logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2 Memeluk Sepi

"Ambilah! Mudah-mudahan itu cukup, kalau perlu gak usah mengharap lagi dan silakan pergi, sekarang! Satu lagi, jangan muncul di hadapanku lagi," ujar Luka dengan mengulas senyum sinis.
Bella mengalihkan pandangan ke arah kertas yang tergeletak di meja tersebut. Nominal yang lumayan besar. Pikirannya seketika dipenuhi keinginan-keinginan untuk membeli apa yang diinginkan.
Pertahanan Bella menjadi goyah. Ia yang dari awal telah menduga, jika kejadiannya akan seperti ini. Luka tidak mungkin akan menikahi dirinya dan lebih memilih membungkam dengan sejumlah uang.
"Gimana?" tanya Luka pada Bella yang masih terpaku menatap lembaran cek.
Wanita itu menghela napas kasar, kemudian mengalihkan pandangan ke arah wajah Luka.
"Oke. Aku akan terima ini dan pergi menjauh dari dirimu dan juga hidupmu untuk selamanya," jelas Bella dengan ekspresi tidak main-main.
"Baiklah. Sekarang, pergilah!" Luka mengulas senyum penuh kemenangan.
Bella memasukkan lembaran cek ke tas kemudian bangkit dari duduk. Wanita itu bergegas keluar dari ruangan. Sedangkan Luka hanya menatap punggung Bella dari tempat duduk. Lagi-lagi Luka mengukir senyum kemenangan karena berhasil membodohi korbannya yang menuntut tanggung jawab. Luka selalu menyelesaikan semuanya dengan uang.
"Gampang! Asal ada uang, semua masalah terselesaikan," gumam Luka dengan senyum menyeringai.
Luka sadar memang mengenal Bella. Entah wanita ke berapa dia yang berhasil dikencaninya. Luka telah lupa saking banyaknya. Namun, baru Bella yang mengaku hamil dengannya. Meskipun begitu Luka tak ambil pusing. Bahkan sejumlah uang dalam cek yang diberikan pada Bella itu tak seberapa dibandingkan laba yang ia peroleh dalam kemajuan bisnisnya.
Luka yang pernah terpuruk dan terhina karena keadaan, kini bangkit untuk membuktikan pada dunia. Dengan modal dari terkumpulnya gaji saat bekerja di kapal pesiar dan pinjaman modal dari kolega mantan ayahnya, Luka membangun kembali bisnis yang pernah dirintis orangtuanya. Berbekal pengalaman pahit, ia tidak ingin dipandang remeh lagi.
Setelah sekian purnama sejak kejadian menyakitkan itu, Luka berusaha pelan-pelan untuk bangkit. Satu per satu usahanya mulai membuka cabang di mana-mana. Bahkan ia sering mengunjungi secara bergilir cabang-cabang kafe dan restoran yang ia miliki, untuk sesekali meninjau dan terjun langsung melayani para pengunjung kafe. Perjuangan tak kenal lelah Luka, mulai menampakkan hasil. Meskipun batinnya masih merasakan denyut nyeri kejadian tak terlupakan itu.
Luka memang telah kembali, kebangkitannya membuat laki-laki itu berhasil. Bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Meskipun perih di hatinya masih belum sepenuhnya sembuh. Kesakitan serta pengkhianatan yang dibuat oleh Sarah--mantan istrinya benar-benar membuat prinsip Luka berubah.
Berkencan dengan banyak wanita hingga berhasil mencampakkan mereka akhirnya menjadi sebuah kebiasaan baru bagi lelaki itu, hal yang dianggap Luka menjadi sebuah misi balas dendam tak tersampaikan.
Luka tak lagi setia seperti dulu, berganti-ganti pasangan sudah menjadi kebiasaannya. Bersenang-senang dengan alkohol adalah teman barunya, tak ada lagi cinta di hati lelaki itu, sebab sudah musnah karena luka di masa lalu.
Luka bahkan tak peduli jika ada wanita selain Bella yang juga hamil karenanya. Padahal, ketika ia masih bersama dengan Sarah, lelaki itu selalu menantikan janin yang tumbuh di rahim sang istri. Namun kenyataannya, selama tiga tahun menjalani biduk rumah tangga, mereka juga tak memiliki kesempatan untuk mendapatkannya.
Tak ada cinta di hati Luka untuk para wanita yang pernah tidur bersamanya. Ia hanya ingin bermain, lalu membuang mereka setelah merasa puas menyalurkan hasrat seksualnya. Namun demikian, Luka tetap saja tak pernah benar-benar merasa puas, sebab perihnya luka itu sering kali kembali berdenyut nyeri saat ia sedang sendiri menikmati sunyi.
***
Jalanan ibukota tampak lengang, membuat Luka leluasa memacu kendaraan roda empatnya. Kabut embun yang turun perlahan sedikit menghalangi pandangannya. Ia yang baru saja keluar dari bar saat dini hari, setelah menikmati beberapa gelas alkohol. Malam ini, ia tak sampai mabuk berat, pun juga tak tertarik untuk bermalam dengan seorang wanita. Ada kalanya Luka merasa lelah dengan kehidupan barunya yang terasa memuakkan.
Bias lampu penerangan menerobos jalanan yang tampak sepi. Malam yang pekat dan sunyi, sama halnya dengan keadaan batin Luka saat ini.
Malam ini ia benar-benar ingin sendiri. Tanpa seorang wanita yang menemaninya melalui malam, tanpa hentakan hingar-bingar musik memekakkan indera pendengaran dan juga tanpa minuman alkohol yang selalu melenakan dirinya. Ada masa, Luka ingin menikmati kesunyian yang ada. Memeluk sepi itu sendiri.
Dengan membuka kaca jendela, kendaraan roda empat itu melaju pelan. Luka menikmati sayup angin yang menyapu wajahnya. Layaknya terapi untuk menciptakan ketenangan di jiwanya yang terlanjur hancur berkeping-keping.
Luka tiba di jalan menuju perumahan elit di mana bangunan mewah miliknya berada. Ia segera memasukkan mobil ke garasi begitu sampai di rumah. Setelah meletakkan aman kendaraan, laki-laki berkemeja biru muda itu segera melangkah masuk. Rumah dua lantai yang sangat mewah itu hanya ia huni sendirian.
Lampu rumah yang sengaja ia pasang dengan cahaya temaram di setiap ruangan menambah aroma kesunyian yang kian mencekam. Anehnya, Luka justru menikmati kesunyian itu.
Luka berhenti saat hendak menaiki anak tangga menuju lantai atas. Ia menghela napas panjang. Sesaat kemudian ia memijak tangga demi tangga yang terbuat dari marmer berwana hitam yang begitu elegan itu. Luka tiba di kamar dan segera berganti pakaian.
Tak segera mengistirahatkan diri, Luka malah menuju balkon. Ia berdiri di sisi pagar sambil menikmati sebatang rokok. Asap rokok yang menyembur dari mulutnya terhempas ke udara berbaur dengan kabut yang turun perlahan. Untuk beberapa saat lamanya menghisap rokok hingga puas, Luka kemudian membuang sembarang puntung rokoknya ke bawah.
Luka menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Ia lantas mendongak sejenak. Ekor matanya menatap langit yang dihiasi purnama dan bintang gemintang di sekelilingnya. Kedua mahakarya Tuhan itu seakan-akan sedang menyapa Luka melalui cahayanya yang terang.
Sorot netra itu masih saja menggambarkan perih, walaupun saat ini Luka telah berhasil bangkit kembali. Namun, tetap saja bekas sayatan yang masih menganga di dalam sana tak juga sembuh meski sudah berbulan-bulan berlalu.
Puas menikmati kesunyian diri di balkon, Luka kembali ke kamar. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang berukuran king. Tangannya meraba-raba ranjang yang terasa dingin. Meskipun ia masih normal sebagai laki-laki, untuk saat ini belum tertarik sama sekali mencari pendamping hidup lagi.
Luka hanya ingin berpetualang dari satu wanita ke wanita yang lain tanpa melibatkan perasaan. Ia lebih memilih menjalani hubungan tanpa status, asal kebutuhan biologisnya terpenuhi.
Malam semakin dingin membuat Luka terbaring meringkuk di sisi ranjang. Pikirannya mengembara dan seketika bayangan masa lalu yang ingin ia lupakan justru hadir. Bayangan saat sang mantan istri kepergok bercinta dengan laki-laki lain menari-nari di pelupuk matanya.

Komentar Buku (38)

  • avatar
    DamiaShelly Ramadhani

    enak banget membaca novel ini.

    31/01/2023

      0
  • avatar
    Yenchiey

    good

    09/08/2022

      0
  • avatar
    Cahaya Mata Hari

    kkkkkk

    26/07/2022

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru