logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

PENJELASAN

Part 2
Pesta pernikahan berlangsung dengan sangat meriah, rangkaian-rangkaian acara tetap dilaksanakan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, seakan-akan semua ini adalah pernikan impian sepasang pengantin yang sedang duduk bersanding di pelaminan.
Pernikahan ini terlihat sangat sempurna, siapapun orang yang melihatnya pasti akan menganggap kedua mempelai sangat bahagia. Namun, itu hanya ada dalam angan-angan mereka, Adiba maupun Devan tidak ada yang merasakan bahagia sama sekali, bahkan mereka harus berpura-pura tersenyum di depan tamu undangan yang menghadiri acara pernikahan mereka.
"Kalau Mbak capek istirahat saja, biar saya saja yang di sini menerima tamu-tamu yang hadir," saran Devan.
"Enggak perlu, Aku di sini saja! Sebentar lagi juga acaranya selesai," tolak Adiba.
Devan mengangguk, walaupun wajah Adiba terlihat sedikit pucat, ia tidak ingin memaksakan agar Adiba beristirahat.
Kini Devan meninggalkan Adiba sendirian di pelaminan, ia menuju meja yang dipenuhi dengan berbagai macam hidangan yang sangat menggugah selera, lalu ia mengambilkan beberapa makanan untuk ia berikan pada Adiba.
"Nih, dimakan dulu! Pasti dari tadi Mbak belum makan 'kan," Devan memberikan piring yang berisi makan pada Adiba.
"Aku enggak laper, Devan!" tolak Adiba.
"Kamu harus makan, Mbak! Jangan sampai besok ada berita viral yang mengatakan pengantin wanita yang baru menikah pingsan karena tidak diberi makan oleh suaminya," canda Devan.
Adiba tersenyum, mendengar ucapan Devan barusan, ternyata Devan bisa juga bercanda seperti itu. Akhirnya dengan sedikit paksaan, Adiba mau menerima makanan yang dibawakan oleh Devan, lalu ia memakannya walau hanya sedikit.
~~~
Acara kini telah selesai dilaksanakan, Adiba dan Devan sudah berada di kamar yang disiapkan untuk pengantin, kamar yang dihias dengan dekorasi yang sangat indah dan romantis.
Harusnya malam ini adalah malam yang paling bahagia untuk Adiba, malam paling romantis yang sudah ia tunggu sejak lama.
“Jelaskan semuanya sekarang, Devan!” pinta Adiba.
“Baik, Mbak! Saya akan menjelaskan semuanya,” Devan menghela napasnya lalu ia menatap Adiba.
Devan merasa bingung harus mulai darimana menjelaskannya pada Adiba, ia takut jika wanita yang ada di depannya ini tidak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya.
“Sebelumnya, saya mau minta maaf atas kesalahan Bang Riza, dia sudah membuat Mbak Diba kecewa,” tutur Devan.
“Udah deh, Van! Enggak usah berbelit-belit, langsung ceritakan saja yang sebenarnya,” pekik Adiba kesal.
Flasback from Devandra
Mobil sport putih memasuki pekarangan rumah megah bernuansa klasik moderen yang berada di daerah Jakarta Selatan.
Ada yang berbeda dengan suasana rumahnya hari ini, biasanya setiap Devan pulang dari kampus, rumahnya selalu sepi, kedua orang tuanya selalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tapi sekarang, sepertinya rumahnya sedang kedatangan tamu, ada sebuah mobil berwarna hitam terparkir di depan rumahnya.
“Assalamualaikum,” Devan memasuki rumah.
“Waalaikum salam,” sahut semua orang yang ada di ruang tamu.
Devan melirik semua orang yang ada di ruang tamu, ia merasakan ada sesuatu hal yang sedang terjadi di sini.
“Ada apa Ma, Pa? Kenapa semuanya terlihat tegang dan panik?” tanya Devan penasaran.
Devan menelusuri pandangannya pada semua orang yang ada di sini, ia benar-benar penasaran apa yang sebenarnya terjadi, kenapa semua orang hanya diam saja, bahkan papa dan mama juga tidak menjawab pertanyaannya.
“Mama kenapa menangis? Ada apa sebenarnya?” Devan menghampiri mamanya yang sedang terisak, lalu membawanya ke dalam pelukannya.
“Abang kamu telah menghamili seorang gadis,” jelas Papa Andi.
Devan mengalihkan pandangannya dan menatap tajam Riza, ia benar tidak menyangka dengan apa yang ayahnya katakan. Sedangkan Riza hanya bisa menunduk pasrah dan tidak memberikan pembelaan sama sekali.
“Siapa gadis yang sudah Abang hamili?” Devan masih menatap Riza.
“Abang kamu telah menghamili dia,” Papa Andi menunjuk gadis yang sedari tadi menundukan wajahnya.
Devan menoleh pada gadis yang ti tunjuk oleh ayahnya, menelusuri wajahnya agar ia bisa tau siapa sebenarnya gadis yang sudah dihamili oleh abangnya itu.
“Rara! Kamu Rara 'kan?" tanya Devan, "kamu menjebak Bang Riza ya?” tuduh Devan dengan tatapan tajam.
“Enggak Devan! Sa--Saya enggak pernah menjebak Bang Riza,” Rara menggeleng.
Setelah memastikannya, ternyata gadis itu adalah teman satu angkatannya di kampus dan dia juga pernah beberapa kali menanyakan informasi tentang Riza pada Devan.
“Bang Riza! Apa benar Abang sudah menghamili dia, Bang?” Devan menunjuk gadis yang bernama Rara.
“I--Iya, Van, Abang sudah menghamili dia,” Riza mengakuinya.
Devan menghela napasnya, mengusap wajahnya frustasi, ia tidak percaya apa yang dikatakan abangnya itu.
“Bang*at lo, Bang! Lo sadar apa yang udah lo lakuin? Lusa lo mau nikah sama Adiba dan sekarang lo bilang sudah menghamili gadis lain," Devan menarik kerah baju Riza, ia memukul wajah Riza beberapa kali.
“Abang khilaf, Van! Abang pikir dia enggak bakalan hamil, ternyata dia malah....” belum selesai Riza melanjutkan ucapannya, Devan sudah melayangkan pukulannya lagi ke wajah Riza.
“Apa Bang yang ada dipikaran lo? Yang namanya lo udah ngelakuin ma*ing love, kemungkinan besar dia pasti bisa hamil, Bo*oh!” Devan memukul Riza lagi berkali-kali.
Amarah Devan semakin memuncak, ia tidak terima abangnya menyakiti hati Adiba, ada rasa sesak di hatinya, seolah ia merasakan apa yang Adiba rasakan.
“Sudah cukup! Jangan berkelahi,!” teriak mama Yuli.
Devan menghentikan pukulannya, itu semua ia lakukan karena melihat mamanya yang menangis dan memohon padanya agar berhenti memukuli Riza.
Sebelumnya Devan tidak pernah berbuat anarkis seperti ini pada Riza, ia sangat menghormati dan mengagumi sosok abangnya itu. Di mata Devan, Riza adalah orang yang sangat baik, penyayang dan selalu jadi pelindung untuk Devan. Sikapnya pada Adiba juga sangat baik, abangnya itu sangat mencintai dan menyayangi Adiba, dia juga sangat menghormati dan sangat menjaga Adiba, tidak pernah Devan melihat Riza menyalahi aturan bila sedang bersama Adiba.
“Mulai hari ini, jauhi Adiba! Jangan pernah lo tunjukin muka lo di depan Adiba lagi, ingat itu, Bang!” pekik Devan.
Devan pergi meninggalkan mereka semua menuju kamarnya dengan emosi yang masih memuncak, ia tidak mau sampai kelepasan lagi memukul Riza dan membuat mamanya sedih. Sampai di ujung tangga, Devan berbalik dan menatap Riza.
“Tentang pernikahan dengan Adiba, gue yang akan menikahi, Adiba!” putus Devan.
"Tapi Devan, Abang mencintai Adiba dan Adiba juga mencintai Abang. Kita sudah merencanakannya sejak lama," tutur Riza mengejar Devan.
Devan menoleh pada Riza setelah mendengar penuturan Riza barusan, lalu ia menatap Riza dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Cinta yang seperti apa, Bang? Kalau lo cinta sama Adiba, lo akan berpikir seribu kali untuk menyakitinya, lo enggak akan menghamili dia, Bang!" Devan menunjuk Rara, lalu ia pergi meninggalkan Riza yang masih terdiam di tempatnya.
Flasback off…
***

Comentário do Livro (106)

  • avatar
    Samuel Jamrud

    mantap

    5d

      0
  • avatar
    Rinakurniahapsari

    bagus....

    28/08/2023

      0
  • avatar
    AlmaNeng

    sangat menyenangkan

    13/07/2023

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes