Bagaimana jadinya jika remaja berusia 17 tahun mencintai pria dewasa yang berusia 26 tahun? Dan ia terus mengejarnya, bahkan memaksa untuk menikahinya seusai lulus SMA.
Sebut saja namanya Vivi, gadis remaja yang mendadak punya rasa pada pria yang sudah tinggal di lingkungannya selama sepuluh tahun, namanya Agam Permana.
Vivi terus saja memupuk rasa hingga tak lagi dapat dibendungnya, dan suatu saat dirinya memberanikan diri mengungkap cinta.
Agam yang selalu menganggapnya saudara merasa bingung dan menghindar, terlebih saat tahu jika sahabat baiknya bernama Fadlan juga mencintai gadis itu.
Sayangnya, rasa tak bisa dibohongi sebab lambat laun Agam membalas cinta adik ketemu gedenya.
Lantas, apakah keduanya akan menyatu? Bagaimana dengan Fadlan? Bisakah ketiganya melewati masalah cinta segitiga ini tanpa ada suatu masalah?
sangat bagus sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang tidak bisa di download di sini adalah salah satu dari mereka yang tidak bisa di download di sini adalah salah satu dari mereka yang tidak bisa di download di sini adalah salah satu dari mereka yang tidak bisa di download
10/08
0
asyara
seruu
06/08
0
Total: 88
Capítulo 1 Kembali Terkenang
“Jodoh tak akan kemana.” Perkataan Bapak kembali terngiang di tengah kebisingan jalan raya sore ini
Capítulo 2 Tentang Semua
Pagi kembali menyapa seperti biasa. Saat membuka mata, ingatan semalam—tentang Gina menghubungiku—ke
Capítulo 3 Cemburu
“Diem terus, kenapa, sih?” tanyaku pada Fadlan saat mulai menyadari sikapnya sedikit berubah. Rasa p
Capítulo 4 Mengubur Masa Lalu
Kupikir, dalam kurun waktu satu tahun aku sudah berhasil melupakan Gina. Namun, terkadang rindu masi
Capítulo 5 Peringatan
Malam ini bulan telah undur diri lebih cepat. Di langit hanya tampak separuh. Cahayanya bahkan takka
Capítulo 6 Berhasil PDKT
Ketika kami hampir sampai ke rumah, tiba-tiba saja Vivi mendadak menyuruhku menghentikan laju motor.
Capítulo 7 Titip Vivi Untuk Sementara
Sejak hari itu—nonton konser BST—bisa dikatakan kalau Fadlan telah sukses PDKT untuk pertama kalinya
Capítulo 8 Apakah Benar Dia Vivi?
Tepat pukul sepuluh malam, Fadlan pergi tanpa pamit pada Nyak Marni atau Vivi. Aku tak mengantarnya
Capítulo 9 Mewakili Fadlan
“Fadlan, ini bukan kuasaku. Dia main sosor sendiri,” gumamku seraya mengelap pipi bekas ciuman Vivi
Capítulo 10 Sama-sama Norak
Syukurlah, pada akhirnya aku bisa menjalankan amanah dari Nyak Marni dan Fadlan untuk menemani Vivi
Capítulo 11 Nekad Naik Panggung
Sudah hampir satu jam kami habiskan waktu di restoran berbintang ini, sayangnya bukan membuat Vivi b
Capítulo 12 Kesalahan Tak Terencana
Dia Vivi, gadis yang kuanggap adik sendiri itu mengukir senyum yang tak biasa. Dia benar-benar sudah
Capítulo 13 Kesiangan
Masih kuingat betul sebelumnya Vivi terlihat hanyut dalam lagu yang kunyanyikan. Kepalanya bahkan be
Capítulo 14 Main Jodohkan Saja
Waktu memang tak bisa diajak kompromi. Semakin panik aku karena takut kesiangan, semakin cepat pula
Capítulo 15 Nyak Marni Salah Paham
Bukan main sialnya pagi ini. Sepertinya ini adalah karma karena tak sembahyang subuh tadi. Hmm. Bukan
Capítulo 16 Vivi Yang Aneh
Dan saat ketika aku dan Vivi sedekat dan seakrab layaknya adik dan kakak. Kadang pula kami bertengka
Capítulo 17 Vivi Yang Pemaksa
Entah apa yang merasukinya sampai ia terus berusaha menjodoh-jodohkan aku dengan perempuan bernama C
Capítulo 18 Terpaksa
Demi apa pun, aku sangat cemas ketika menahannya di ambang pintu tadi, takut Vivi menolak saat kuaja
Capítulo 19 Lelah
Kalau kata sesegrup band, ‘Bim salabim kucing kawin sumpah nyaris mati berdiri, liat mantan di depan
Capítulo 20 Kelakuan Vivi
Ah, capeknya hari ini.” Aku menjatuhkan diri di atas ranjang. Sekitar pukul lima sore baru sampai kos
Capítulo 21 Pesan Nyak Marni
“Dandan?! Kamu pikir abang ini perempuan, apa?!” Jelas aku ketus dan protes soal ini. Dandan katanya
Capítulo 22 Wajah Kloningan
Kebetulan malam ini sedikit mendung, tapi tak hujan. Kota ini semakin gerah saja rasanya. Akhirnya,
Capítulo 23 Ngedate Pertama
Tak pernah disangka, Clara ini sungguh menyenangkan orangnya. Setelah berkenalan secara resmi, terny
Capítulo 24 Kabar Dari Cina
“Maaf, ya. Aku jadi tak bisa belikan boneka itu.” Walau malu setengah mati, kukatakan juga akhirnya.
Capítulo 25 Jangan Katakan Cinta
Pagi ini sungguh cerah, tapi aku melihat Vivi begitu mendung. Sudah seperti ada awan hitam di atas k
Capítulo 26 Pengakuan Tak Terduga
Ini sudah mau mulai masuk musim penghujan, tak heran polusi udara kota ini semakin gersang saja. Niat
Capítulo 27 Galau Badai
Apa-apaan ini? Suka?! Sukanya perempuan ke laki-laki? Cinta?! Aku sungguh tak habis fikir mengapa Vi
Capítulo 28 Dari Hati Ke Hati
Aku masih belum bisa memejam mata setelah hari ini dibuat patah oleh dua orang perempuan yang sangat
Capítulo 29 Jawaban Dari Kegundahan
Pagi yang sama seperti sebelumnya. Siklusku berputar dengan teratur. Subuh bangun untuk ibadah, lalu
Capítulo 30 Maksa
“Bang Fadlan belum ngabarin juga, ya?” tanya Vivi. “Belum,” jawabku seadanya. Dia mengangguk saja per
Capítulo 31 Kukuh
Hari ini aku mengantar Nyak Marni ke stasiun kereta—stasiun Gambir—bersama dengan Vivi. Tentunya nai
Capítulo 32 Drama Baru
Kala ingatan kembali menarik pikiran ini ke momen saat Vivi memelukku tadi, rasanya jantung berdetak
Capítulo 33 Karena Sakit Hati
Kembali terpikir saat Vivi menjatuhkan benda yang dipeluknya terjatuh. Ternyata yang dia peluk tadi
Capítulo 34 Hanya Tiga Hari
Masih ditelan isakan, Vivi belum juga mau keluar dari dalam selimut. Tubuhnya ikut gemetar ketika is
Capítulo 35 Hari Pertama
Baik, katanya hanya tiga hari. Vivi waktu singkat untuk membuat kenangan indah denganku, lalu setela
Capítulo 36 Mie Instan
Hari ini langit mendung, tapi tidak hujan. Alhasil, hawa saat ini terasa begitu tak nyaman. Aku pulan
Capítulo 37 Rasa Bersalah
Di malam yang cukup gersang ini aku duduk menghadap jendela sambil makan mie buatan tangan perempuan
Capítulo 38 Getaran Hati
Sepertinya pilihan untuk pergi ke bioskop adalah pilihan yang paling tepat. Soalnya langit sungguh m
Capítulo 39 Mencoba Teguh Hati
Durasi menonton di bioskop yang hampir menghabiskan dua jam membuat waktu kami tersita banyak. Sebena
Capítulo 40 Ciuman Pertama
Rintikkan hujan membuatku semakin malas untuk keluar, akhirnya yang terjadi adalah hanya duduk diam
Capítulo 41 Penyesalan Terdalam
Masih tenggelam dalam imajinasi liar yang semakin dirasa semakin membara, akhirnya aku mencoba menya
Capítulo 42 Salah Tingkah
Usai melaksanakan salat dan memeohon ampun atas dosa yang baru saja kuperbuat, diri ini merebahkan d
Capítulo 43 Masih Sok Jaim
Waktu berlalu begitu saja. Terbuang sia-sia hanya karena memikirkan bagaimana cara kembali untuk men
Capítulo 44 Aku Salah
“Abang jahat,” ucap Vivi pelan, amat pelan. Kalimat yang dia lontarkan barusan terdengar seperti uca
Capítulo 45 Diblokir
Hari mulai gelap, tetapi aku masih berjibaku dengan map-map berisi dokumen yang masih belum selesai
Capítulo 46 Tak Bisa Lagi Mengelak
Perut kenyang, tapi hati tidak tenang. Setelah mengetahui kenyataan bahwa Vivi benar-benar memblokir
Capítulo 47 Menggagalkan Aksi Nembak
Seberapa keras mencoba tancap gas, keduanya tak terlihat lagi. Jadi, bekalku kali ini hanyalah berda
Capítulo 48 Jadi, Kita Jadian?
“Vi! Vivi!” Bahkan teriakan yang menggema itu tak aku gubris sama sekali. Dengan wajah datar, aku men
Capítulo 49 Hubungan Rahasia
Masih tak percaya bahwa aku telah memacari anak ibu kost, berkali-kali kutampar pipi sendiri di kama
Capítulo 50 Sembunyi-sembunyi
“Agam?! Tega banget ngerebut Vivi dariku! Padahal sudah kupercayakan dia padamu, kenapa malah dia ka
Capítulo 51 Jemput Nyak Marni
Mendengar beberapa suara mendekat ke arah kami, aku yang sedang merasakan debaran hati dari dekapan
Capítulo 52 Pendapat Nyak Marni
“Nyaak!” Vivi berlari ketika sudah melihat Nyak Marni dari kejauhan. Bagai kucing melihat majikan, i
Capítulo 53 Pasar Malam
Akhir pekan adalah waktu paling sempurna untuk memanjakan diri. Meski sejatinya diri ini tukang ngur
Capítulo 54 Kilatan Mata Vivi
Mentari mulai menyusutkan cahayanya ketika ia mulai tenggelam ke ufuk barat bersama arakan awan kela
Capítulo 55 Batal Ditinggal
Sudah siap-siap dengan merangkai kalimat bujukan dalam otak, Vivi malah memalingkan muka sambil menu
Capítulo 56 Sadar Dari Koma
Jika dikatakan bodoh karena terbutakan cinta, aku mungkinlah lelaki yang paling bodoh. Sudah disakit
Capítulo 57 Kecemasan Mereka
“Agaaam!” Keluargaku menghambur masuk ke dalam kamar tempat aku dirawat. Saat ini aku sudah dipindah k
Capítulo 58 Saling Memaafkan
“Baang!” Inginnya kutangkap tubuh mungil itu masuk ke dalam pelukan, tetapi sayang tak bisa terhalang
Capítulo 59 Vivi Tambah Dewasa
Dua hari ke belakang aku sering merasa pusing sekali. Terkadang pandangan berputar layaknya seperti
Capítulo 60 Pemulihan
Mentari mulai undur perlahan, tergantikan oleh pekatnya malam yang gersang. Aku duduk di teras depan
Capítulo 61 Kabar Kepulangan Fadlan
Hampir tiga minggu diam di rumah membuat otot terasa dipaksa kerja keras ketika kembali aku memulai
Capítulo 62 Pikiran Kosong
Dunia terasa berhenti berputar sekarang. Aku bagai terperangkap dalam keterkejutan tak bertepi. Fadla
Capítulo 63 Bercandanya Kelewatan
Kalian tahu, sejak aku resmi berpacaran dengan anak ibu kosan, sedikit-sedikit ngaca. Sedikit-sediki
Capítulo 64 Susahnya Jujur
“Maafin abang, Vi.” Entah mengapa rasa sedih ini kian mencuat dan membuat diri tak tahan lagi untuk
Capítulo 65 Dia Si Pembuat Kesal
Keringat dingin mulai berjatuhan. Mendengar Nyak Marni menelfon membuat jantungku terpacu cepat. Kir
Capítulo 66 Tambah Mumet
Sungguh, kali ini aku sudah tak tahan lagi ingin memukul wajah lelaki di depanku ini. Tanganku bahka
Capítulo 67 Tak Jadi Mengancam
Pagi-pagi sekali aku sudah antre di rumah sakit. Kebetulan hari ini jadwal kontrol tiba. Bisa berada
Capítulo 68 Kepulangan Fadlan
Waktu telah berganti. Sore yang kunanti telah tiba. Embusan angin menggoyang dedaunan yang pohonnya
Capítulo 69 Ketemu Kangen
Aku menyetir tak terlalu konsentrasi. Sedikit-sedikit lirik kiri, mendengarkan ocehan Fadlan gugup.
Capítulo 70 Tak Nampak Di Mata
Aku duduk memandang ketiga orang itu saling melepas rindu. Kedatangan Fadlan sungguh jadi kejutan ya
Capítulo 71 Ketahuankah?
Angin sepoi mendesir mengitari tengkuk leher sehingga hampir semua bulu kuduk berdiri. Separah inila
Capítulo 72 Fadlan Mau Nembak
Pacar kamu. Pacar kamu. Pacar kamu. Kata itu terngiang di telinga. Makanan yang menggantung sejajar d
Capítulo 73 Mati Lampu
Aku telah terluka, tapi tak ada obat bagi sakitku ini. Kaus dengan sablon bertuliskan ‘Friend Forever
Capítulo 74 Jujur Itu Berat
Takut-takut kami aku berbalik. Ketika ini berlangsung, pegangan tangan sudah terlepas. Panggilan Nyak
Capítulo 75 Sudah Terlambat
Malam ini terasa hening meski Fadlan sudah kembali pada kehidupanku. Rasanya beda. Biasanya dia sela
Capítulo 76 Permintaan Maaf Tak Berguna
Suasana pagi ini sudah terasa gersang, tambah gersang lagi ketika kemarahan Fadlan mulai meledak. “Ka
Capítulo 77 Pikiran Buntu
Pagi-pagi sekali aku sudah dibuat pusing oleh permasalahan yang kuhadapi. Fadlan telah pergi membawa
Capítulo 78 Rencana Gagal Lagi
Kuraih jemarinya, berharap bisa sedikit menenangkan. Bukan apa, ini tempat umum. Jujur saja aku agak
Capítulo 79 Tak Ada Restu
Baru saja berencana, sudah kacau semua. Aku tak pernah menyangka jika di balik pagar ada nyak Marni.
Capítulo 80 Kerasnya Hati Nyak Marni
Aku telah mengecewakan orang-orang yang menyayangiku, dan mereka akhirnya satu-persatu memilih membe
Capítulo 81 Diajak Kawin Lari
Semesta telah menentang, apakah aku punya hak untuk menyalahkan semua kepada-Nya? Astagfirullah .... D
Capítulo 82 Ayo Putus
Kawin lari? Oh, tidak. Ini sama saja dengan kami memukul genderang perang, menantang. Dan aku sunggu
Capítulo 83 Pulang Kampung
Malam semakin larut, jalanan sudah mulai macet. Lampu-lampu menguning sebagai penerangan jalan di de
Capítulo 84 Tangisan Penyesalan
Baru saja kulihat langit gelap gulita mengelilingi diriku, mengapa dalam sekejap mata mentari naik m
Capítulo 85 Rencana Bapak
Pagi menyapa dengan dinginnya. Ketika mentari masih bersembunyi di balik awan, keluargaku sudah meng
Capítulo 86 POV Fadlan (Oh, Ternyata)
Hari demi hari berlalu begitu saja, tetapi segunduk nyeri di hati ini tak kunjung mereda. Mengingat
Capítulo 87 POV Fadlan (Keputusan Akhir)
Langit sudah mulai menguning, menampakkan warna-warna cantiknya di atas sana. Aku terdiam berdiri me
Capítulo 88 End Episode
“Agam! Agam!” Mata ini terbuka lebar kala bapak memanggil dengan hebohnya. Aduh, padahal aku sedang e
good
4d
0sanggat seru membaca
6d
0sangat bagus
13d
0bagus
20d
0beri saya tip mohon
22d
0bagus
25d
0lumayan
18/08
0maksih
13/08
0sangat bagus sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang tidak bisa di download di sini adalah salah satu dari mereka yang tidak bisa di download di sini adalah salah satu dari mereka yang tidak bisa di download di sini adalah salah satu dari mereka yang tidak bisa di download
10/08
0seruu
06/08
0