logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bertemu Dengan Keluarga Casi

"Apakah dia masih mengejar kita?"
"Tidak, dia sudah tidak terlihat."
"Fyuuh, syukurlah, selamat kita. Heh, jangan peluk-peluk pinggangku gini dong, dasar mesum."
Tanpa Alex sadari, tangannya masih melingkar di pinggang gadis itu.
"Eh, maaf, tidak sengaja," jawab Alex langsung melepaskan pelukannya.
"Halah, dasar mesum, mencari kesempatan dalam kesempitan."
"Heh? Dibilangani tidak sengaja kok ngeyel, lagian kamu itu tadi bilang mau hitung sampai tiga tapi satu dan duanya hilang, lulus SD tidak sih kamu?"
"Aku…."
Belum sempat gadis itu berbicara, sepeda motor yang mereka kendarai tiba-tiba berhenti.
"Loh, kenapa ini?" tanya Alex.
"Tidak tahu."
"Coba kamu turun dulu biar aku cek."
Mereka berdua turun dari sepeda motor, Alex berusaha menyalakannya tetapi tidak bisa. Kemudian dia mau membuka businya tetapi dihalangi gadis itu.
"Loh, loh, mau apa kamu?"
"Benerin motorlah, memang mau apa lagi?"
"Tunggu, memangnya kamu bisa? Jangan-jangan nanti malah tambah rusak lagi."
"Hey, jangan meremehkanku Nona, tentu saja aku bisa memperbaikinya."
"Beneran? Aku tidak percaya denganmu."
"Kalau begitu, silakan kamu perbaiki sendiri."
"Tidak, kamu saja."
"Gitu dong, nurut napa? Kalau masalah kaya gini aku ahlinya."
Sementara Alex bekerja, gadis itu duduk santai sambil selonjoran. Alex mengecek semua bagian sepeda motor tetapi tidak ada yang bermasalah, sampai akhirnya dia menemukan apa yang salah dengan sepeda motor tersebut.
"Astaga dragon, pantas saja tidak mau nyala, kering kerontan gini."
"Apanya yang kering kerontan?"
"Hey, Nona bawel, kapan terakhir kamu mengisi bahan bakar?"
"Em, kalau tidak salah dua hari yang lalu. Astaga, aku lupa mengisinya, padahal tadi pagi Ayah sudah mengingatkanku."
"Hmm … begini nih kalau cewek suruh pegang motor, boro-boro servis rutin, bahan bakar saja jarang diisi."
"Hey, sudah kubilang kan kalau aku lupa."
"Iya, iya, nona pelupa. Terus bagaimana ini? Ada warung tidak di sekitar sini?" tanya Alex.
"Ada, sekitar dua ratus meter dari sini."
"Ok, sip, yuk jalan."
"Aku capek, tolong kamu dorong sepeda motornya."
"A-apa? Jadi kita mesti naik ke atas?"
"Tentu saja, memangnya mau kemana lagi?"
"Apa tidak ada yang di bawah? atas itu terlalu menanjak hlo, pasti capek sekali."
"Ada, tapi kita harus melewati harimau tadi, kamu mau ke sana lagi?"
"Tentu saja tidak ferguso, ayo kita naik."
"Dorong!"
"Kakiku sakit, tidak mungkin…."
"Cepat dorong atau kubuat kakimu lebih sakit lagi."
"Iya, iya, bawel."
Merek berdua pun mendorong sepeda motornya, baru setengah perjalanan tetapi nafas mereka sudah ngos-ngosan.
"Istirahat sebentar, aku capek," ucap Alex mulai duduk di pinggir jalan.
"Huh, dasar anak kota."
"Memangnya kamu tidak capek? kalau tidak, silakan duluan nanti aku menyusul."
"Ogah." Gadis itu ikut duduk di sebelah Alex.
"Mimpi apa aku semalam bisa sesial ini. Habis diputus pacar, terus dikejar harimau, dan sekarang harus mendorong sepeda motor di jalan tanjakan kaya gini. Apes, apes," ucap Alex sambil menguar rambutnya dengan kasar.
"Iya, apes sekali aku harus bertemu denganmu hari ini, kalau tidak pasti aku sudah menikmati pesta di rumah."
"Pesta?"
"Ya, sedang ada acara di rumahku."
"Oh, ngomong-ngomong siapa namamu? Kita sudah melewati malam bersama tetapi aku belum tau siapa namamu."
"Aku Casi."
"Oh, hay Casi, aku Alex, senang berkenalan denganmu."
"Sayangnya aku tidak senang, karenamu semua rencanaku malam ini gagal total."
"Hey, kejadian ini bukan sepenuhnya karena kesalahanku…."
"Sudahlah, ayo berangkat, aku harus segera sampai di rumah."
"Baiklah nona bawel."
"Cepat kamu dorong."
"Hah, aku lagi? terus kamu?"
"Aku jalan duluan mau memastikan kalau warungnya masih buka." Casi mulai berjalan mendahului Alex.
"Hey, tunggu dulu, kamu tidak bisa meninggalkanku."
Casi tidak mempedulikan Alex dan terus berjalan.
"Ah, sial, kenapa begini sih nasibku." Alex mulai mendorong sepeda motornya dengan menahan nyeri di kaki. Setelah berjuang sekuat tenaga akhirnya dia sampai juga di warung yang dituju. Di sana terlihat Casi yang sedang meminum minuman dingin dan makan roti dengan santainya.
"Kurang ajar, aku sampai ngos-ngosan ndorong sepeda motor tapi kamu di sini asyik-asyikan bersantai, uuummm…." Casi tidak membiarkan Alex berbicara dan segera menyumpal mulutnya dengan roti yang sudah separuh dia makan.
"Cerewet." Casi langsung membuka jok dan mengisinya dengan bahan bakar.
"Bweh … bweh … dasar cewek rese, makanan sisa diberikan untukku." Alex mencoba memuntahkan roti dalam mulutnya.
"Ayo naik." Casi sudah siap di atas sepeda motornya.
Alex bergegas naik ke jok belakang.
"Apakah masih jauh rumahmu?"
"Tidak, sekitar satukilo meter lagi."
"Brrr … ternyata di sini dingin sekali ya." Alex merasa kedinginan karena hanya mengenakan kemeja lengan panjang yang tipis.
"Tentu saja, ini di pegunungan tuan cerewet."
"Hey, aku punya nama, jangan terus memanggilku dengan sebutan tuan cerewet," protes Alex.
"Terserah aku dong."
"Ish … di mana ini? Pemandangan di bawah sana terlihat cantik sekali."
"Kamu tidak lihat di sekelilingmu ada pohon apa?"
"Memang pohon apa itu?"
"Pohon teh, dodol."
"Oh, iya aku lupa kalau ini pohon teh. Eh, jadi kita sekarang ada diperkebunan teh?"
"Ya, tentu saja."
"Mamaku pasti senang sekali jika aku mengajaknya kemari."
"Turunlah."
"Hah, turun?"
"Memangnya kamu mau di atas sepeda motor terus?"
"Eh, kita sudah sampai tho?" Karena asyik melihat pemandangan di sekitarnya, tanpa di sadari Alex, mereka sudah sampai di depan rumah Casi.
"Ya, itu rumahku. Kita tidak bisa membawa sepeda motornya naik ke halaman karena sedang banyak orang di sana." Di depan rumah Casi terhampar perkebunan teh yang sangat luas.
"Baiklah."
"Ayo, ikuti aku."
Alex mengikuti Casi yang sudah berjalan mendahuluinya. Sampai di halaman rumah, dia disambut oleh bundanya.
"Sayang, dari mana saja kamu? Bunda khawatir sekali, pestanya sudah selesai tapi kamu baru datang," ucap Lusi, ibunya Casi.
"Ada sedikit masalah Bun, makanya Casi terlambat."
"Tapi kamu tidak apa-apakan? Terus itu siapa yang datang bersamamu?"
"Dialah sumber masalahku," jawab Casi dengan sewot.
Sementara itu Alex masi terdiam di tempat dia berdiri.
"Hey, jangan berbicara seperti itu nak." Lusi segera menghampiri Alex dan menyapanya dengan hangat.
"Halo Nak, selamat datang di rumah kami, ayo masuk. Sepertinya kamu kedinginan karena hanya memakai kemeja setipis ini."
"Terimakasih tante, saya tidak kedinginan kok. Hatching…." Alex bersin dengan keras.
"Tuhkan, kamu tidak bisa membohongi Tante, ayo masuk dulu, nanti tante buatkan coklat hangat untukmu."
"Iya Tante."
"Casi, ajak tamu kita masuk ke dalam." Casi masih berdiri di belakang bundanya. Saat itu juga paman dan bibi Casi keluar menemui mereka.
"Halo, Paman, Bibi apa kabar? Casi kangen," ucap Casi sambil menyalami paman dan bibinya.
"Bibi juga kangen sayang, kamu sudah besar ya, terakhir Bibi ke sini kamu masih SMA."
"Tentu saja sudah besar, sekarang juga sudah bekerja kan Casi?" ucap paman.
"Iya paman," jawab Casi sambil tersenyum.
"Siapa lelaki itu? Apakah dia kekasihmu?" tanya bibi.
"Bukan." Alex dan Casi menjawab bersamaan.
"Wah, kalian kompak ya, pasti kalian berjodoh," ucap paman.
"Jadi, sudah berapa lama kalian saling kenal?"
"Baru saja, Bik." Casi menjawab dengan singkat.
"Wah, hebat, baru kenal tapi sudah diajak ke rumah."
"Itu, Casi bisa jelaskan Bik…."
"Jarang-jarang lho Casi pulang membawa seorang laki-laki. Setau bibi, Casi tidak pernah pacaran dan dekat dengan seseorang. Pasti laki-laki ini sangat special kan? Bisa saja mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Bagaimana kalau kita jodohkan saja mereka, Kak?" tanya bibi meminta pendapat bunda.
"Tidak." Alex dan Casi menjawab bersamaan.
"Tuh kan, kalian kompak sekali," ucap bibi sambil tersenyum.
"Umurmu juga sudah pantas untuk menikah, lagipula sepertinya lelaki itu juga baik. Selain itu dia juga tampan, besok saja sekalian kita adakan acaranya. Mumpung Paman dan Bibi masih ada di sini," ucap paman menimpali.
"Maksud Paman acara apa ya?"
"Tentu saja acara pertunangan kalian."
"Tidak." Lagi-lagi Alex dan Casi menjawab bersamaan.

Komentar Buku (422)

  • avatar
    PopiriaRebeca

    Cerita nya sangat menarik. Dari awal membaca saya sama sekali tidak merasa bosan dengan alurnya. Semangat terus menulis cerita ini, saya sangat menyukai cara penulisan anda🥰🥰

    08/08/2022

      2
  • avatar
    saputraIndri

    alur ceritanya bagus, tapi ada perbicangan yang absurd jadii gak jelas gto.. semangat terus Thor menulisnya🤗🤗

    19/04/2022

      0
  • avatar
    balqisSuria

    good.

    1d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru