Tag(s):
• Kriminal
• Persahabatan
• Sekolah Menengah Atas
• Pornografi
• Remaja
• Pergaulan remaja

Pada malam pesta kelulusan, Amelia tanpa sadar meniduri Handoko—lelaki yang dikenal tidak pernah berpacaran. Amelia pun hamil. Namun, dia tidak peduli dan menyembunyikannya dari Handoko. Siapa sangka, bahwa Handoko adalah ketua dari organisasi preman paling ditakuti saat ini. Apa yang akan terjadi pada mereka nanti? Akankah kepahitan, atau keberuntungan bagi Amelia yang membuat siapa pun cemburu!?

Última Atualização

Escolha do Editor

Collection Adventures in Dimensions

SasinaZariel

O Mundo de Arkana: A Guerra dos Sete Dragões

Patrick Leo

Sangue por liberdade

Danikatrin

DOIS CORAÇÕES EM JOGO

Rafaela Da Silva

O herdeiro negro

Danikatrin

Diademas da Escuridão

diademas

Recomendação

Collection Adventures in Dimensions

SasinaZariel

Quem é você Maya?

Melissa Montes

Sangue por liberdade

Danikatrin

Perdida

Geisa Matos

Lágrimas por asas

Danikatrin

Asas por sangue

Danikatrin

Escola de Vampiros - Curada

Josy Sant

Amor e Objetivos

Jéssyca Gil

MALÚ

PAULINY NUNES

Casamento a moda aniga

Flávia Matias

Comentário do Livro (100)Deixe o seu comentário na App

• 
  Rizal AkbarMuhammad

  bagus novelnya

  4d

    0
• 
  Alzh Rni

  mantapp lahh cerita nya

  6d

    0
• 
  Pri Agustin Wojayanti

  iya

  24/07/2023

    0
• 
  Mawar Dalimunthe

  wowww

  24/07/2023

    0
• 
  greatkindness

  bagus kak

  09/07/2023

    0
• 
  NazaMohd

  baguss

  10/06/2023

    0
• 
  Jessica Sika

  bgus sssss

  01/05/2023

    0
• 
  MulyonoSlamet

  ceritanya menarik dan bagus

  22/04/2023

    0
• 
  NoviAdelia

  bisa-bisa nya

  05/03/2023

    0
• 
  NirmalaNirmala

  semangat

  05/03/2023

    0

• Total: 42

• Bab 1: Dosa

  "Min, gue udah gituan ...."
  Saat aku mengucapkan itu, ya, semua memang sudah terjadi. Mungkin mulai s

• Bab 2: Tester

  "Ya, Tuhan. Lo tidur sama cowok nakal tau gak!?"
  Kuberanikan diri menatap Mina, dan ya ... tidak ada

• Bab 3: Merah

  Mina meletakkan tangan di dahinya, lalu menghela secara dramatis. "Amel sama gue udah di apotek! Gue

• Bab 4: Mual

  Sialan kamu, Handoko Wijaya!
  Namanya terus mengganggu pikiran. Gara-gara dia, setiap kali duduk di de

• Bab 5: Wisuda

  "Udah udah, jangan berdebat," ucap Handoko yang sedang mendekat.
  Aku membeku, terutama karena Handoko

• Bab 6: Duga

  Ternyata Mina benar, si Handoko pantas dijuluki Dewa Sesk. Cara dia menyentuh mampu mengacaukan keha

• Bab 7: Psycho

  Kenyataan itu membuatku malu, aku terpukul sangat keras.
  "Dia benar kok!" kataku pada Handoko, menata

• Bab 8: Ayah

  Aku terbangun dengan kepala yang berat. Dahi terjepit, terkejut karena ketika melepaskan tangan, aku

• Bab 9: Preman

  Aku langsung menarik diri, meskipun lengannya tetap di pinggangku. Dia terlihat sangat pulas. Kening

• Bab 10: Chef

  Ia berbalik dan memberi isyarat agar aku mengikutinya. Kulihat sekeliling, sangat gugup karena semak

• Bab 11: Murka

  "Min, tenanglah!"
  Kalian semua menatap Lazam yang baru saja masuk, bersama pacarnya—Mina. Dari raut w

• Bab 12: Rindu

  Sepanjang hari ini, aku sama sekali belum melihat Handoko. Saat ini hanya Garen dan Mina yang mengob

• Bab 13: Pelindung

  Saat terbangun, kulihat di sebelah sudah kosong. Ya, Handoko sudah tidak ada.
  Sekarang sudah hampir d

• Bab 14: Cemburu

  "Eh, udah bangun si Es krim. Selamat pagi, Sayang."
  Beruntung aku bertemu wajah Handoko. Dia membungk

• Bab 15: Rencana

  Bab 15: Rencana
  Beberapa jam kemudian;
  Saat ini, Resma sedang berceritaku.
  *****
  "Bos."
  Handoko hanya men

• Bna 16: Kesal

  "Kenapa lo senyum-senyum, Lazam? ucapmu.
  "Zolda, Garen Zolda. Lucuuuu," jawab Lazam.
  Garen menoleh ke

• Bab 17: Marah

  Bab 17: Marah
  Pria itu tertawa seperti iblis, saat ia menekan pelatuk dengan jarinya. Aku melirik sej

• Bab 18: Penggoda

  “Ihhhh ... gue kangen ini.”
  "Nih!” kataku, pada Mina dan tidak menatapnya. Mataku terfokus pada TV sa

• Bab 19: Perhatian

  "Gak!!!”
  Handoko melingkarkan lengannya di sekitarku, mencoba mencium pelipisku tapi aku menggoyangka

• Bab 20: Tak Henti

  "Sampai jumpa, Jalang." Mina meniup ciuman, ketika duduk di kursi penumpang mobil Lazam. Sedangkan a

• Bba 21: Kejutan

  Handoko sudah menghilang, saat aku turun dan langsung menuju dapur. Sepertinya dia benar-benar berma

• Bab 22: Setuju

  Handoko mengangkat bahu. "Serahkan sama gue, Es Krim. Badan gue panas jadi bisa bikin badan lo hanga

• Bab 23: Junior

  "Futer Parents!" ucapku.
  Mina memberi isyarat ke layar, seolah ingin menggarukku. Aku hanya tertawa d

• Bab 24: Gairah

  Mencium Handoko Wijaya jelas merupakan ide yang buruk. Ya, sebagian besar waktu, dia akan menghentik

• Bab 25: Dekat

  
  Aku memelototinya dan menggeliat dalam pelukan, hanya untuk berhenti ketika dia mengerang dan menggi

• Bab 26: Suka

  "Sialan." gerutu Mina, saat kami Video Call. Aku jadi ingin perlu bertanya padanya, apa yang terjadi

• Bab 27: Ziva

  “Kak!”
  Ziva tengah berlari. Sepertinya dia sudah tak sabar ingin berbicara denganku.
  “Ada apa, Ziv? Ko

• Bab 28: Hinoko

  Kamu mencibir. Kalian berhasil menyebut perut buncit Amel. Seolah-olah Amel telah menelan semangka.

• Bab 29: Karnaval

  Aku terus menatap target, papan yang berbentuk manusia. Dari tadi belum pernah tepat sasaran. Kupega

• Bab 30: Kesan

  "Berapa lama lagi lahirnya, Mel?" tanya Handoko, lalu meneguk air minum kemasan yang kusodorkan pada

• Bab 31: Lamaran

  Amelia, aku—Handoko, sudah biasa berada dalam situasi hidup dan mati, yang tak terhitung jumlahnya.

• Bab 32: Ragu

  "Oh tidak! Gue juga lupa! Kita harus nyiapin USG, Amel," kata Mina. Dia menatap dengan tatapan berta

• Bab 33: Reaksi

  Aku menghela, tidak benar-benar tahu apa yang harus kulakukan.
  Kulirik dua orang yang masih menatap.

• Bab 34: Perasaan

  "Hey, Handoko, jangan-jangan Amel sebenarnya naksir sama gue lagi? Wah ... kenapa gue gak sadar, ya!

• Bab 35: Tersakiti

  “Ceritalah, Mel! Apa yang buat lo jadi begini?”
  Aku tidak bisa langsung menjawab Handoko. Air mataku

• Bab 36: Klarifikasi

  "Amelia! Buka pintunya! Kita perlu bicara."
  Hatiku tercekat mendengar suaramu, Handoko. Kenangan tent

• Bab 37: Kehilangan

  Aku melihat Hwndoko menjatuhkan lengan yang tidak menahanku di sisinya. Aku heran saat melihat Hando

• Bab 38: Hinoko

  Aku tidak tahu, berapa lama kami menunggu di luar ruang operasi. Jam terasa seperti hari. Kami membu

• Bab 39: Akhir

  Aku tertawa melihat dua dari empat remaja. Yulia dan Yustian. Aku yakin mereka juga anggota dari par

• Bab 40: Lahir

  "Gue benci lo, Handoko! Lo yang udah buat gue kayak gini!!"
  Aku—Handoko, hanya bisa menghela. Sudah t

• Bab 41: Malam

  Handoko tersenyum dan mengacak-acak rambut anak itu. Seiring bertambahnya usia Hinoko, dia menjadi s

• Bab 42: Akhir

  Handoko tersenyum dan mengacak-acak rambut anak itu. Seiring bertambahnya usia Hinoko, dia menjadi s