tadi ngoceh sendiri. Astaghfirullah, nyebelin banget sih, jadi orang! "
Suara berat sahabatku, terdengar menggema di ruangan VIP restoran bintang lima ini, membuatku tersadar dari lamunanku.
" Astaghfirullah, maaf Man. Gue, tadi nggak denger omongan lo ! "
Hilman menggelengkan kepalanya, dia kemudian tersenyum padaku.
" Lo ngelamun lagi ? Kali ini lo mikirin apa lagi, apa masih tentang Jaira hem ? " tanya Hilman.
Aku dibuat kelabakan, dengan pertanyaan beruntun yang dia berikan. Sungguh, apa yang sudah terjadi padaku. Tiba-tiba, suara seorang wanita mengalihkan pandanganku dari Hilman, menuju arah wanita tersebut.
" Assalamualaikum ! " ucap seorang wanita berhijab yang membelakangiku .
Suara itu, seperti tidak asing lagi di telingaku, suara renyah, yang selalu menyambutku, dan, membuka pintu untukku sepulang bekerja ,beberapa tahun yang lalu. Dan saat ini, suara itu sudah jarang ku dengar lagi, karena, setiap kali aku pulang kerja dia pasti sudah tertidur pulas, kalau tidak, dia akan berada dikamar nya, entah apa yang dilakukannya aku pun tak tahu. Setiap malam, yang menyambut kedatanganku hanyalah Elena, dan, itupun yang membukakan pintu bukan dirinya, melainkan para maid.
" Eh, kamu mau makan apa ? " ujar seorang pria menawari si wanita berhijab tersebut.
Ya Tuhan, kenapa aku jadi penasaran dengan kedua insan yang sedang membelakangiku ini. Bukankah ini tidak sopan? Aku meminum air putih yang ku pesan beberapa saat yang lalu, sembari menatap lurus keduanya yang berada di depanku. Kemudian aku yang penasaran ini, meminta Hilman yang akan berbicara untuk diam, untungnya saja dia paham. Sehingga, ketika aku menempelkan jari telunjuk di depan bibirku dia tidak berani berkata.
" Kamu dan suamimu baik-baik saja kan ? " tanya si pria terdengar serius.
Kulihat wanita berhijab pink itu menggeleng, dia menundukkan wajahnya seolah-olah sedang bersedih.
" Aku, em , ingin bercerai darinya. Tetapi, mengapa rasanya sulit sekali. Aku masih ingin mempertahan rumah tangga ini , walaupun, berkali-kali dia menyakitiku. Rasanya, aku masih ingin bersamanya, karena aku, mencintai dia! "
" Sabar ya Ra, Kakak yakin kamu pasti kuat. Ingat, keluarga kita tidak ada yang bercerai sama sekali, tetapi kalau kamu tidak kuat, ya jangan dipaksakan. Kamu boleh memintanya bercerai, lagipula Ummi dan Abi juga pernah mendatangi Zidan. Akan tetapi, kamu bilang akan mempertahankan rumah tangga kalian. Abi dan Ummi, sekarang sudah memasrahkan semuanya padamu. Ambil pilihan yang tepat untukmu, dan jangan sampai kamu menyesal ! "
Zidan tersedak saat namanya disebut tetapi, dengan sigap Hilman menepuk punggungnya.
" Insyaallah, aku akan menggugatnya ! "
Lelaki itu mengangguk,
" Jaira sayang, Kakak mau ke toilet dulu ya ! "
Wanita tersebut menganggukkan kepalanya, kemudian si pria berlalu, Zidan memperhatikan perawakan pria tersebut, ternyata pria itu adalah kakak iparnya, Fajar yang merupakan kakak dari Jaira. Zidan mengira hanya namanya saja yang sama, dengan pria yang dibicarakan mereka. Tetapi, yang terjadi adalah dia sendiri yang sedang dibicarakan.
" Mampus, gue mau dituntut cerai sama Jaira. Astaghfirullah. Apakah dia sudah lelah ? " batin Zidan.
Jadi, dua orang yang dia sangka adalah dua sejoli, ternyata istri dan kakak iparnya. Sekali lagi dia kemudian menolehkan pandangannya ke arah Jaira, wanita itu kini sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan ponselnya, entah siapa yang menghubunginya .
" Assalamualaikum, kamu tuh kebiasaan halo halo terus, nggak sopan banget sih ! "
Zidan mengernyitkan keningnya, dia ingin tahu siapa yang membuat istri pertamanya itu begitu bahagia.
" Hah, Oh iya, Nanti sore insyaallah saya akan ke rumah anda untuk mengajari Hilmi. Anda mau belajar ngaji juga ? "
" Ah aku tahu, dia pasti Raka ! " batin Zidan.
Tanpa sadar pria itu mengepalkan kedua tangannya, menahan amarahnya.
" Bro, udah sih jangan nguping mulu. Yang ada lu makin kesel tahu ! " celetuk Hilman.
Zidan melirik Hilman sesaat, kemudian pandangannya dia alihkan kembali pada Jaira. Istrinya itu sekarang telah berdiri, sembari menempelkan gawainya tepat ditelinganya sembari tersenyum manis.
" Aih, untuk apa tersenyum semanis itu ? " batin Zidan.
Hilman, yang melihat kekesalan di wajah Zidan segera mengelus-elus pundak sahabatnya tersebut.
" Pasti itu Raka ! " kata Hilman spontan.
Zidan menoleh,
" Sedekat itukah mereka, hingga istriku tersenyum manis dibuatnya ? "
" Aih, bukannya istrimu hanya Elena ya? " kata Hilman sarkastik.
" Hei istriku ada dua ya, Jaira juga istriku. Ingat itu ! " ujar Zidan.
Hilman terkekeh geli mendengar jawaban Zidan yang terlihat kesal, bisa-bisanya pria itu terlampau percaya diri.
" Kalau boleh gue ngasih saran ya. Pilih salah satu, diantara keduanya. Nggak bisa, lo pilih keduanya sedangkan lo selalu bersama istri siri lo. Ingat kan dulu, kedua orang tua Jaira pengen lo ceraikan dia ? Tetapi, seperti yang lo dengar tadi, Jaira bersikukuh mempertahankan rumah tangganya. Walaupun, ada wanita lain di antara kalian, tapi, balasannya apa? Lo justru semakin lengket sama si lont* ,eh maksud gue wanita itu, Dan lo tahu gak Jaira tutupi aib lo kepada orang banyak. Di luar ,dia bersikap selayaknya istri yang baik, karena lo selalu ajak dia ke acara apapun, sehingga orang mengenalnya sebagai istri dari Zidan Al-Ghifari, pemilik perusahaan Z.A.G properti. Tetapi, ketika sudah sampai rumah, lo abaikan dia, tak pernah sekalipun menyentuhnya. Skin ship kalian saja, hanya sekedar bergandengan tangan tidak lebih. Pikir baik-baik Zi, wanita itu sampe sekarang masih perawan. Dia hanya diam saja, menerima perlakuan tidak menyenangkan dari suaminya. Setiap malam, lo dan Elena bercinta, tapi, pernah enggak lo pikirin perasaannya ? Dia pasti hancur Zi, apalagi kamar kalian berdekatan, dan, lo tidak membeli alat kedap suara sama sekali. Aih, jadi ceramah kan. Baiklah Bro, keputusan ada di tangan lo, kalau mau tetap poligami ya silahkan, tapi bersikap adil lah. Jangan terus-terusan bersama dengan Elena, gimana bisa Jaira gak nuntut cerai sedangkan lo, enggak bisa adil. "
Perkataan yang diucapkan sahabatnya tersebut membuat Zidan sadar, jika, selama ini dia sudah melakukan kesalahan. Dimana dia bersikap tidak adil kepada istri pertamanya, Jaira.
" Mulai hari ini aku akan mengejarnya, walaupun sulit untuk menggapai cintanya ! "
" Nah, gitu dong. Semangat bro ! "
Zidan mengangguk sebagai jawaban, sembari tersenyum lebar sehingga memperlihatkan deretan gigi putihnya.
" Apa bener Raka suka sama Jaira ? "
" Iya, makanya gue suruh milih, alasanya tidak lain adalah Raka ! "
" Kasih tahu Raka, Jaira punya gue ! "
" Aih, tenang saja bro, tapi biasa kau traktir aku ya. Jadi hari ini nggak usah bayar aku ! "
" Aih kau ini, baiklah ! "
Hilman menepuk-nepuk pundak sahabatnya gemas, dia tertawa bahagia, sedangkan Zidan masih memperhatikan kepergian sang istri. Menatapnya penuh arti, mungkin dia sedang merencanakan sesuatu. Dan, setelah sosoknya menghilang, dia tersenyum miring.
" Ya ampun, saking asiknya mengobrol dengan Hilman, aku sampai tidak memperhatikannya. Aih Jaira sudah pergi saja ! " batin Zidan.
Bersambung...
With ❤️ A-yen94

Comentário do Livro (105)

  • avatar
    BskDion

    sangat bagus

    23h

      0
  • avatar
    KuminDonnycia

    bagus bangat novalnya

    8d

      0
  • avatar
    MatnorNorfazira

    bagus

    10d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes