Tag(s):
• Kecantikan
• Detail
• Drama

Sekuel Ketika Mertua Ikut Campur Zidan lahir dari keluarga baik-baik dan termasuk keturunan orang kaya. Dia dididik dengan kasih sayang dan pendidikan agama oleh kedua orang tuanya. Salwa dan Lutfan adalah orang tua Zidan, mereka orang terpandang di lingkungannya. Usaha toko yang dikelola bertambah maju setiap tahunnya. Namun, hati Zidan memberontak dan ingin keluar dari zona nyamannya. Akhirnya dia pergi mencari pekerjaan sendiri di luar kota. Sikap Zidan semakin berubah. Didikan dari orang tuanya sejak kecil semakin memudar. Dia bertemu dengan seorang wanita, menurutnya wanita itu cocok dengan kepribadiannya saat ini. Zidan tidak mau kehilangan wanita tersebut meski tidak tahu latar belakangnya dengan pasti. Zidan merencanakan sesuatu untuk bisa mendapatkan wanita tersebut. Karena dia selalu menolak ajakan untuk menikah dengan Zidan. Apakah rencananya akan berhasil? Apakah orang tuanya akan merestui saat mengetahui latar belakang wanita pilihan Zidan?

Última Atualização

Escolha do Editor

Não era para te amar

Tinyty

A viagem!

Lina

Sangue por liberdade

Danikatrin

Lágrimas por asas

Danikatrin

Escola de Vampiros - Curada

Josy Sant

O DIÁRIO DE ELIZABETH

Sabrina Reis

Recomendação

Collection Adventures in Dimensions

SasinaZariel

Encontrando o Sentido de Viver

Nayra Reis

Asas por sangue

Danikatrin

Escola de Vampiros - Curada

Josy Sant

Diademas da Escuridão

diademas

Renascidos

Livi Astrid

Não era para te amar

Tinyty

Princesinha do Morro

Tatiana Assis Rabetin

Garoto em vidros

Danikatrin

O DIÁRIO DE ELIZABETH

Sabrina Reis

Comentário do Livro (69)Deixe o seu comentário na App

• 
  AL MUAFI24. ABD

  keren ini novel AQ baru sampai bab 5 batrai hp mau habis, lanjut nanti dulu, buat yang belum baca novel ini buruan novel ini keren

  20/01/2022

    0
• 
  Aidil Kurniawan

  saya sangat suka sekali sma ceritanya bagus bngt deh pokoknya gk sia" aku baca ini terus

  27/12/2021

    0
• 
  AbrorFala

  baik

  20d

    0
• 
  Dwi saputraViki

  keren

  27/07

    0
• AmeliaAmidah

  huhaaaa bngtt ciiii

  04/07

    0
• 
  Hafhiza

  iya

  29/05

    0
• ZahiraZalfa

  bagus bagus bagus

  17/03

    0
• 
  Mischa Mischa

  bagus banget ceritanya

  21/02

    0
• 
  Xrhmaa

  bagus.

  16/01

    0
• 
  iponDen

  sngat bagus skali

  20/09

    0

• Total: 40

• Part 1

  Brak!
  Pintu kamar dibuka paksa oleh seseorang.
  “Apa-apaan ini! Beraninya kamu berbuat seperti ini deng

• Part 2

  “Eh tuh, sudah ada Faniza. Hmm … sebenarnya kalian pacaran atau gimana sih, Dan? Nggak jelas banget.

• Part 3

  “Ay, bangun. Mandi dulu.” Aku mendekatinya dan beberapa kali mendaratkan bibir di telinganya.
  Saat di

• Part 4

  Jari telunjuk langsung kuletakkan di bibir, agar Faniza tidak lagi mengeluarkan suaranya yang cukup

• Part 5

  “Ay, kamu selalu membuatku kewalahan. Ahh … nikmat sekali hidup ini. Hidupku sempurna saat denganmu,

• Part 6

  “Halo Ra, aku mau ke kosanmu. Kamu jangan pergi-pergi dulu. Awas kalau nanti aku sampai di sana, kam

• Part 7

  Sarapan di piring sudah ludes masuk ke dalam perut. Nara yang kembali membereskan segalanya. Piring

• Part 8

  “Dan, jemput aku di bandara sekarang juga.”
  “Lho, Ay. Ngapain di situ?”
  “Jemput aku dulu. Ceritanya na

• Part 9

  “Eh Dan, ngapain pegang begituan? Mainnya nanti ‘kan?”
  Baru saja selesai membuat lubang-lubang untuk

• Part 10

  “Nggak ah, ngapain aku pergi ke sana. Mendingan sih buat tidur aja.”
  “Payah! Diajak senang-senang mal

• Part 11

  Kami memasuki kamar yang sudah aku pesan. Sikapnya semakin tidak terkontrol. Sebagai laki-laki norma

• Part 12

  “Dan, kayaknya ada yang aneh deh. Kenapa aku belum datang bulan ya? Padahal biasanya dapat tanggal s

• Part 13

  “Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ya, selamat. Kalian akan segera menjadi orang tua. Mba

• Part 14

  “Ay, ceritakan semuanya kepadaku. Aku nggak mau kalau kamu memendamnya sendirian. Ada aku yang selal

• Part 15

  “Ay, apa kamar ibu mertua masih jauh?” tanyaku.
  Aku berjalan menggandeng tangan Faniza dan mengikuti

• Part 16

  “Wah, Ay. Gambarnya bagus banget. Hmmm, tampan banget ini. Iya sih, kayak aku. Hehehe.”
  Aku menemukan

• Part 17

  “Bu, kami pulang dulu ya? Ibu harus sehat terus di sini ya?”
  Faniza sudah kembali ke ruangan ini bers

• Part 18

  “Ibuku, Ay. Kebetulan banget. Sekalian bisa ngomong kalau besok kita mau pulang.”
  “Dear, apa kamu yak

• Part 19

  “Ay, kamu kok jadi marah sih? Aku salah ngomong ya, Ay? Aku nggak bermaksud ngomong kayak gitu, Ay.

• Part 20

  “Aku sudah ngomong sama kamu kan, Ay. Soal itu jangan dipikirkan lagi. Biar aku saja yang akan berta

• Part 21

  “Assalamu’alaikum!”
  Tepat di depan pintu, aku mengucapkan salam. Biasanya langkahku langsung masuk be

• Part 22

  “Kamu kenapa, Ay?” tanyaku ikut gelisah.
  Faniza semakin erat meremas pahaku. Raut wajahnya semakin ta

• Part 23

  POV Ibu
  ***
  Kaki ini diayun bergantian menuju ke kamar Faniza. Tanganku membawa minyak angin untuk mem

• Part 24

  Setelah selesai mandi, aku bergegas pergi ke ruang tengah. Di sana sudah ada ayah yang menunggu. Men

• Part 25

  “Iya, terima kasih banget, Om—“
  “Hus! Ayah, jangan om. Nggak enak didengarnya.” Ayah memotong ucapan

• Part 26

  “Nggak, Bu! Aku akan tetap menikahi Faniza, Bu. Ibu jangan aneh-aneh. Mana mungkin ayah adalah ayahn

• Part 27

  “Zidan, tunggu sebentar saja, apa kamu nggak bisa?” tanya ayah lagi.
  “Nggak, Yah. Faniza nggak butuh

• Part 28

  “Maafkan Ibu, Wa. Gara-gara tindakan Ibu yang bukan-bukan malah jadi rumit seperti ini.”
  Nenek menjaw

• Part 29

  “Mi, dedek bayi lagi ngapain ya? Dia udah nendang-nendang lagi apa belum?”
  Aku mengelus perut Faniza

• Part 30

  “Bu, Ibu lagi ngapain di kamarku?” tanyaku sambil mendekatinya.
  “Eh Zidan. Hmm, itu, Dan. Ibu memang

• Part 31

  Tenggorokanku tetap kering karena suasana hati ini berubah. Niat awal ingin mengambil minum di dapur

• Part 32

  Dari luar ruang bersalin, aku mendengar suara bayi menangis dengan sangat nyaring. Hatiku terenyuh p

• Part 33

  “Ayah sama Ibu mau bicara soal apa?” Aku bertanya membuka percakapan.
  Kami sudah berkumpul di ruang t

• Part 34

  Perjalanan jauh telah dilewati. Kami memutuskan untuk mencari penginapan di dekat rumah sakit jiwa t

• Part 35

  “Mana mungkin kamu menikah sama anaknya mas Lutfan. Kamu nggak boleh menikah sama dia, Faniza. Janga

• Part 36

  Saat di dalam mobil, hingga sampai di rumah. Semua membisu. Amarahku sangat membara di dalam dada. P

• Part 37

  “Mi, bangun, Mi. Ayo kita pergi dari sini. Bangun, Mi.”
  Saat dini hari, aku sudah berusaha membangunk

• Part 38

  Aku mencoba membuka mata perlahan. Sejenak bergeming, saat mendapati diri ini sedang terbaring di ra

• Part 39

  “Oh ya? Alis seneng dong, kalau lagi sama bu guru.” Sekilas aku melihatnya, karena saat ini sedang m

• Part 40

  “Apa mungkin ini orang yang sama? Ah … kayaknya bukan. Eh tunggu, kayaknya aku pernah lihat orang in