Total : 101Bab 1
Brak! Pintu terbuka dengan sedikit kencang. Disusul suara langkah kaki yang seperti sengaja di henta
readmore Bab 2
Tak ingin menunda waktu, segera kutarik handle pintu yang rupanya tidak terkunci. Seketika pintu ter
readmore Bab 3
Bab 3 Mau tahu rasanya, saat orang yang sudah sepuluh tahun membersamai kita, tiba-tiba dia berbuat c
readmore Bab 4
Bab 4 Aku kembali ke ruang tamu. Semuanya kini duduk di sofa ruang tamu. Mas Agung yang duduk selalu b
readmore Bab 5
Bab 5 Makanan yang tersaji di meja tidak lagi memberikan selera. Ternyata memang percuma aku menyiapk
readmore Bab 6
Bab 6 Jam satu siang. Mas Agung dan Adi tiba di rumah. Entah kebetulan atau tidak mereka pulang bersa
readmore Bab 7
Bab 7 "Kenapa kamu memberi pilihan yang sulit Indira?" Mas Agung bertanya dengan mimik muka yang terl
readmore Bab 8
Bab 8 Pagi ini aku sudah bersiap di dalam kamar bersama Mas Agung untuk menemui Zahra. Sejak tadi Mas
readmore Bab 9
Bab 11 Mas Agung terus menahan tanganku, membuatku kesal saja. "Apaan sih, Mas?" tanyaku kesal. "Kamu n
readmore Bab 10
Bab 10 Aku kembali ke rumah dengan perasaan kecewa karena tak berhasil membuntuti Mas Agung kemana pe
readmore Bab 11
Bab 11 Setengah satu siang, aku sampai di kafe tempat untuk janjian ketemu dengan Yuda. Tentu saja al
readmore Bab 12
Bab 12 "indira, tunggu!" Mas Agung terus mengejar sampai ke depan rumah Yuni, tapi tak kupedulikan.
readmore Bab 13
Bab 13 Suara Mas Agung tak terdengar lagi di luar, mungkin lelaki itu sudah pulang ke rumah Ibu Mertu
readmore Bab 14
Bab 14 Suara Ayah Mertua yang meninggi membuatnya terbatuk-batuk. Mungkin karena usianya yang sudah t
readmore Bab 15
Bab 15 Dengan segera, kubuka pintu kamar saat orang yang terus mengetuk pintu itu seperti tidak sabar
readmore Bab 16
Bab 16 Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dari arah depan, tepat ketika aku dan Adi ten
readmore Bab 17
Bab 17 "Kayaknya ada yang lagi bertengkar di depan Bu," kata Adi sambil menghentikan suapannya. Aku pu
readmore Bab 18
Bab 18 Aku kembali ke kamar dengan perasaan sesak menahan kekesalan yang luar biasa. Seperti ada batu
readmore Bab 19
Bab 19 Usai mengadu pada Ibu Mertua, akhirnya aku pamit kepada mereka dan membawa Adi untuk jalan-ja
readmore Bab 20
Bab 20 Sudah dua jam lamanya, kami bertiga berkeliling berjalan-jalan dari satu toko ke toko lainnya,
readmore Bab 21
Bab 21 Apa sebenarnya yang dipikirkan lelaki itu hingga dia berani sekali menyuruhku untuk memasak ma
readmore Bab 22
Bab 22 Bu Dian yang telah kukirimi pesan sebelumnya, tiba di rumah bertepatan dengan saat Adi hendak
readmore Bab 23
Bab 23 "Mbak kan yang tadi masuk ke rumahku, terus mencuri uangku!" tuding Yanti sambil menunjuk te
readmore Bab 24
Bab 24 Aku segera pulang ke rumah saat mentari sore hampir tenggelam. Bersama dengan Adi diboncengan,
readmore Bab 25
Bab 25 Benar saja, pada akhirnya Mas Agung menuruti semua perintahku. Meskipun istrinya itu terlihat
readmore Bab 26
Bab 26 "Kenapa kalian diam?! Tunggu apa lagi, cepat bereskan sisanya yang belum tuntas," hardikku, me
readmore Bab 27
Bab 27 Waktu masih menunjukan pukul dua pagi, saat sayup-sayup terdengar suara desahan dari kamar tam
readmore Bab 28
Bab 28 Suara-suara teriakan dan gebukan masih bisa kudengar meski tak sekencang tadi. Karena sudah te
readmore Bab 29
Bab 29 Aku tengah menguleni adonan untuk dicetak ke beberapa tempat saat tiba-tiba Mas Agung mengajak
readmore Bab 30
Bab 30 Akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Mas Agung sampai di halaman rumah ibu mertua. Aku segera
readmore Bab 31
Bab 31 Lelaki bertubuh buncit dengan nafas ngos-ngosan itu terlihat menjatuhkan dirinya di sofa, samb
readmore Bab 32
32. BUGH! BUGH! Berkali-kali kulayangkan bogeman, tendangan dan juga pukulan ke lelaki yang badannya p
readmore Bab 33
Bab 33. Wanita bertubuh tambun dan gempal itu membawaku masuk ke dalam rumahnya, disusul oleh Adi dan
readmore Bab 34
Bab 34 "Indira, apa yang terjadi?" Mas Agung seperti terkejut sambil mendekat ke arahku. Beberapa saa
readmore Bab 35
Bab 35 Aku kembali ke dalam rumah saat berpapasan dengan Mas Agung tepat di depan pintu. Tampang lela
readmore Bab 36
Bab 36 Rasa lelah langsung mendera, saat barusaja aku menginjakkan kakiku di rumah. Cuaca hari ini y
readmore Bab 37
Bab 37 Terpaksa sebenarnya aku pergi ke tempat yang alamatnya telah di dikirim lewat aplikasi, setela
readmore Bab 38
Bab 38 "Lawan aku, sekarang!" Sengaja kubuka pintu gerbang selebar mungkin agar mereka tahu bahwa ber
readmore Bab 39
Bab 39 Waktu masih menunjukkan pukul sembilan pagi, ketika aku bersama dengan Adi menuju ke rumah ibu
readmore Bab 40
Bab 40 'Ada apa denganmu, Mas.' Kupandangi wajah lelaki yang selama sepuluh tahun itu pernah menjadi p
readmore Bab 41
Bab 41 "Mbak, bisakah kita bicara sebentar." Yuni berdiri dengan perasaan sulit kuartikan. Aku menelan
readmore Bab 42
Bab 42 "Yi--Yuni?!" Mata Zahra menatap tajam ke arahku, saat Yuni turun dari mobil dan melangkah cepa
readmore Bab 43
Bab 43 Aku mengernyitkan keningku bingung melihat Yuda yang seperti tersenyum entah tengah menertawak
readmore Bab 44
Bab 44 Pada akhirnya keadaanku bener-bener memburuk. Meski tidak benar-benar pingsan, tapi aku merasa
readmore Bab 45
Bab 45 Tiga hari ini, benar-benar kuhabiskan waktuku untuk berbaring dan beristirahat di kamar. Bu De
readmore Bab 46
Bab 45 "Apa maksud semua ini, Mas." Kutatap Mas Agung yang masih menunduk. Seakan bicara denganku ada
readmore Bab 47
Bab 47 Satu bulan kemudian. Aku menghela nafas lega sekaligus melonggarkan rasa sesak yang berat di da
readmore Bab 48
Bab 48 Aku masih berdiri di tempatku sambil memperhatikan dua orang yang terus menekan bel hingga men
readmore Bab 49
Bab 49 "Aku yakin ini ada hubungannya dengan Agung, ataupun keluarga Zahra waktu itu." Yuda mengacak
readmore Bab 50
Bab 50 Pagi menjelang siang itu, suasana di toko kue milikku terlihat ramai oleh beberapa pengunjung
readmore Bab 51
Bab 51. "Mbak." "Hm …." "Mbak ih," kata Yuda entah sudah keberapa kalinya. Sepertinya dia kesal karena
readmore Bab 52
Bab 52 Entahlah aku tidak ingin berpikir lebih jauh lagi, yang jelas kata seperti itu tidak pantas di
readmore Bab 53
Bab 53 Adi sudah pulang saat tadi dijemput oleh Bu Dewi. Wanita itu khawatir jika Adi terlalu lama di
readmore Bab 54
Bab 54 "Itu tidak benar, Mas. Kamu jangan main-main!" Yanti seperti mengelak, sedangkan Yuda semakin
readmore Bab 55
Bab 55 "Indira, bangunlah, Indi … Mas datang untuk menemuimu." "Indira …." "Indira … bangun dan bicaral
readmore Bab 56
Bab 56 Entah apa yang kupikirkan dan apa yang kulakukan itu benar atau salah. Yang jelas bayang-bayan
readmore Bab 57
Bab 57 Bisa kudengar dengan jelas saat pintu dibuka secara perlahan, lalu langkah kaki itu terasa sem
readmore Bab 58
Bab 58 "Terima kasih untuk semuanya, Yuda. Tapi kukatakan sekali lagi kepadamu, ini semua tidak mudah
readmore Bab 59
Bab 59 Siang itu Bu Dewi dan Ibu serta Adi datang berkunjung. Mereka tersenyum saat menghampiri Yuda
readmore Bab 60
Bab 60 "Bu Indira, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" Aku menatap lelaki yang berdiri di hadapan
readmore Bab 61
Bab 61. Aku masih memperhatikan lelaki yang terikat tali dan meringkuk di sudut ruko. Beberapa saat y
readmore Bab 62
Bab 62. Sore harinya Yuda benar-benar mengantarkanku untuk kontrol ke dokter Leo. Lelaki itu membantu
readmore Bab 63
Bab 63. "Tante Indira?" "Iya, kamu bisa memanggilnya demikian. Cantik bukan?" Lelaki yang berdiri di s
readmore Bab 64
Bab 64. "Ayo dimakan lagi kuenya, kamu pergi sampai buat Amara sedih, lho." Aku tersenyum canggung pa
readmore Bab 65
Bab 65. "Mbak!!" Aku langsung menoleh ke sumber suara. Yuda berdiri di sana dengan dada naik turun sep
readmore Bab 66
Bab 66. Pov Yuda Namaku Yuda, masih bujangan. Saat masih kuliah, aku sudah mulai berbisnis makanan yan
readmore Bab 67
Bab 67 Aku terus saja melirik ke arah Yuda yang duduk di samping kemudi. Kuakui lelaki di sebelahku i
readmore Bab 68
Bab 68 Suasana yang sejuk dan asri membuat siapapun betah berlama-lama berada di tempat ini. Apalagi
readmore Bab 69
Bab 69 Mendung menghiasi langit kota tengah hari ini. Sepanjang perjalanan aku tidak membuka suara da
readmore Bab 70
Bab 70 Kupandangi langit yang terlihat biru. Hari ini cuaca cukup cerah meski sesekali matahari tertu
readmore Bab 71
Bab 70 "Aku sudah berulang kali memperingatkanmu agar kamu menjauhi lelaki itu dan tidak terlalu bany
readmore Bab 72
Bab 72 Aku masih berdiri di teras ambil memperhatikan mobil Yuda yang tidak juga melaju pergi. Entah a
readmore Bab 73
Bab 73 "Ya Tuhan, Apa yang terjadi padamu, Mas? Kenapa aku sangat takut sesuatu yang buruk akan meni
readmore Bab 74
Bab 74 Hari beranjak malam. Keadaan Mas Agung tidak juga berubah, malah lelaki itu semakin menggigil
readmore Bab 75
Bab 75 "Apa tidak sebaiknya kamu menghubungi keluarganya, mengingat kondisi Agung saat ini, bapak tid
readmore Bab 76
Bab 76 Setiap manusia membawa takdirnya masing-masing. Hidup mati semua sudah digariskan oleh yang ku
readmore Bab 77
Bab 77 Pada akhirnya setelah memikirkan keadaan yang terjadi, aku memutuskan untuk menerima Yuni bek
readmore Bab 78
Bab 78 Aku menatap Andreas tak percaya saat ini, mendengar apa yang dituturkan oleh mulutnya barusan.
readmore Bab 79
Bab 79 Angin dingin berhembus di penghujung bulan September, saat terdengar suara ketukan pintu dari
readmore Bab 80
Bab 80 Akhirnya sampai juga ke tempat yang dituju. Disana Andreas dan Amara sudah menunggu. "Indira ….
readmore Bab 81
Bab 81 Pelukan Yuda terasa tenang, saat dia menyergapku masuk ke dalam pelukannya, membuat sanubariku
readmore Bab 82
Bab 82 "Meskipun Mas Agung memilih menyerahkan semua itu pada kamu dan anakmu, tapi kalian tidak sepe
readmore Bab 83
Bab 83 "Mbak Indira, ada perkelahian di depan." Anton, salah seorang pegawai di toko yang tadi pamita
readmore Bab 84
Bab 84 "Bedeb*h!" Andreas dan Yuda saling menarik kerah kemeja masing-masing, dan bersiap saling memu
readmore Bab 85
Bab 85 Dia yang seharusnya berada di dalam penjara dan menghabiskan waktu menjalani masa hukumannya s
readmore Bab 86
Bab 86 Selepas kepergian dua orang pengacara itu, aku menatap ke arah Yanti yang masih berdiri di ter
readmore Bab 87
Bab 87 "Ibu ….!" Baru saja aku bisa menormalkan detak jantungku, dari arah luar Adi tampak berlari ber
readmore Bab 88
Bab 88 Kulambaikan tangan pada Adi yang baru saja menaiki ojol langganannya bersama dengan Dea. Hari i
readmore Bab 89
Bab 89 "Kau tahu, Indira, setelah kupikirkan baik-baik, ternyata aku memang menyukai gayamu yang sedi
readmore Bab 90
Bab 90 "Kau datang kemari karena kau sudah mendapatkan uang itu, bukan? Jangan serakah, Indira. Kau t
readmore Bab 91
Bab 91 "Aku kecewa, Indira. Aku benar-benar kecewa." "Kurasa itu bukan urusanku, Andreas. Kau mungkin
readmore Bab 92
Bab 92 "Jangan lakukan hal ini padaku, Yuda. Atau kamu akan menyesal!" Anisa berteriak histeris dan t
readmore Bab 93
Bab 93 [Mbak, kamu harus hati-hati karena Yanti bunuh diri di penjara dengan cara mengiris urat nadin
readmore Bab 94
Bab 94 Masuk ke salah satu rumah sakit terbesar di tempat ini. Aku mengikuti jejak langkah Yuda yang
readmore Bab 95
Bab 95 Aku terus berlari melewati lorong demi lorong di rumah sakit yang bertingkat ini. Rasanya tera
readmore Bab 96
Bab 96 Akhirnya sampai pada di hari H. Pernikahan itu tetap digelar karena tak mungkin membatalkannya
readmore Bab 97
Bab 97 Yuda tampak gagah saat berdiri bersisian di sampingku dengan wajah bahagianya. Sesekali pria it
readmore Bab 98
Bab 98 Akhirnya resepsi itu selesai juga, ketika waktu menunjukkan hampir tengah malam. Para undangan
readmore Bab 99
Bab 99 Aku tertegun di tempatku. Tak menyangka dengan pesan yang kubaca barusan. Apakah Yanti sengaja
readmore Bab 100
Bab 100 Mini POV Yuda Kutatap layar ponsel yang terus-terusan menyala. Panggilan dan pesan terus masuk
readmore Bab 101
Bab 101 Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, keadaanku mulai sedikit membaik. Rasa nyeri di
readmore
bagus banget ceritanya
5d
0parabens amei o livro, super bom gostei demais
12d
0ini bagus sekali buku novel yang paling bagus
13d
0plis v
13d
0Saya jadi ingin marah
25d
0Sangt menarikk critanya
16/08
0karakter suami emang kadang tidak bisa ditebak
13/08
0terimakasih
09/08
0sangat bagus
06/08
0gcdchu
02/08
0