Total : 98Bab 1. Musibah
"Bu, beli satu ekor, bisa?" Aku berdiri di lapak penjual ikan. Berharap ibu penjual ikan mau melaya
readmore Bab 2. Rumah Sakit
**** Aku terbangun, tubuh ini tergeletak di atas kasur berlapis alas putih yang bersih. Mata memandan
readmore Bab 3. Identitas
**** "Ini, KTP saya, Mbak. Sebagai jaminan, jika saya macam-macam ke anak Mbak, laporkan saja ke poli
readmore Bab 4. Mantan Suami
**** “Bacalah ayat-ayat Allah, pegang dengan tangan pada bagian tubuh yang sakit, biiznillah sakitmu
readmore Bab 5. Pak RT
**** "Kaki kamu kenapa? Hmm, itu pasti karma karena tidak becus jadi istri dan mantu dulunya," ucap I
readmore Bab 6. Rahasia Amplop
*** Laki-laki berkemeja hitam berpadu merah tersenyum lebar ketika pintu sudah terbuka lebar. "Siang,
readmore Bab 7.Kedatangan Rian
Aku tidak percaya dengan apa yang tertulis di kertas ini. Rian memintaku untuk mengganti seluruh uan
readmore Bab 8. Gombal
***** "Suara yang sangat merdu," puji Rian setelah aku menyelesaikan bacaan Quran. "Tidak, juga." Ku
readmore Bab 9. Dipandang Sebelah Mata
*** "Ibu ... Ibu," panggilan Laila membuat aku terbangun. Napasku menjadi sedikit sesak, keringat mu
readmore Bab 10. Laila Hilang?
** Banyak pertanyaan yang timbul di kepala. Kenapa Rian memberikan semua ini, setelah melihat isi kop
readmore Bab 11. Salah Paham
Mata ini mulai terbuka. Betapa aku terkejut ketika mengintip ke dalam selimut, karena tubuh ini polo
readmore Bab 12. Kelakuan Mantan Suami
Berkat bantuan Rian, aku bertamu ke rumah teman-teman Laila. Begitu juga ke rumah gurunya. Namun, La
readmore Bab 13. Keinginan Laila
** Semenjak kejadian kemarin, aku memutuskan untuk mengantar dan menunggu Laila sampai pulang. Oleh k
readmore Bab 14. Perasaan Ini
"Hore!" Laila bersorak kegirangan ketika melihat Rian ada di teras. Dia langsung menghambur padanya.
readmore Bab 15. Membalas Kakak Ipar
Kaki ini benar-benar sudah sembuh. Aku sangat bersyukur karena bisa beraktifitas dengan bebas. Puku
readmore Bab 16. Menyatakan Cinta
*** Aula sangat tenang tanpa suara. Di sana banyak peserta lomba berjuang untuk menjadi yang terbaik.
readmore Bab 17. Permintaan Aneh
*** "Jika kamu diberi kesempatan untuk bertemu ayahmu. Apa yang akan kamu lakukan, Rian?" Akhirnya per
readmore Bab 18. Mustahil
"Jangan bercanda, Laila. Itu tidak mungkin!" Nada bicaraku agak keras sehingga membuat Laila kaget. L
readmore Bab 19. Story WA
Story Wa: Berjuang itu memang berat. Terkadang kita harus mengorbankan sesuatu. Nikmati setiap proses
readmore Bab 20. Cemburunya Rian
"Mas, tolong foto copy gambar ini, ya. Masing-masing sepuluh lembar." "Baik, Mbak." Sembari menunggu
readmore Bab 21. Mustahil
Di rumah kediaman Rian .... Teriakan Oma membuat mata sembab ini terbuka. Astaga, aku menangis kemari
readmore Bab 22. Pilihan Hati
Wajah teduh yang selalu aku impikan itu terlihat buram. Aku jadi pemasaran apa yang terjadi? Mbak Ra
readmore Bab 23. Tamu Tak Berakhlak
Kontrakan Rahma .... Sampai saat ini aku masih dilema, walaupun apa yang aku ucapkan kepada Rian hal
readmore Bab 24. Tak Direstui
Tok! Tok! Ketukan pintu membuat pandangan kami berpaling. Aku langsung beranjak ke dekat pintu untu
readmore Bab 25. Harapan Hati
*** Di dalam mobil aku hanya bisa diam tanpa bicara sepatah kata pun. Laila sudah tertidur lelap. Kuu
readmore 26. Berdua Dalam Ruangan
Aku berdiri agak lama di depan pintu rumah guru ngaji Laila. Bukan ustaz Hendri, tapi ustazah Aini.
readmore 27. Pertemuan Di Hotel
Kontrakan Rahma .... Satu minggu sudah berlalu. Kejadian di rumah Ustazah Aini membuatku takut keluar
readmore 28. Sentuh Atau Tidak?
"Mbak, bicaralah." "Terus bagaimana, Rian? sampai kapan kita kayak gini?" "Bersabarlah dulu, Mbak. S
readmore 29. Keributan Di Hotel
Tubuh ini terasa lengket oleh keringat. Aku putuskan segera mandi menyegarkan tubuh. Sepertinya mbak
readmore 30. Ciuman Perpisahan
"Pakai, sih. Cuma ....” "Jangan khawatir, Mbak. Saya cuma mau ngurutnya saja. Bukan niat yang lain."
readmore 31. Lukisan
Di kamar Rian .... Kini aku duduk di kursi, menatap kertas putih yang sudah aku bingkai dengan sangat
readmore 32. Kado Perpisahan
Tok! Tok! Mengetuk pintu berkali-kali. Namun, tidak ada jawaban, tidak juga dibukakan. Aku masih bet
readmore 33. Kabar Mengejutkan
Di Kontrakan Rahma .... Mataku semakin basah memandang bingkisan yang ditinggalkan Rian. Bingkisan ya
readmore 34. Mencari Pekerjaan
Terik matahari membakar kulit ini, walaupun aku sudah memakai baju dua lapis dan berikut dengan keru
readmore 35. Wanita Yang Sama
Washington .... Bosan, itulah satu kata yang pertama kali aku ucapkan. Tinggal di sini, rasanya bosan
readmore 36. Nostalgia
Pukul 02.00, aku terbangun. Aku melihat Abdurrahman sedang salat. Diam-diam aku mengaguminya. Wajahn
readmore 37. Kenangan Masa Lalu
Arif: Dek, bagaimana kabar kamu? semoga sehat saja di sana. Lebaran tahun ini kamu pulang nggak, Dek?
readmore 38. Pekerjaan Sampingan
Aku harus pulang kampung. Apa pun yang akan orang katakan aku tidak peduli. Hanya saja, sekarang aku
readmore 39. Tamu Tak Diundang
Washington .... Hari ini adalah hari terakhir liburku. Besok sudah mulai masuk kerja. Memang hanya ke
readmore 40. Pilihan Yang Menjebak
Sudah jam sepuluh malam. Bro Rahman belum juga pulang. Ah, kenapa aku ini. Tapi, aku memang sedang m
readmore 41. Keputusan
*** Aku berpikir sejenak, andai saja terus bergantung pada keluargaku, maka aku tidak akan pernah lep
readmore 42. Tak Ingin Jadi Yang Kedua
Washington .... Rahman membangunkan aku, ternyata dia sudah pulang. Aku tak perlu heran kenapa dia b
readmore 43. Tempat Baru
"Alasan apa yang membuat, Ustadzah menginginkan suami menikah lagi?" Aku lirik laki-laki yang ada di
readmore 44. Pulang Kampung
Jakarta, Indonesia .... Tak banyak berharap, aku memilih untuk melanjutkan hidup. Sudah seminggu leb
readmore 45. Jujur
Ting nong! Aku terkejut ketika bel berbunyi. Lidia langsung keluar dari kamar. Bergegas menuju pintu,
readmore 46. Surat Dari Ibu
Indonesia, Kali Bening .... Untuk anakku, Rahma: Nak, ibu rindu sama kamu. Sudah beberapa kali lebara
readmore 47. Pertengkaran
Sore ini kami makan berempat. Mas Arif ada keperluan, di meja makan hanya ada aku, Laila, Anggela da
readmore 48. Tamu Dari Indonesia
Washington, Masjid Islamic Center .... Sejak hari itu, aku mulai lebih giat lagi belajar. Mempelajar
readmore 49. Berkata Jujur
"Ian, masuk." Aku segera membuka pintu mobil depan dan naik ke mobil. Sebelum pergi, Mas Ramon sekal
readmore 50. Kembali Ke Rantau
Indonesia, Kali Bening .... Air mata kembali membasahi pipi. Sejak Rian enggak ada, aku jadi lebih ra
readmore 51. Tangisan Cinta
Kutenteng tas berisi barang-barang yang aku bawa dari Jakarta. Meletakkannya di dekat sofa. Sejak ke
readmore 52. Antara Dua Mimpi
***** Indonesia, Jakarta .... Kembali menginjakkan kaki di kota Jakarta. Akhirnya sampai juga di kontr
readmore 53. Melepas Cincin
Pagi ini, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, aku berniat untuk mengunjungi rumah Rian. Untuk apa
readmore 54. Kecelakaan
Tiga bulan kemudian. Aku mulai resah dengan apa yang sudah terjadi. Ternyata, mengembalikan barang
readmore 55. Pertemuan Setelah Lama Tak Jumpa
**** Aku menatap lurus dari jendela kamar. Bahkan, tak pernah menduga akhirnya semua ini harus aku la
readmore 56. Malam Pertama Yang Gagal
*** Langit mulai gelap, para tamu sudah pergi. Beberapa kerabat berangsur kembali ke rumah masing-mas
readmore 57. Mencari Kebenaran
**** Ba'da zuhur, Umi Syakira mengajak anaknya ngobrol di ruang depan. Rumah yang tadinya dipakai unt
readmore 58. Runyam
**** "Besok kita jalan-jalan ya," ucap Abdurrahman padaku. Aku yang masih ingat dengan kejadian tak
readmore 59. Rian Meninggal?
** Aku terbangun, lalu selimut aku sibakkan. Keringat sudah bercucuran di sekujur tubuh. Karena penga
readmore 60. Ketika Hati Berkata Jujur
Kami sampai di lokasi tujuan. Semuanya segera turun dari mobil. Abdurrahman memarkir mobil sejajar d
readmore 61. Sesuatu Di Dalam Tas
Matahari mulai meninggi, aku sangat bosan, tidak menikmati liburan ini. Entah, karena masih tergangg
readmore 62. Siapa Renata?
Suasana di dalam mobil sangat tenang. Abdurrahman merebahkan sedikit kursi agar tidurnya menjadi leb
readmore 63. Romantis Sesaat
Cemburu, itu yang aku rasakan ketika menyaksikan Abdurrahman ditelpon wanita lain. Memang, rasa cint
readmore 64. Gagal Lagi
Aku membuka mata pelan, ketika merasakan tangan yang menepuk-nepuk pipi ini. Kurenggangkan setiap pe
readmore 65. Wajah Yang Tertukar
**** (Pov Rian) Aku dapat merasakan kekecewaan Mbak Rahma yang terus meminta haknya sebagai istri. Ji
readmore 66. Rumah Baru
~Pov Rahma~ Bismillah, aku melangkah masuk menggunakan kaki kanan. Tidak lupa mengucap salam. Abdurra
readmore 67. Ratu Dalam Hati
~Rahma Pov~ Aku kembali ke ruang makan. Abdurrahman tersenyum, dia juga masih betah menungguku. Nasi
readmore 68. Pernikahan Belum Sah!
Di kampung, tepatnya kediaman orang tua Abdurrahman, seorang wanita tengah melamun. Belum lama, hany
readmore 69. Tangisan Di Tengah Malam
~Rahma Pov~ Aku tersentak, menoleh ke sisi kanan, tidak aku dapati Abdurrahman. Ke mana dia? Apakah s
readmore 70. Sesuatu Yang Mengejutkan
~Rahma Pov~ Di meja makan sudah tersedia dua gelas teh, dan stoples roti kering. Abdurrahman terseny
readmore 71. Lukisan
~Rahma Pov~ Netra ini mengerjap untuk memastikan apa yang sedang aku lihat adalah kenyataan bukan mim
readmore 72. Teka-teki
Thok! Thok! Suara pintu kamar yang digedor membuat aku bergegas membukakan pintu. Abdurrahman tersen
readmore 73. Jebakan
~Rahma Pov~ "Mas jujurlah padaku," ucapku duduk sambil menyandar di kepala ranjang. Abdurrahman tak
readmore 74. Sebuah Kenyataan
"Bukan itu. Jika saya tak normal lalu untuk apa saya menikah?" "Lalu apa?" Aku semakin tak sabar m
readmore 75. Marah Besar
~Rian Pov~ Kejujuran yang akhirnya aku ungkapkan ternyata hanya mendulang penderitaan yang baru. Buk
readmore 76. Malu-malu
*** Pesan dari umi: Assalamualaikum, Nak. Bagaimana kabarnya? Mudah-mudahan baik. Mata yang tak juga
readmore 77. Surat Wasiat
~Pov Rahma~ Di kamar hotel, aku tersenyum mengingat kembali pertengkaran dengan Rian. Padahal umur i
readmore 78. Perjuangkan Aku
Dengan tangan gemetar segera aku telepon Mas Arif. Mudah-mudahan dia belum berangkat mengajar. Tuuu
readmore 79. Buah Kesabaran
~Rahma Pov~ Sebelum mencapai pagar, sekuat tenaga aku berontak. Menarik tangan ini dari cengkeraman M
readmore 80. Sah!
*** ~Rahma Pov~ Dua minggu sudah berlalu, aku mulai bernapas lega karena Rian sudah menyelesaikan sura
readmore 81. Malam Pertama
~Rahma Pov~ Mata ini mengerjap ketika merasakan sesuatu yang basah menempel di wajah ini. "Dek, ayo
readmore 82. Takut Tak Bisa Hamil
Ba'da magrib aku dan Rian mengobrol di ruang tamu. Hari pernikahan ini, membuat aku tak sempat mengu
readmore 83. Pertemuan Tak Terduga
~Rian Pov~ Istriku—wanita yang dahulu aku panggil Mbak, sekarang sudah terlelap di sampingku. Obrola
readmore 84. Kecemasan Mbak Rahma
~Rian Pov~ Tok! Tok! Aku mengetuk pintu yang masih tertutup rapat. "Mas, baru pulang?" "Sudah, Sa
readmore Permintaan Istri Tercinta
~Rian Pov~ Hari berikutnya, pertemuan dengan Dokter Indriani pun sukses. Wanita memakai jas putih itu
readmore Rahasia Yang Terbongkar
~Rian Pov~ Di awal bulan, seperti yang diinginkan Mbak Rahma, akhirnya kami terbang kembali ke kota
readmore Mencari Solusi
~Rian Pov~ Suasana di ruang tamu menjadi gelap tertutup kabut kegalauan. Amarah yang tertahan dari s
readmore Bersama Kesulitan Ada Kemudahan
Aku lihat sekilas dia tampak menghela napas panjang. Aku tidak tahu hal apa lagi yang akan dia utara
readmore Pergi Tanpa Pamit
*** "Baiklah, setelah urusan dengan Mas Endik selesai, saya akan temani Umi dan Abi." "Iya, Mas. Saya
readmore Tanpa Kabar Berita
~Rahma Pov~ Suara gemuruh di langit membuatku terbangun. Entah sudah berapa lama aku tertidur. Kulepa
readmore Permintaan Omah
~ Rian Pov ~ Ketika aku terbangun, kepala ini terasa sangat sakit dan berat. Aku terkejut melihat su
readmore Kembali Ke Pangkuan Keluarga
~Rian Pov~ Rambut panjang nan masih basah, tergerai indah bergerak pelan, seiring gerakan tubuh istr
readmore Ziarah
~Rian Pov~ Pagi itu, aku, Umi Syakira, dan abi mendarat di Dulles Airport Taxi. Kami berangkat dari
readmore Teman Baru Omah
Sudah seminggu lamanya Rian pergi. Jujur, aku merasakan kerinduan yang sangat mendalam. Terasa ada y
readmore Hamil Anggur
~Pov Rahma~ Beberapa bulan berlalu, tak ada masalah yang berarti di kehidupan rumah tanggaku. Tentu s
readmore Wajah Murung Di Depan Cermin
~Pov Rian~ Sejak kejadian beberapa minggu yang lalu, aku menjadi sangat prihatin melihat Mbak Rahma.
readmore Permintaan Terakhir Omah
Seminggu berlibur di Puncak Bogor, membawa perubahan yang berarti. Selama di sana, kami habiskan wak
readmore Titipan Terindah
~Rian Pov~ Aku terisak dalam pelukan Mbak Rahma. Merasa sangat kehilangan. Wanita tegar dan kuat yang
readmore
bagus ceritanya 😍
16/04/2022
1kenapa ya aku selalu gagal dengan percintaan
05/08
1miris sekali hidupnya,,ya tuhan berilah kesabaran
25/05
0cerita yang sangat bagus
16/04
0Akhir yang indah.
02/04
0bagus ceritanya
21/03
1wowwws terbaik!!
20/02
1kayaknya bakalan asyik nih cerita
27/01
0bagus ceritanya
15/01
0terharu, wanita hebat
12/01
0