Zheyya : Kamu seperti rintikan hujan yang turun perlahan di tengah gurun pasir, di saat aku dahaga.
Membuatku tak berdaya, sementara aku tak punya pilihan lain selain menunggumu datang membasahi ku.
Terkadang aku berpikir, tak bisakah kamu menjadi segelas air saja? Supaya aku bisa lebih mudah menegukmu dan hausku cepat reda?
Anis : Cinta adalah sebuah kata penuh makna, mewakili segala macam emosi yang berkaitan dengan rasa ketertarikan. Cinta datang bersamaan dengan obsesi dan keikhlasan. Berbicara tentang seberapa kuat menggenggam atau saling melepaskan. Mempertahankan sebuah rasa yang pekat pada awalnya, dan memudar perlahan.
***
Zheyya, gadis sederhana dan Kanha pemuda playboy. Dua insan yang memiliki sisi dan latar belakang berbeda. Ketika Benci perlahan menjadi Cinta. Bisakah berlabuh di muara yang sama di penghujung rasa?
dari cerita ini mengajarkan bagaimana kita harus sabar dan bertahan dalam kondisi yang sulit, karena masih banyak orng¹ yang peduli terhadap diri kita😇
22/07
0
FatmawatiIlis
boleh juga nih
09/07
0
Lionel928ya1
sangat bangus novel?
15/05
0
Happy Tr'e May
Gggg oke bngt
05/05
0
speedRyan
ini sangat bagus dan jelas
03/05
0
Ahmad Gunawan
siip
17/03
0
Total: 64
Bab 1 | Hujan Februari
Februari, 1997 Sepasang insan berjalan dimalam hujan. Di antara jalanan sepi. Dalam kebisuan kata, ri
Bab 2 | Pertemuan
Juli, 2015. Gadis itu duduk paling depan di kelas yang bising dengan kesibukannya masing-masing. Menc
Bab 3 | Sepulang Sekolah
Kedua kakinya terus melangkah dengan tergesa, wajah datarnya menatap lurus ke arah jalan yang ia tuj
Bab 4 | Lelaki itu
Sorot mata itu tampak tak asing... Terasa familier ... padahal aku yakin ini pertama kali kita bertem
Bab 5 | Siapa Dia?
Mentari pagi yang hangat mengawali hari Zheyya. Gadis itu berjalan cepat, ralat, setengah berlari me
Bab 6 | Ternyata benar dia
'kapan hari baik akan datang?' batin Zheyya sambil menadah tetesan air hujan di telapak tangannya. G
Bab 7 | Sikap yang aneh
Minggu pagi yang sendu, langit tak begitu cerah tapi tidak juga mendung. kemungkinan siang hari akan
Bab 8 | Sudut perpustakaan
Zheyya berjalan dengan penuh semangat. Membayangkan buku-buku yang tertata rapi di lemari dan rak. S
Bab 9 | Bara Cinta
Kanha duduk bertumpang kaki dengan ujung kaki kanannya ia gerak-gerakkan. Memasang ekspresi dingin,
Bab 10 | Plester luka
Motor berputar lalu terguling di seberang Zheyya. Spontan Zheyya melempar payung yang digenggamnya d
Bab 11 | Over Protectif
“Zheyya?” Kanha menatap laki-laki yang baru saja datang dari balik pintu, sedangkan lelaki itu menat
Bab 12 | Mimpi buruk
“I’m home Jack!” ucap Kanha saat menutup pintu. Tanpa membuka sepatu ia langsung masuk ke kamarnya, l
Bab 13 | Drama Percintaan
Jenni berjalan di antara lorong kelas dengan lesu. Menuruni anak tangga sambil menyender di pegangan
Bab 14 | Playing Victim
Melihat dua botol minuman dingin di atas meja Zheyya, Lisda mendekat lalu mengambilnya. “Biasanya Ka
Bab 15 | Manipulatif Boy
Perempuan itu menyeret tubuhnya yang tadi menindih Kanha. Beringsut, sambil meringis menahan sakit d
Bab 16 | Pelakor
Maurin meremas rambut Hendi, saat tangan pria beristri itu menyelusup ke dalam pakaiannya. Entah mun
Bab 17 | Lost memori
Di dalam kelas Zheyya terduduk sendirian, menghela nafas berkali-kali, ia berpikir sangat keras meng
Bab 18 | Karena itu aku mencintaimu
Jenni mengajukan diri untuk pergi ke UKS saat ia mendengar bahwa Kanha membawa Zheyya ke sana. “Mau
Bab 19 | Gua hamil!
“Temen?” tanya Galuh sambil mengenakan helm. Ratih melirik Zheyya lalu mengangguk cepat sambil menge
Bab 20 | Gadis malang
Susi berjalan mendekat ke arah Hendi, dengan wajah merah padam ia bertanya, “ada apa ini?” Hendi meng
Bab 21 | Bolehkah seperti ini
Zheyya terbangun tepat setelah azan subuh berkumandang, sudah menjadi kesehariannya bangun awal mesk
Bab 22 | Rumor has it
“Cit, lo kemaren piket juga kan?” tanya seorang siswi pada Citra, gadis itu mengangguk sambil mengan
Bab 23 | Khawatir
Waktu pun terus berjalan, tanpa terasa jam pelajaran terakhir sudah selesai. “Karena waktunya mepet,
Bab 24 | Hati yang rapuh
Dalam diam, Jenni merasakan hangatnya tubuh Kanha, detak jantungnya yang teratur, berirama. Dan arom
Bab 25 | Istri baru papa
“Tante ....” gumam Zheyya ia mengenali wanita itu. “Eh?” Wanita itu tersentak kaget melihat Zheyya. T
Bab 26 | Seseorang yang peduli
Kanha terdiam, lalu tiba-tiba sudut bibirnya sedikit terangkat. Sebuah lampu bohlam menyala, seolah
Bab 27 | Insting lelaki
Setelah melewati hari panjang yang menyesakkan, Zheyya merebahkan tubuhnya perlahan di sofa ruang ta
Bab 28 | Tragedi hasrat
Cairan merah merembes dari bawah tubuh Gala. Darah segar mengalir kontras di atas seprei putih cerah
Bab 29 | Cinta terlarang
Setelah beberapa kali interogasi yang pelik, Anhar ditahan sementara atas tuduhan pembunuhan. “Tolong
Bab 30 | Trauma Zheyya
Zheyya mengabaikan botol minum dingin itu meski kerongkongannya terasa sangat kering. Zheyya pun mel
Bab 31 | Gadis murahan
Seminggu berlalu setelah Zheyya masuk sekolah. Beberapa hari yang lalu suasana sudah mulai aman. Tak
Bab 32 | Berapa hargamu?
“Kanha, kita jadi kan maen pulang sekolah nanti?” Jenni memiringkan wajahnya untuk melihat Kanha. “Hm
Bab 33 | Bumerang sendiri
Tiba di rumah, Citra langsung menuju kamar lalu membanting pintu itu dengan kasar. Mamanya yang seda
Bab 34 | Semuanya sama saja!
Kanha melajukan motornya dengan sebuah tujuan pasti di hatinya. Dengan ekspresi datar akhirnya ia me
Bab 35 | Konspirasi Takdir
Jam menunjukkan pukul 8:40. Zheyya sudah terlihat rapi dengan mengenakan setelan kemeja putih, dan c
Bab 36 | Teman palsu
Jenni duduk di pojok kelas, termenung menatap keluar jendela. Lalu Lisda dengan dua siswi lain datan
Bab 37 | Menampik perasaan
Kanha mencekal lengan Zheyya lalu menyodorkan bando hitam padanya. Bukannya meraih bando itu, Zheyya
Bab 38 | Rasa peduli
Kanha menepikan motor di tempat yang sedikit sepi. “Lu gapapa?” tanyanya lembut pada Zheyya. Khawatir
Bab 39 | Memastikan perasaan
Hannah menatap intens gurat ekspresi di wajah Kanha. Mengartikannya dengan pengetahuan psikologis ya
Bab 40 | Seseorang yang penting
Sementara Zheyya merasa bahwa waktu terasa cepat lantaran kini ia menjalani hari-harinya dengan rasa
Bab 41 | Kenyataan yang pahit
“Siapa?” tanya Zheyya. “Kanha! Mama perlu bicara sama kamu. Tolong jangan menghindar lagi, ini pentin
Bab 42 | Penyekapan Zheyya
Kanha menatap tajam Lara dari kaca spion, “jangan. Buat lelucon dengan menggunakan namanya. Tolong,”
Bab 43 | Hujan Desember
Desember, 2015. Sepasang insan menempel tanpa jarak, di antara hiruk pikuk jalanan kota. Di atas kuda
Bab 44 | Tidur berdua
Masih dengan jarinya yang mengelus-elus bekas luka di punggung Kanha, Zheyya juga menanyakan lagi lu
Bab 45 | Happy Ending
“Jadi ... Udah berapa lama kalian pacaran? Bulanan? Mingguan? Atau ... Baru jadian?” tanya Hannah di
Bab 46 | Diriku yang lainnya
Maurin mengusap memar keunguan di bahu Kanha, lalu menyentuh pelipisnya juga. “Pasti sakit banget ya,
Bab 47 | Tak pantas untukmu
Setelah sehari semalam penuh Anis bergumul dengan batinnya sendiri, mengunci diri di kamarnya, ia pu
Bab 48 | Pertemuan Pertama
[Kanha ...? Kamu Kanha?] lirih seorang pria dari balik ponsel. Membuat Kanha menautkan alis tak meng
Bab 49 | Di depan mata
“Sebagai pelanggan saya boleh duduk santai kan?” tanya Kanha sambil menarik tali celemek yang meling
Bab 50 | Putra sangat maestro musik
Zheyya membantu Kanha mengangkat gelas dan meneguk air di dalamnya hingga habis. “Maaf, ini pasti men
Bab 51 | Melamar Zheyya
“Dih katanya masih bocah? Jangan dulu mikirin nikah? Malah mau langsung lamar aja? Papah aneh banget
Bab 52 | Friendzone
“Kenapa Zhey?” tanya Kanha lembut. Zheyya memutar membelakangi Kanha yang tengah duduk berlutut di ba
Bab 53 | Petaka bunuh diri
Tanpa bantahan, Kanha langsung membuka laci sesuai perintah Anis. Melihat benda yang berada di dalam
Bab 54 | Kematian yang sia-sia
“Pah, ayo,” ajak Kanha sambil menarik bahu Anis yang terduduk lunglai tanpa daya. “Kita lapor polisi
Bab 55 | Keyakinan yang lemah
"Pegangan Zhey, motornya butut soalnya," ucap Juna seadanya, tanpa sedikit pun ia berpikiran lain. "I
Bab 56 | Panti asuhan
Ketakutan, dan gelisah, saat Nana menyadari bahwa wanita yang ada di dekatnya bukanlah menantunya. B
Bab 57 | Pemuda yang aneh
Dengan tiba-tiba segerombolan anak kecil usia 5 sampai 10 tahun datang mengerumuni Zheyya dan juna.
Bab 58 | Misi tersendiri
Sampai di depan gerbang panti asuhan, ia melihat-lihat sekitar. Lalu setelah memastikan keadaan aman
Bab 59 | Kapal Pesiar
Dua tahun kemudian. Di sudut Indonesia lainnya. Di sebuah kota terbesar kepulauan Riau. Ferry Batam
Bab 60 | Sudut Zheyya 1
Aku terpojok di relung asa. Tidak, bahkan asaku sudah pupus, entah dimana kini hasratku berada. Jela
Bab 61 | Sudut Zheyya 2
Hari keberangkatanku tiba. Singapura, tempat kakiku akan melangkah selanjutnya. Semoga di sana kutem
Bab 63 | Sudut Kanha 2
Zheyya berdiri tepat di belakangku. Saat aku hendak berlalu menjauh darinya dengan posisi membelakan
Bab 62 | Sudut Kanha 1
Mentari lenyap ditelan lautan di ujung sana. Gelap. Tuntas lautan gulita, padam tanpa cahaya. Kuresa
Bab 64 | The Ending
Berawal dari paras cantik nan rupawan seorang gadis, berujung dendam berkepanjangan. Pada dasarnya,
keren sekali
19d
0amazing
12/08
0bomm
06/08
0Mantap
30/07
0dari cerita ini mengajarkan bagaimana kita harus sabar dan bertahan dalam kondisi yang sulit, karena masih banyak orng¹ yang peduli terhadap diri kita😇
22/07
0boleh juga nih
09/07
0sangat bangus novel?
15/05
0Gggg oke bngt
05/05
0ini sangat bagus dan jelas
03/05
0siip
17/03
0