logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 Konsentrasi Buyar

Murid-murid yang cukup rajin seperti Hana dan Mira mulai belajar dengan keras. Dimanapun mereka berada, buku pelajaran selalu di tangan. Dimanapun ada kesempatan, mereka akan terus membaca hingga nyaris hafal materi pelajaran.
Karena begitu kerasnya para siswa belajar, terutama kedua temannya, bahkan Airin si remaja yang tidak suka belajar juga terpengaruh.
Dia juga membawa buku kemanapun dia pergi, meskipun tidak terlalu dibaca. Hanya memperlakukan buku sebagai pelengkap ditangan.
Beberapa hari kemudian, ulangan tengah semester pun tiba.
Dimulai dari tanggal 22 di hari senin, dengan dua mata pelajaran. Hampir wajib bahwa ujian pertama di hari senin adalah mata pelajaran PKn dan bahasa Indonesia.
Jam pertama adalah PKn.
Bell berdering keras, menandakan ujian akan segera dimulai. Para murid masuk ke kelas masing-masing sesuai urutan tempat duduk yang sudah diatur beberapa hari sebelumnya.
Secara kebetulan, Hana, Airin dan Mira duduk terpisah jauh.
Hana duduk di barisan tengah di urutan kelima. Mira berada di barisan pinggir di dekat jendela di urutan paling belakang. Sementara kursi Airin ada barisan depan, tepat di hadapan meja guru.
Hana dan Mira tahu betapa sialnya memiliki tempat duduk tepat di depan guru. Jadi mereka tidak dapat menahan diri untuk menertawakan kemalangan Airin. Kedua gadis itu memperlakukan hal itu sebagai balasan atas kata-kata pedas yang biasa diucapkan oleh Airin.
"Enaknya duduk didepan guru pengawas." Hana memberi kode dengan gerakan mulut yang berlebihan, karena kebetulan Airin sedang melihat ke arahnya dengan wajah tersiksa.
"Bakal selesai yang paling cepat ya, nggak?" Mira juga membalas.
Airin memelototi mereka. Jelas tahu apa yang diucapkan kedua temannya walaupun hanya gerakan bibir tanpa suara.
Belum sempat Airin membalas, guru pengawas sudah melewati pintu dan mulai membagikan kertas ujian. Jadi gadis itu hanya tersenyum pahit dan duduk di kursinya dengan kaku
Guru pengawas hari ini adalah seorang guru wanita berusia sekitar 35-40 tahun bernama Bu Murni. Bu Murni berkulit putih dan berperawakan sedang. Biasanya cukup ramah tetapi akan berbeda jika menjadi pengawas ujian.
Bu Murni menghitung jumlah murid dalam satu barisan sebelum membagikan kertas soal dan lembar jawaban dan meletakkannya di meja terdepan. Murid di kursi terdepan mengambil sepasang untuk dirinya sendiri dan menyerahkan sisanya kepada murid yang duduk di belakangnya, begitu terus hingga kursi terakhir.
"Tolong kerjakan dengan tenang ya dan jangan ribut. Kalau sampai ada yang ribut nanti kursinya ibu taruh ke luar, biar ujian dihalaman aja sekalian." Ucap Bu Murni setengah mengancam.
"Ya, Bu." Semua murid menjawab serempak.
Setelah itu tidak ada kata-kata lagi, hanya suara kertas dibolak-balik yang terdengar.
Bu Murni tidak langsung duduk. Guru yang lumayan senior itu berjalan berkeliling dengan membawa penggaris plastik berukuran 30 cm.
Setelah berkeliling beberapa putaran, Bu Murni duduk di kursinya.
Hana, yang sejak tadi tidak dapat tenang karena Bu Murni berkeliaran di sekitarnya, kini baru bisa bernafas lega. Gadis berambut panjang itu mulai membaca kertas soal dengan teliti setelah sebelumnya menulis nama lengkapnya di atas lembar jawaban.
1. Kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya diterima/dilakukan oleh pihak-pihak yang lain yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya disebut ....
A. hak
B. kewajiban
C. wewenang
D. tugas
E. tanggung jawab
2. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban antara sesama manusia merupakan pengamalan sila ... dari Pancasila.
A. Pertama
B. Kedua
C. Ketiga
D. Keempat
E. Kelima
3. Negara harus mempunyai UU Kewarganegaraan karena diperlukan untuk ....
A. Mengetahui jumlah warga negara
B. Membatasi masuknya orang asing ke Indonesia
C. Menentukan status penduduk
D. Menjamin hak dan kewajiban warga negara
E. Menentukan syarat-syarat menjadi warga negara
Hana pun menjawab dengan lancar hingga soal pilihan ganda terakhir.
Setelah menyelesaikan pilihan ganda, Hana berpindah ke soal uraian. Dia membaca soal pertama;
[1. Jelaskan perbedaan antara hak dan kewajiban!]
Hana menuliskan jawaban dengan lancar.
[Hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang diwajibkan, yang harus dilaksanakan; pekerjaan, tugas menurut hukum; segala sesuatu yang menjadi tugas manusia. Jadi, hak dan kewajiban warga negara berarti kekuasaan yang benar atas sesuatu dan harus dilakukan oleh penduduk sebuah negara]
Hana bersiap ke soal nomor 2, tetapi tiba-tiba telinganya menangkap gerakan lembut dari kursi depan. Hana bingung melihat Airin berjalan ke meja guru sambil membawa kertas ujian di tangannya.
Pikiran pertama Hana adalah Airin menemui soal yang tidak dia mengerti.
Namun ternyata itu tidak benar.
Setelah Airin meletakkan kertas ujian miliknya di meja guru, gadis bermake-up itu pun melenggang keluar kelas dengan ekspresi puas. Dia melayangkan tatapan 'pembalas dendam' ke arah Hana.
Melihat wajah percaya diri Airin, Hana merasa gemetar. Seketika konsentrasinya buyar begitu saja. Dia yang sudah bersiap menulis jawaban berikutnya tiba-tiba tidak ingat apa yang harus ditulis. Otaknya malah memikirkan alasan mengapa Airin selesai paling awal.
Didepan, Bu Murni memeriksa lembar jawaban milik Airin.
Hana gelisah, menantikan kata-kata peringatan yang biasa dilontarkan oleh guru ketika jawaban murid ada yang salah.
Seperti, "jangan terburu-buru, harus lebih teliti lagi."
Namun, kata-kata keramat yang dinantikan tidak kunjung datang. Malahan, Bu Murni mulai berkeliling lagi.
Satu persatu siswa yang terbilang pandai mulai mengumpulkan jawaban mereka. Sementara Hana masih belum menulis satu huruf pun semenjak Airin keluar.
Di tengah kegelisahan Hana, dia melihat Mira juga berdiri dari kursinya.
Hampir saja Hana refleks ingin memanggilnya, untungnya dia berhasil menghentikan mulutnya tepat waktu.
Beberapa saat kemudian, hanya tinggal kurang lebih 10 murid lagi –termasuk Hana– yang belum menyelesaikan ujian.
"Waktu tinggal 10 menit lagi. Jangan buru-buru, masih ada waktu. Periksa dengan teliti sekali lagi."
Pengingat Bu Murni bukannya membuat para murid yang tersisa lega, malah sebaliknya, mereka semakin gugup dan gelisah.
Hana memaksa dirinya konsentrasi meskipun hatinya tidak tenang.
Soal kedua membutuhkan uraian yang cukup panjang, tetapi Hana melupakan beberapa bagian dari jawaban tersebut.
"Waktunya 5 menit lagi."
Sekali lagi pengingat Bu Murni menggema di setiap sudut ruang kelas, hingga menusuk kedalam hati para murid.
Lima menit kemudian, bell tanda ujian berakhir pun berdering. Hana yang tidak menyelesaikan 2 jawaban uraian terakhir menggigit bibirnya, merasa sedih dan kecewa pada dirinya sendiri.
Bu Murni tidak memperhatikan ekspresi Hana yang menderita. Bu Murni memisahkan lembar soal dan jawaban kemudian memasukkannya ke dalam amplop besar.
Setelah menyerahkan miliknya, Hana pun keluar mencari kedua temannya. Dia bertekad harus menyelesaikan urusan kepada mereka karena sudah membuatnya kehilangan konsentrasi.
____

Komentar Buku (223)

  • avatar
    UrielaYin

    I like this one. I just hope it can have an English version. Yay! 😍 So much love. 😍

    20/06/2022

      1
  • avatar
    eyeblur

    loveee

    23d

      0
  • avatar
    putrishahira

    sangat bagus sekali untuk kamu yg ingin menghasilkan uang secara baca

    27d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru