logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Part 6

Sampai di kamar, Bagas langsung pergi ke kamar mandi, setelahnya membangunkan tidurku.
"Sayang, bangun udah subuh," ucapnya seraya menggoyangkan bahuku. Aku menggeliat dan membuka mataku. Aku tersenyum melihat wajah tampannya. Dia terlihat terkejut melihat wajahku. Mungkin karena mataku sembab. Aku segera bangun dan pergi ke kamar mandi namun sebelum itu dia malah menarik tanganku.
"Kamu habis nangis?" tanyanya. Aku tersenyum padanya aku mengucek mataku dengan dengan tangan untuk menyingkirkan noda di sela-sela mata.
"Nangis? Nggak! mungkin ini aku lagi sakit aja,"
"Kamu bohong, ya, sama aku. Kamu kayak habis nangis. Kamu kenapa sih sini dong cerita sama aku!"
"Ini semua itu karena kamu, Mas.' ingin sekali aku mengatakan itu pada Bagas.
"Semalam kamu kemana mas? Aku lagi sakit, loh. Tapi kamu malah pergi ninggalin aku sendirian di rumah." Aku sudah tak sanggup lagi untuk diam dia sendiri yang menanyakan aku kenapa lantas Aku menjawab apa adanya. Bagas terlihat terkejut mendengar ucapanku, namun kemudian ia langsung menjawab.
"Oh … jadi kamu menangis semalaman karena itu, Aku-aku-aku semalam pergi ke … aku … aku semalam lapar lagi, Sayang. Jadi aku cari makanan di luar," ucap Bagas dengan gugup.
Aku menghela napas mendengar kebohongannya, aku segera meninggalkannya ke kamar mandi tidak mau mendengar lagi dia berbicara.
"Sayang, semalam aku beneran cari makan di luar," lanjutnya sedikit berteriak agar aku mendengar karena aku sudah berada di dalam kamar mandi.
Aku dalam dilema, tidak tahu harus apa, sabar menyakitkan, diam menyiksa, bicara juga percuma karena dia punya seribu alasan untuk mengelak kenyataan. Yang bisa kulakukan hanya menumpahkan air mata, untuk sedikit mengurangi rasa sakit yang ditorehkan olehnya.
Aku bersandar di belakang pintu, dadaku sesak mataku panas menerima desakan air mata yang siap tumpah. Mungkin akhir-akhir ini, setiap harinya akan diisi dengan tangis, aku sudah berusaha kuat namun tetap saja hati wanita begitu rapuh jika disakiti terlalu dalam apalagi diselingkuhi oleh laki-laki yang sangat dicintai.
Aku buru-buru mengakhiri tangis membasuh mukaku dengan air wudhu. Bagas sudah menungguku, aku tidak boleh lama-lama.
Saat keluar dari kamar mandi Bagas sudah menyiapkan sajadah untukku dan dia juga sudah duduk di sajadahnya.
Aku segera mengenakan mukena dan segera shalat berjamaah bersamanya.
Inilah yang aku baru tahu dari Bagas maksiat jalan ibadah pun tak terlupakan. Mungkin itu adalah istilah yang cocok untuk Bagas. Aku hanya berharap Bagas kembali ke jalan yang benar. Meninggal selingkuhannya dan kembali padaku--istri sahnya.
Aku menyiapkan sarapan, sandwich dan jus sayur. Aku menghidangkan makanan diatas meja terlihat Bagas sudah siap dengan pakaian kantornya ia duduk di kursi begitupun juga aku duduk di sampingnya.
"Kamu mau ke sekolah hari ini, bukannya kamu lagi sakit,"
"Aku udah mendingan, kok, Mas. Kemarin 'kan Maagku kambuh sama kepalaku agak pusing, dan sekarang udah baikan, kok, Mas. 'kan sudah diperiksa sama Dokter Ardian yang tampan banget kemarin." Aku ingin lihat reaksinya, bagaimana aku memuji laki-laki lain di hadapannya.
"Kamu ngapain sih bawa-bawa nama dokter Ardian di meja makan, sampai muji-muji bilang dia ganteng lagi." Bagas memalingkan muka setelah mengatakannya.
"Loh, emang kenapa, Mas. Dia emang ganteng 'kan?"
"Aku lebih ganteng dari dia, lagian gak baik seorang istri muji-muji laki-laki lain didepan suaminya."
"Hello … bagaimana dengan kamu, Mas. Apa baik seorang suami berjalan dengan wanita lain bahkan ingin menikah lagi dengan wanita lain tanpa sepengetahuan istrinya?" ucapku dalam hati.
"Oh iya, besok aku ada acara di luar kota ada pertemuan bisnis Jadi mungkin sekitar dua minggu aku nggak akan pulang kan harus mengurus bisnis di sana kamu siapin barang-barangnya yang akan aku bawa, ya."
"Besok kamu pergi kemana, Mas?"
"Ya, besok aku mau pergi ke Singapura, kenapa Kamu mau dibawain apa nanti pas pulang?"
"Kenapa mendadak sih, Mas?"
"Sebenarnya nggak mendadak sih, cuman aku lupa aja bilang sama kamu."
"Itu karena kamu terlalu sibuk sama dia mas sampai kamu lupa ngabarin kalau kamu mau pergi keluar kota besok, atau jangan-jangan kepergian kamu besok itu untuk menikahi dia, Mas?" Ingin n' chic kali aku menanyakan itu padanya tetapi aku belum bisa mempertanyakan hal itu padanya karena aku belum punya bukti meskipun aku sudah melihat sendiri.
"Jadi nanti Kamu mau dibawain apa,"
"Kalau aku ikut boleh gak, Mas?"
"Aku ada perjalanan bisnis, Sayang. Masa kamu ikut?!"
"Kalo gitu, untuk kali ini aku mohon kamu jangan pergi tinggalkan aku, ya, Mas?"
"Kamu kenapa sih Diajeng aku kerja buat kamu, masa pergi buat urusan bisnis aja nggak boleh," Bagas memegang dahinya.
"Iya. Mas. Iya. Aku tahu kamu kerja buat aku, tapi aku berharap untuk kali ini aja kamu nggak ninggalin aku, semalam saja aku nggak tahu kamu pergi ke mana dan sekarang kamu mau pergi lagi ninggalin aku padahal aku baru pulang dari rumah sakit loh Mas!"
"Kamu bilang, kamu udah baik-baik saja, dan sekarang kamu sudah bisa berangkat kerja tapi kenapa tiba-tiba kamu baru pulang dari rumah sakit aja dipermasalahin. Kamu ngerti dong suami kamu ini bukan pengangguran yang kerjanya hanya diam di rumah untuk bersantai, suami kamu ini harus ngurus banyak karyawan. Supaya mereka gak kena PHK gara-gara kontrak itu gagal."
Aku hanya diam saja mendengar setiap alasan yang dilontarkannya, percuma saja aku bicara jika suaraku saja tidak didengarkan.
"Ya udah terserah kamu aja, Mas," kataku seraya beranjak dari duduk.
Bagas memegang tanganku dan bertanya "Kamu kenapa sih?"
"Aku nggak apa-apa, Mas. Maaf aku udah ngelarang kamu pergi. Aku cuma mau kamu tetap di sini, karena cuman kamu yang aku miliki sekarang." Bagas terhenyak mendengar ucapanku, ia dengan reflek melonggarkan tangannya dan membiarkan aku pergi.
Di dalam kamar mandi yang berada di kamarku, Aku menangis sejadi-jadinya. Aku benci keadaan ku saat ini kenapa aku bisa selama ini, Gimana sih rasanya jadi orang kuat? … gimana? kenapa aku nggak bisa?
Andaikan aku mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuaku mungkin aku tidak akan mengemis kasih sayang kepadamu. Karena aku juga ingin merasakan kasih sayang dan cinta meskipun bukan dari orang tuaku. Dan Aku mengharapkan semua itu dari Bagas, tetapi yang bagus lakukan kepadaku saat ini benar-benar sangat membuatku kecewa.
Setelah aku lelah menangis aku cepat-cepat mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Aku menggunakan make up agar menutupi wajahku yang sembab. Jika Biasanya aku menggunakan make up untuk mempercantik diri tetapi sekarang aku menggunakan make up untuk menutupi kesedihan yang kentara jelas di wajahku.

Comentário do Livro (333)

  • avatar
    SajalahImah

    oke baik

    7d

      0
  • avatar
    NibosRipki

    bagus

    17d

      0
  • avatar
    WatiSera

    seru

    22d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes