Total : 48Capítulo 1 Dilahirkan Bange
Desa berpenduduk seratus tujuh puluh kepala keluarga itu memancarkan kebersahajaan. Pepohonan mahoni
readmore Capítulo 2 Sebuah Nama
Hasan sedang menggendong buah hatinya. Sesekali ia mencubit manja pipi bayi mungil itu. Sembari menu
readmore Capítulo 3 Beban Pikiran
Saat ini Aminah belum bisa pergi ke sawah karena bayinya yang masih kecil. Hasan akhirnya mengambil
readmore Capítulo 4 Semut Nakal
“Begini saja Bang, nanti saya sama si kecil yang pergi mamuro, agar abang tidak perlu tergesa-gesa
readmore Capítulo 5 Si Kecil yang Imut
Semakin hari si kecil semakin menggemaskan. Ia tumbuh seiring detakan jarum jam yang selalu setia me
readmore Capítulo 6 Mainan di Pasar Malintang
Ayam berkokok. Mentari mulai membangunkan bumi. Sebagian kaum laki-laki mulai terlihat menunggu angk
readmore Capítulo 7 Hujan Sakit
Gumpalan-gumpalan air jatuh dari langit membasahi desa Bange. Kerumunan anak-anak sedang bermain-mai
readmore Capítulo 8 Sampuraga
Suara jangkrik bersahutan menemani orang-orang yang masih belum memejamkan mata. Suara bising yang t
readmore Capítulo 9 Sekolah Dasar
Bagi Hasan, perputaran jarum jam itu seperti kilatan petir yang sedang menyambar sebuah pohon di bum
readmore Capítulo 10 Sawah
Anak-anak berseragam merah putih berjalan merayap bak gerombolan semut yang hendak mengerumuni gula.
readmore Capítulo 11 Marga
“Batu, ayah dimana ?” sahut seorang laki-laki berbadan tinggi yang tiba-tiba menghampiri anak-anak y
readmore Capítulo 12 Hutang Ayah
Lelaki berperawakan tegap itu berjalan menyusuri malam. Seolah besok tidak ada lagi siang. Langkahny
readmore Capítulo 13 Juara Satu
Anak itu berjalan tergesa-gesa menuju rumahnya. Ia tidak sadar lagi siapa saja orang yang dilewatiny
readmore Capítulo 14 Tidak Ada Uang Jajan
Mentari pagi memperlihatkan senyum indahnya kepada penduduk bumi. Burung-burung camar berkicau menya
readmore Capítulo 15 Airmata Beras
Lelaki itu bersiap-siap pergi ke sawah. Beberapa hari ini ia tidak bisa menderes pohon karet karena
readmore Capítulo 16 Bintang Jatuh
Gantungkan mimpimu setinggi bintang di langit, untaian kalimat yang selalu Dayat dengar dari lisan k
readmore Capítulo 17 Kelereng
Mentari beranjak naik ke langit. Panas yang dihasilkannya ditransfer ke bumi. Benda raksasa itu seol
readmore Capítulo 18 Rumah Setengah Jadi
Hidup bak roda berputar. Kesedihan tak akan selamanya menghampiri karena masih ada tawa. Kelam malam
readmore Capítulo 19 Memancing dan Kecemasan
Segerombolan anak-anak desa itu berduyun-duyun ke arah barat. Tangan mereka tampak membawa pancing.
readmore Capítulo 20 Mangalamek Mangalomang
Setelah pemerintah menetapkan satu ramadhan selepas shalat Maghrib tadi, Semua stasiun televisi berl
readmore Capítulo 21 Parbotan
Suara takbir menggema. Lantunan kalam kebesaran Ilahi bersahutan di atas bumi tuhan. Masyarakat seka
readmore Capítulo 22 Panyabungan
“Dayat temani ayah ke Panyabungan ya ?” “Ada apa Yah ?” “Ayah mau bayar pajak motor” “O. Iya Yah” “Dayat
readmore Capítulo 23 Surga di Mandailing
“Nah ini dia Aek Godang” ujar Hasan kepada anaknya ketika sudah sampai di tempat yang sangat menakju
readmore Capítulo 24 Oleh Oleh untuk Emak
“Ayah, jangan lupa oleh-oleh buat emak” ujar Dayat di atas sepeda motor yang sedang melaju dengan ke
readmore Capítulo 25 MTSN Siabu
“Selamat Datang di MTs Negeri Siabu” tulisan besar itu terpampang di gapura sekolah. Tulisan dengan
readmore Capítulo 26 Sang Juara
Hari ini adalah hari yang paling dinantikan semua siswa MTsN Siabu. Dari pukul tujuh pagi, mereka su
readmore Capítulo 27 Membandel
Dayat tampak bukan seorang sosok yang utuh seperti dulu lagi. Sekarang ia seolah terombang-ambing ba
readmore Capítulo 28 Kemaafan Ayah
“Ayah sama sekali tidak pernah menyangka, kalau prestasi sekolahmu semakin hari semakin menurun. Dul
readmore Capítulo 29 SMA Plus dan Pesantren
Mentari pamit pulang ke ufuk barat. Burung-burung hilir mudik menuju peraduan. Senja menyapa jagat r
readmore Capítulo 30 Nilai UN Tertinggi
Seberkas cahaya telah menggantikan kelam malam. Mentari mulai memperlihatkan senyumnya di kaki bukit
readmore Capítulo 31 Pesantren Musthafawiyah
Angkutan umum berwarna putih melaju meninggalkan masa lalu Dayat di desa Bange yang bersahaja itu. J
readmore Capítulo 32 Aek Singolot
Sungai itu mengalir deras mengiringi kisah hidup para santri di dalam pondok-pondok nan kecil dan se
readmore Capítulo 33 Gordang Sambilan
“Teman-teman kita nanti ke Panyabungan ya ?” ujar Syukron. “Mau ngapain Ron ?” tanya Dayat. “Aku mau b
readmore Capítulo 34 Perselisihan
Tidak seperti hari biasanya, hari ini suasana di pemondokan santri putra tampak legang. Hanya bebera
readmore Capítulo 35 Pantai Barat
Berbagai jenis bus dan angkutan umum berjejer di pinggir jalan raya lingkungan pesantren. Sebagian b
readmore Capítulo 36 Orja
Suasana di rumah itu terlihat ramai. Ruangan utama dihiasi berbagai jenis kain dan sulaman nan menaw
readmore Capítulo 37 Hasrat Tak Sampai
Dayat pandangi wajah kedua orangtuanya yang sedang berada di ruang tengah rumah. Dari pintu kamar, i
readmore Capítulo 38 Hijrah
Sore nan indah di bawah lintasan pelangi. Burung-burung camar bernyanyi di ranting pohon nan rindang
readmore Capítulo 39 Pekanbaru
“Selamat Datang di Kota Pekanbaru”, sebuah kalimat yang berada di kedua tiang gapura dengan atap kha
readmore Capítulo 40 Surat Kecil untuk Emak
Anak muda sang pemimpi itu merenung di sudut malam. Di dalam kamar kos, ia masih saja belum bisa men
readmore Capítulo 41 UIN Suska Riau
“Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau” tulisan indah itu terukir dengan megahnya pada g
readmore Capítulo 42 Kuliah, Bekerja, Sastra
Anak muda itu tampak mengangkati semen ke atas beko. Tak sedikitpun ia tunjukkan rasa penatnya kepad
readmore Capítulo 43 Surga di Rumah Sahabat
“Yat, apa kabar ?” “Alhamdulillah kabar baik Ki” “Hari ini kita tak ada tugas kuliah kan ?” “Iya Ki, ta
readmore Capítulo 44 Firasat
Pintu-pintu tamu tertutup sudah. Kelam semakin merekah. Suara jangkrik saling bersahutan tak kenal l
readmore Capítulo 45 Uang Kuliah yang Mengancam
Dayat sangat risau beberapa hari terakhir ini. Hatinya tak tentram. Pikirannya bercabang. Makan tak
readmore Capítulo 46 Sebuah Amplop
“Ma, Dayat akan berhenti kuliah” “Kenapa ?” “Ia tidak bisa membayar uang kuliah semester ini” “Kasihan,
readmore Capítulo 47 Surga Dunia
Hari ini merupakan sebuah hari yang sangat ditunggu-tunggu Dayat. Sebuah hari yang telah mengantarka
readmore Capítulo 48 Airmata Kota Bertuah
Perasaan bahagia masih terpancar dari raut wajah Dayat ketika sedang keluar dari gedung nan megah it
readmore
begitu lah perjuangan seorang ibu yang selalu nyiapin apa saja untuk keluarganya
09/08/2022
0👍👍
1d
0bagus karena ada adzan
27d
0sangat bagus sekali
14/08
0baru pertama kali lihat novel ini terharu banget🥺💞
10/08
0aab hoseimah samsul
22/07
0cukup bagus
15/07
0seri
04/07
0bagus
04/07
0Jalan impianku
30/06
0