logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

7. Tawaran Gio

Nadia bergegas keluar dari kamarnya lalu mengendarai motor maticnya. Ini adalah untuk pertama kalinya Nadia keluar dengan mengendarai motor sendiri setelah kecelakaan yang menimpanya beberapa waktu yang lalu. Entah hal penting apa yang membuatnya nekad keluar sendiri tanpa menunggu Hanna seperti biasanya.
Rama yang sedianya akan sarapan di ruang makan, tampak cemas memperhatikan Nadia, apalagi Nadia tampak terburu-buru. Rama akhirnya memilih untuk meninggalkan meja makan tanpa menikmati sarapan yang sudah dihidangkan oleh Nabila, bahkan Rama tak sempat berpamitan pada Nabila.
Menyaksikan dua orang yang pernah bersatu dalam ikatan pernikahan tampak saling berkejaran, membuat hati Nabila menjadi was-was. Apalagi Rama tidak menghiraukan panggilannya tadi, Rama terus melaju mengejar Nadia yang sudah lebih dahulu keluar. Meskipun saat ini dialah istri sah dan istri satu-satunya Rama, tapi Nabila sadar bahwa Rama masih memendam rasa pada Nadia adiknya. Nabila hanya bisa meratapi nasibnya, di depan pintu menyaksikan kepergian Rama. Nabila menunduk menatap perutnya hingga tanpa sadar air mata menetes membasahi punggung tangannya yang sejak tadi mengelus perutnya yang sudah membuncit, bayi dalam kandungannya inilah yang mampu mengikat Rama untuk tetap di sisinya.
***
Motor Nadia berjalan dengan perlahan, hingga saat Nadia melihat sebuah mobil mewah terparkir di pinggir jalan di dekat taman komplek, Nadia segera meluncur ke arah mobil tersebut. Setelah berhenti, pandangan Nadia menyapu area taman dan dilihatnya Gio sedang duduk di sebuah kursi taman sendirian. Nadia bergegas memarkirkan motornya dan segera menghampiri Gio.
"Selamat pagi!" Gio mulai menyapa Nadia dengan tatapan dingin dan senyum sinis di bibirnya.
"Pagi." Nadia merasakan adanya firasat buruk dengan pertemuannya bersama Gio kali ini, hingga mulutnya terasa sangat berat untuk membalas sapaan Gio. 
Nadia mengalihkan pandangannya saat mereka tanpa sengaja saling bertatapan. Ketampanan adalah salah satu kelebihan Gio selain kekayaan, tetapi tatapan mata yang terasa tak bersahabat dan senyum sinis yang seolah-olah mengejek, membuat Nadia berharap masalahnya dengan Gio segera berakhir, hingga mereka tidak perlu bertemu lagi.
Gio menatap Nadia, wajah polos tanpa make up tersebut terlihat manis dan tetap sedap dipandang. Mungkin karena masih terlalu pagi sehingga Nadia tidak sempat berdandan, kesederhanaan Nadia menampilkan kecantikan alami yang sudah jarang dia lihat. Gio yang selama ini dikelilingi wanita cantik yang pandai berdandan dan menjaga penampilan mereka. Bahkan ada juga yang melakukan operasi plastik agar terlihat cantik supaya bisa menarik perhatian Gio.
Setelah beberapa saat masih berada di posisi masing-masing, Gio baru menyadari jika dia duduk di kursi taman dan terlalu di tengah, sehingga hampir tidak memberi tempat bagi Nadia untuk duduk. "Silahkan!" Gio mengeser posisi duduknya sampai di ujung kanan kursi.
"Terima kasih." Nadia segera memposisikan dirinya duduk di ujung kiri kursi.
Mereka berdua duduk bersisihan tetapi saling diam dengan tatapan lurus ke depan. Sepertinya Nadia dan Gio sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Nadia masih terdiam menunggu Gio mengutarakan maksud dan tujuannya, hingga pagi-pagi meminta Nadia untuk menemuinya di taman. Setelah ditunggu beberapa saat Gio tetap diam, Nadia hanya berani menoleh ke arah Gio yang menatap ke depan tanpa mempedulikannya. Karena tak ada tanggapan dari Gio, Nadia kembali menatap ke depan seperti Gio sambil membuang nafas dengan keras.
"Uangnya sudah ada?" Tanya Gio dengan tatapan mata yang tak berubah dan nada suara yang dingin.
"Apa?" Nadia balik bertanya, bukan karena tidak mendengar apa yang ditanyakan Gio padanya, tetapi ia sangat terkejut harus ditagih hutang dipagi buta dan jumlahnya tidak sedikit pula.
Hampir bersamaan mereka menoleh hingga saling berpandangan. Gio tersenyum sinis menatap Nadia, sedangkan Nadia segera mengalihkan pandangannya.
"Beri saya waktu!" ucap Nadia lirih.
"Berapa lama?"
"Saya akan mencicil setiap bulannya, sesuai kemampuan saya."
"Saya berubah pikiran," sergah Gio.
"Maksudnya?" tanya Nadia penuh rasa ingin tahu.
"Saya mau cash, lunas ... paling lambat satu minggu dari sekarang."
Nadia mengelengkan kepala pelan seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Saya berjanji akan membayarnya, tetapi tidak dalam waktu satu minggu. Saya berharap pengertian dan toleransinya." Dengan suara pelan Nadia memohon pada Gio.
Gio menyilangkan kakinya dan badannya sedikit menyerong menghadap Nadia, tangan kirinya dia letakkan di atas sandaran kursi seakan berusaha meraih bahu Nadia. Gio menatap tajam ke arah Nadia.
"Bagaimana jika saya tidak mau?"
"Bagaimana jika saya tidak bisa?" Nadia menjawab sambil menoleh ke arah Gio, hingga pandangan mereka saling bertemu. Nadia tidak ingin terlihat lemah dan memberanikan diri untuk menatap mata Gio. "Dan kemungkinan besar saya tidak bisa membayar sesuai dengan apa yang Anda inginkan."
"Kau ingin lari dari tanggung jawab?" tanya Gio sambil tersenyum sinis.
"Tidak, saya pastikan tidak. Saya hanya meminta keringanan dan toleransi dari Anda mengenai waktu dan cara pembayaran. Itu saja."
"Saya ada penawaran." Gio menatap Nadia, untuk pertama kalinya dia tersenyum manis di depan Nadia, bahkan senyum itu terkesan genit menggoda.
Nadia mengerjapkan mata, ia tampak antusias mendengarkan tawaran dari Gio. Tetapi Nadia tidak nyaman saat Gio mulai mendekat, tangan kiri Gio yang berada di atas sandaran kursi sekarang tepat dibelakang punggungnya seperti sedang merangkul. Nadia segera mengalihkan pandangannya, tatapan tajam Gio terasa siap menghujam ke arahnya.
"Jadilah partnerku!"
Nadia terdiam mendengar tawaran dari Gio. Ada kelegaan di hati Nadia, mungkin ini yang disebut dengan pelangi setelah hujan, setelah berkali-kali didera masalah kini dia mendapat tawaran kerjasama dari Gio yang dia ketahui adalah seorang pengusaha. Dalam pikiran Nadia Gio ingin memastikan bahwa Nadia akan membayar hutang-hutangnya, sehingga ia mengajak Nadia kerjasama dan berharap dari keuntungan yang diperoleh Nadia dapat segera melunasi hutangnya.
"Anda yakin?" Pertanyaa Nadia hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Gio. "Berapa Anda akan berinvestasi?" Gio mengernyitkan dahinya, Nadia merasa ada yang salah dari pertanyaan yang dia lontarkan. "Maksud saya, produk apa yang harus saya jual di lapak online saya?"
Tatapan tajam Gio memindai wajah polos Nadia. Apakah dia salah mengutarakan tawarannya pada Nadia, ataukah Nadia yang terlalu naif memahami ucapannya.
"Maksudmu?" Sebuah pertanyaan singkat meluncur dari mulut Gio.
"Partner, kerjasama bisnis?" Nadia mengalihkan pandanganya, tatapan mata Gio membuatnya salah tingkah. "Saya mengelola lapak online bersama teman saya, itu pekerjaan saya selama ini."
"Tidak seperti itu." Gio menjeda kalimatnya, dilihatnya reaksi Nadia yang tampak kebingungan. "Saya adalah seorang pengusaha, sering menghadiri undangan, saya butuh partner untuk mendampingi saya."
"Hanya itu?" Nadia tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, sedangkan Gio justru mengelengkan kepalanya.
"Saya juga seorang pria dewasa." Tatapan mata Gio seakan siap menancap di mata Nadia. Nadia memundurkan kepalanya saat punggung tangan Gio akan menyentuh pipinya. "Saya butuh partner untuk melampiaskan hasrat saya, aku yakin kau sudah berpengalaman ... karena kau seorang janda."
"Saya memang janda, tapi saya bukan j****g. Sepertinya Anda salah orang." Nadia segera menepis tangan Gio. Bukan hanya telinganya yang terasa panas, hati Nadia terasa terbakar mendengar ucapan Gio.
"Saya tahu, maka dari itu saya memberi penawaran yang halal ... kita menikah."
Nadia terkejut mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Gio. Dia pun tak percaya dengan niat Gio, apakah sebuah ketulusan atau bualan, atau bahkan ada niat lain yang terpendam. Tapi bagi Nadia pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan tidak bisa dijadikan permainan, karena akad yang terucap bukan hanya mengikat dua anak manusia, tetapi juga merupakan sebuah janji yang terucap dan disaksikan oleh Tuhan. 

Komentar Buku (305)

  • avatar
    WindrianiKartika

    iiiihhhhh..... seru.... mo cari tau alasan kenapa orang tua nya ngelakuin itu. kalo memang saling mencintai kenapa nikah sahnya ama Nadia. kenapa gak dari awal aja sama Nabila. pengen liat mereka pada nyesel. semangat terus wahai penulis^^

    18/03/2022

      1
  • avatar
    IbnatuSalmaibnatu

    baguss

    2d

      0
  • avatar
    Uda Hendra

    bagus

    3d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru