logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Kawan atau Lawan?

Bab VI
Tak Seindah Malam Pertama
(Kawan atau lawan?)
“Mama yakin, kamu bisa melewati semua. Kamu kuat, Nak, dan pasti kuat.” Lanjut Mama Sukma lagi sambil membalut luka Danu dengan perban.
“Pasrahkan pada Sang Sutradara kehidupan, Nak. Yakinlah bahwa skenario-Nya adalah yang terbaik. Berbaik sangkalah pada-Nya agar hatimu tenang. Bukankah setelah hujan badai pun, masih ada pelangi yang akan hadir.”
Lembut Mama Sukma menyisir rambut Danu yang berantakan. Setelahnya, ia bangkit keluar kamar, berniat menyiapkan makan siang untuk Danu. Perut lapar akan membuat seseorang kesulitan mengendalikan diri.
Mama Sukma sengaja meninggalkan Danu sendiri, membiarkan putra bungsunya itu berfikir, juga menenangkan hati. Dia hafal betul dengan sifat Danu. Meski emosinya meledak-ledak, tetapi Danu akan mudah memaafkan orang lain. Dia hanya membutuhkan waktu untuk mengolah emosinya. Pada hakikatnya, Danu memiliki hati yang lembut.
“Jadi kekasihmu itu yang membuat kamu jadi seperti ini, Nak?” Mama Sukma tersenyum.
“Ceritanya patah hati?” Ledeknya kemudian.
Mama Sukma tidak tahu bahwa yang Danu rasakan bukan hanya sekedar patah hati. Setengah jiwanya pergi. Hilang. Danu menjadi pesakitan. 
“Maya segalanya buat aku, Ma. Dia semangatku. Aku bahkan rela berlayar selama dua tahun, meninggalkan Mama sendiri demi dia.” Danu berkata dengan suara bergetar.
“Rumah ini pun aku bangun untuk menyenangkan hatinya. Rencananya aku ingin menikahinya dengan mahar rumah ini, Ma,” lanjut Danu kemudian.
Mama Sukma tersenyum, ia baru tau bahwa alasan Danu berlayar adalah demi menikahi seorang perempuan.
“Oooh … jadi namanya Maya?” Tenang Mama Sukma menanggapi.
“Mama jadi penasaran, seperti apa kekasihmu yang bernama Maya itu. Sampai-sampai kamu seperti tadi, Nak.” Masih tersenyum Mama Sukma berucap.
“Maya itu ….”
***********************
“Maya itu ….” Tertahan Danu bercerita. Matanya berseri membayangkan sosok seorang Maya.
“Istimewa,” lanjutnya kemudian.
Mama Sukma terpana melihat Danu. Mata Danu memancarkan begitu banyak cinta, juga rasa kagum. Putra bungsunya begitu mendamba perempuan bernama Maya. Sebagai seorang ibu, ia merasa iba pada putranya.
”Semoga Danu dapat melewati semuanya. Semoga Danu menemukan cinta yang sebenarnya.” Doa Mama Sukma dalam hati.
Sore harinya, Danu memilih untuk berkeliling kota Jogja. Dua tahun membuatnya kangen dengan suasana Jogja. Ia mengendarai mobil melewati jalan ‘ring road’ lingkar utara. Ternyata dua tahun saja sudah banyak yang berubah. Di jalur utara, tepatnya di perempatan Jombor, telah dibangun ‘Underpass’, jembatan besar yang membuat jalan menjadi dua lajur, yaitu lajur atas dan lajur bawah. ‘Underpass’ ini membuat arus lalu lintas yang dulunya sering macet menjadi lancar.
Dari Perempatan Jombor, Danu berbelok ke arah selatan menuju Jalan Magelang. Malioboro adalah tujuannya. Sesampainya di Malioboro, Danu pun juga merasa ‘pangling’. Di sepanjang Malioboro yang dulu penuh dengan sepeda motor terparkir, saat ini sudah bersih dan rapi. Parkir sepeda motor dipusatkan menjadi satu di Malioboro sebelah utara, tepatnya di dekat Stasiun Tugu. Disana telah dibangun parkir bertingkat yang sangat luas.
Kiri dan kanan jalan sepanjang Malioboro dibuat taman. Banyak tempat duduk cantik yang disediakan. Aneka patung unik terpajang di sana, juga lampu berwarna warni, mempercantik suasana malioboro, khususnya di malam hari. 
Danu terus mengendarai mobilnya, hingga tanpa disadari, ia telah sampai di depan rumah Maya. Danu tertegun saat menyadari bahwa ia berada di jalan menuju rumah Maya. Akhirnya ia memutuskan untuk menghentikan mobilnya di bawah pohon, agak jauh dari rumah Maya, tetapi masih cukup jelas untuk melihat keadaan rumah itu.
Angan-angan Danu melayang. Membawanya kembali ke masa dua tahun yang lalu. Dulu, Danu sering bertandang ke rumah itu, setiap malam minggu. Bahkan bu Ratih sudah sangat mengenalnya, menganggap ia seperti anak sendiri. Rumah Maya laksana rumah kedua baginya saat itu. 
Danu kembali teringat saat dulu, ia dan Maya membuat pesta kebun di depan rumah itu untuk merayakan ulang tahun bu Ratih yang ke-48. Maya dan Danu sengaja merahasiakan acara tersebut, mereka membuat kue bersama ketika bu Ratih sedang pergi keluar rumah. Tidak hanya itu, mereka juga memborong banyak bunga anggrek untuk membuat taman. Bu Ratih sangat menyukai bunga anggrek, sama seperti Maya. Kejutan mereka berhasil, bu Ratih sangat bahagia mendapat hadiah sebuah kebun anggrek.
Masih jelas di ingatan Danu, saat Maya dan bu Ratih berkabung atas meninggalnya Pak Roni, Ayah Maya. Pak Roni meninggal karena sakit Diabetes Melitus atau penyakit gula. Pak Roni dirawat di Rumah Sakit selama dua bulan. Selama itu pula Danu selalu mendampingi Maya dan bu Ratih. Ia ikut menunggui Pak Roni di rumah sakit, membantu Maya membereskan rumah saat bu Ratih menginap di rumah sakit, juga memastikan Maya selalu makan tepat waktu, karena dalam keadaan bersedih, Maya kerap lupa makan. Hingga pada akhirnya Pak Roni menghembuskan nafas terakhir. Danu selalu ada untuk Maya.
Begitupula saat Maya sakit. Maya memiliki sakit maagh akut, ia sering terlambat makan, bahkan sampai lupa makan. Sibuk, selalu menjadi alasan Maya. Pernah suatu malam, bu Ratih menelpon Danu mengabarkan bahwa Maya kesakitan. Tidak peduli dengan hujan deras diikuti angin kencang, Danu datang ke rumah Maya untuk memberikan pertolongan. Danu dan bu Ratih membawa Maya ke rumah sakit. Danu setia menemani disaat Maya terbaring tak berdaya, hingga akhirnya dokter mengijinkan Maya pulang. Sejak saat itu, Danu menjadi orang pertama yang paling cerewet mengingatkan Maya untuk makan. Tak jarang Danu datang hanya untuk mengantar makanan kesukaan Maya. Seperti itulah Danu, ia selalu berusaha ada untuk Maya. Baginya, Maya dan bu Ratih adalah keluarga keduanya. Masa depannya.
“Andai saja waktu bisa kuputar kembali, May. Aku tak akan pergi berlayar. Buat apa aku mendapatkan banyak uang, jika pada akhirnya aku kehilangan kamu,” batin Danu.
Danu terus saja menyesali keputusannya. Belum bisa menerima segala yang terjadi. Ia masih tidak percaya Maya mengkhianati janji mereka.
“Bahkan kita telah melakukan banyak hal, May … semudah itukah kamu berpaling?” Batin Danu kembali bertanya-tanya.
Disaat Danu berkecamuk dengan banyak penyesalan dan pertanyaan di benaknya. Dari tempatnya duduk, Danu melihat Maya keluar rumah bersama seorang laki-laki. Sesaat Danu tertegun, “bukankah itu Ibnu?” tanyanya seorang diri.
Ibnu adalah salah satu sahabatnya di kampus. Sebenarnya mereka berdua berbeda jurusan. Danu mengambil jurusan IT sedangkan Ibnu mengambil jurusan Hukum. Awalnya mereka tidak saling kenal, hingga akhirnya mereka dipertemukan dalam organisasi kampus. Banyaknya kegiatan organisasi yang mereka ikuti bersama membuat mereka menjadi akrab dan dekat. Danu tidak menyangka bahwa Ibnu lah laki-laki yang telah menikahi Maya. Merebut Maya darinya.
Danu menajamkan penglihatannya, memastikan bahwa ia tak salah lihat. Betul, memang Ibnu yang saat ini bersama Maya. Menggandeng tangan Maya dengan penuh rasa sayang. Dan Maya, ia tampak begitu bahagia, wajahnya begitu cantik dengan jilbab pashmina berwarna biru muda. Warna kesukaan Maya, juga Danu. Bahkan mereka memiliki selera warna yang sama.
“Tega kalian!?” Luka Danu kembali menganga.
Danu merasakan lukanya semakin dalam, dua orang yang ia sayangi, kekasih dan sahabatnya, justru menikamnya dari belakang. Tak pernah terbayang oleh Danu bahwa Ibnu, sahabatnya, juga menginginkan Maya. Sama seperti dirinya.
Batin Danu bergejolak, emosinya tak lagi mampu ia bendung, ia tak bisa menahan diri, tanpa membuang waktu ia membuka pintu mobil, berniat menemui Ibnu dan Maya.
"Kalian harus membayar luka hati yang saat ini aku rasakan." Batin Danu penuh amarah.
*****************

Comentário do Livro (143)

  • avatar
    Aleeya Aleeyabintimohdawazn

    Sonoksangat

    1d

      0
  • avatar
    okaINI

    HEBAT

    15/08

      0
  • avatar
    KCBSYAFIQ NASRULLAH

    uesuussisiisissisis a good 👍 I punya

    18/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes