logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Part 1

Setelah aku berbaring kembali handphone Bagas berdering. Aku melihat ke arah Bagas, Bagas yang sedang melihat ponselnya lalu melihat ke arahku.
"Ini ada telepon dari kantor, aku angkat dulu ya?"
Aku mengangguk. Dulu awal menikah Bagas akan mengangkat telepon dari siapapun di depanku harus pergi menjauh dariku, tetapi akhir-akhir ini Bagas sering mengangkat telepon menghindar dariku. Awalnya aku sering mempertanyakan hal itu kenapa Bagas as-as lalu seperti menghindar maka telepon dari namun Bagas mengatakan jika ia hanya ingin lebih santai aja bicara sama teman-teman. Namun kenyataannya hal itu justru membuat aku menjadi curiga. 3 bulan ini Bagas terlihat aneh, ia sering pulang telat dan pergi malam.
"Sayang."
Tiba-tiba ibu mertuaku menggenggam tangan ku.
"Eh, iya, Bunda."
"Kamu lagi mikirin apa sih?"
Aku tersenyum padanya. Wajah renta itu mengingatkanku pada orang tuaku yang sudah tiada. Dulu ayah menitipkan ku padanya, dan dia juga menerimaku, menyayangiku dengan tulus, apakah aku sanggup mengatakan jika anaknya telah menghianati ku dan aku akan memutuskan untuk berpisah dengan anaknya.
"Kok malah bengong! kamu lagi mikirin apa hmm?"
"Aku lagi nggak mikirin apa-apa kok, Bunda."
Bunda Miranda mengusap pipiku dengan lembut. Lihatlah bagaimana dia memperlakukan ku. Dia sangat perhatian terhadapku, bagaimana bisa aku tega meninggalkannya untuk memilih berpisah dengan Bagas karena keegoisan ku. Harusnya aku bisa lebih memikirkan perasaannya, dan mengesampingkan perasaan ku lebih dulu.
"Kamu tadi habis dari mana? Kenapa sampe pingsan di jalan hujan-hujanan?"
"Mm … ta-tadi aku habis … habis beli bakso, Bun," ucapku gugup.
Alasan yang konyol memang tapi aku tidak tahu harus jawab apa aku tidak sepintar itu membuat alasan, apalagi aku yang tidak pernah berbohong.
"Bakso?"
Bunda mengerutkan kening mendengar jawabanku.
"Iy-iya, Bunda. Ta-tapi bak-baksonya habis, jadi gak ja," ucapan ku terpotong karena ada Bagas.
"Bunda, sayang."
"Iya," ucapku dan bunda barengan. Aku sangat bersyukur ketika Bagas datang, aku bisa terbebas dari pertanyaan-pertanyaan bunda.
"Bunda, aku titip Diajeng sebentar ya, Bun. Aku mau keluar sebentar." Perasaan ku tak karuan mendengar perkataan Bagas, kecurigaanku kembali menghampiri.
"Kamu mau kemana, Gas. Ini lho istri kamu lagi sakit," kata bunda tak habis pikir dengan anaknya.
"Bentar aja, Bun. Aku keluar sebentar, Ya. Mau dibawain apa?"
"Terserah kamu aja deh, Gas," ucap bunda pasrah. Sementara aku hanya diam saja.
"Sayang kamu mau dibawain apa?" Aku tidak langsung menjawab, aku fokus kepada pikiran ku sendiri, aku yakin jika Bagas keluar untuk menemui kekasihnya. Bahkan di saat istrinya sakit pun Bagas masih keluar untuk menemui kekasihnya, tidakkah Bagas mau menemani istrinya yang sedang sakit?
"Sayang," ucap Bagas.
"Diajeng." Bunda memanggilku dengan lembut.
"Eh, iya bunda ada apa?"
"Itu suami kamu mau pergi, katanya mau dibawain apa nanti pas pulang,"
Aku bilang aku tidak mau dibawakan apa-apa, Aku cuman berharap Bagas ada disini menemaniku bukan malah pergi menemui selingkuhannya dan menitipkan aku kepada bunda.
"Sekarang jam berapa Bun?" Tanyaku pada Bunda karena aku tidak menemukan ponselku.
"Baru jam jam 8 malam jam, kamu belum makan apa-apa 'kan. Tadi kamu mau beli bakso gak jadi," bunda tersenyum seraya mengambil makanan yang sudah ada di atas meja samping ranjangku.
"Kamu makan dulu, ya." Aku mengangguk. Aku memang belum makan dari pagi, aku terlalu penasaran dengan kegiatan suamiku seharian ini, hingga aku mengikutinya dan lupa mengisi perutku, aku punya penyakit maag, aku juga tidak tau siapa tadi yang membawaku ke tempat ini, aku makan dengan tenang. Sementara bunda duduk di sofa. Aku sudah menawarkan makanan padanya tapi beliau menolak.
"Bunda, tidur sini, bareng sama aku," ucap ku padanya.
"Bunda tidur di sini aja."
"Nggak papa, Bun. Bunda tidur di sini aja. Aku mau tidur bareng Bunda. Lagian kasurnya muat, kok." Aku tidak tega melihat Bunda yang akan tidur di sofa sementara aku tidur di ranjang, mungkin saja badan Bunda nanti pas bangun akan pegal-pegal jika ia tidur di sofa.
Miris memang Bagas meninggalkanku dengan bunda berdua saja di rumah sakit. Bunda disuruh menjagaku disaat bunda sendiri butuh istirahat di kasur yang nyaman, bukan sofa rumah sakit. Seharusnya Bagas menghantarkan menenmaniku, bukan bunda, entah kemana Bagas yang sering mengucapkan janji akan selalu menemani ku itu.
Kecewa sedih marah, miris melebur menjadi satu namun aku tak bisa berbuat apa-apa selain diam dan menerima. Aku tidak ingin ibu mertuaku sedih karena pernikahan anaknya ternyata tidak baik-baik saja.
Ibu mertuaku naik ke ranjang dan tidur bersamaku, aku tidur dalam pelukan bunda. Aku sudah sangat menyayangi Bunda seperti aku menyayangi ibuku sendiri. Aku merasa sangat nyaman saat bersama Bunda.
***
Pagi hari saat aku terbangun bunda sudah tidak ada di sampingku. Aku mengedarkan pandangan ku ke seluruh penjuru ruangan, tidak ada siapapun. Hanya suara gemericik air dari kamar mandi. Mungkin bunda sedang di kamar mandi, fikirku.
'apa Bagas semalam gak pulang?' apa segitu cintanya Bagas kepada wanita itu sampai-sampai dia melupakanku yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Dan memilih pergi menemui wanita itu. Aku memang tidak tahu semalam Bagas pergi ke mana, tetapi firasatku mengatakan jika Bagas pergi menemui wanita itu.
Aku mau memandang langit-langit kamar makalah napas, kemudian bangun dari tidurku. Aku mau ke kamar mandi, tetapi Bunda belum keluar juga dari kamar mandi.
Tak berapa lama seseorang membuka pintu kamar mandi, aku mengerutkan kening ternyata bukan Bunda yang berada di kamar mandi melainkan Bagas, kemana bunda?
"Mas, Bunda ke mana?"
"Kamu udah bangun, Sayang?"
"Iya,"
"Bunda dijemput Ayah semalam Karena Riko bangun malam-malam nangis malam-malam dan mencari Bunda, makanya Bunda pulang." Aku mengangguk mendengar jawaban Bagas. Gavin adik Bagas yang paling kecil, dia baru berusia 5 tahun.
Aku dan Bagas baru menikah 2 tahun ini kami, belum dikaruniai momongan. Apa Jangan-jangan itu juga adalah alasan Bagas mau menikah lagi?

Comentário do Livro (333)

  • avatar
    SajalahImah

    oke baik

    7d

      0
  • avatar
    NibosRipki

    bagus

    17d

      0
  • avatar
    WatiSera

    seru

    23d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes