logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

DIBLOKIR SUAMI_2

#DIBLOKIR SUAMI_2
Setelah menemukan akun facebook Mas Didi, segera kujelajahi berandanya. Namun, sayang ... Mas Didi memprivasi akun facebooknya. Jadi aku tidak bisa melihat aktivitas di akun media sosial milik suamiku itu jika aku tidak berteman dengan akun itu.
Rasa penasaran semakin membuncah. Ada apa dengan Mas Didi? Kenapa akun facebookku diblokir, apa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Mas Didi?
Aku kebingungan sendiri memikirkan satu hal ini. Menurutku Mas Didi sengaja memblokirku. Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan. Dulu, saat aku masih sering berselancar di dunia maya, tak pernah sekali pun Mas Didi memprivasi apalagi memblokir akun media sosial milikku. Tetapi setelah tiga tahun lamanya aku tidak bermain facebook, Mas Didi berubah. Akunku diblokir dan semua postingan Mas Didi diprivasi. Aku curiga ada sesuatu yang Mas Didi tutupi. Apa itu, sayangnya aku belum tahu.
"Kenapa Mas Didi memblokir akun facebookku?" Aku bergumam sendiri. Sambil terus mencoba mencari akun facebook Mas Didi. Hasilnya tetap nihil. Sama sekali tidak kutemukan akun suamiku.
Mengingat perbincangan dengan Aira di pesan facebook tadi, keingin tahuanku semakin kuat. Aku harus bisa melihat aktivitas di beranda facebook Mas Didi. Tapi bagaimana caranya?
Sejenak aku berpikir. Tiba-tiba terbersit satu ide di benakku. Satu-satunya cara membuat akun facebook baru. Agar aku bisa lebih mudah kembali menjelajahi beranda Mas Didi. Tentunya aku akan menyamar sebagai orang lain yang tak pernah dikenal oleh Mas Didi.
Beberapa menit mengutak-atik ponsel pemberian Mbak Dina, akhirnya jadi juga akun facebook cadangan milikku. Tak perlu menunggu lama, aku segera mengetik nama Mas Didi di kolom pencarian. Bukan hal sulit untuk aku menemukan akun facebook Mas Didi. Tanpa menunggu lama lagi, aku mengiriminya permintaan pertemanan. Rupanya nasib baik berpihak padaku, akun Mas Didi langsung mengkonfirmasi akun facebook baru milikku.
Setelah berteman dengan akun Mas Didi, aku segera berselancar ke berandanya. Banyak sekali unggahan foto-foto di sana. Unggahan terakhir Mas Didi tiga jam lalu, berupa sebuah foto tangan lelaki dan wanita yang saling bertautan. Aku sangat mengenal pemilik tangan lelaki tersebut. Ya, itu tangan Mas Didi—suamiku. Keyakinanku semakin kuat saat aku melihat jam tangan yang bertengger di pergelangan tangannya. Jam tangan yang kuhadiahkan pada Mas Didi saat ulang tahunnya dua tahun lalu. Lantas tangan yang ada di genggaman itu tangan wanita. Tangan siapa yang sedang digenggam oleh Mas Didi? Apakah Mas Didi berselingkuh? Tapi dengan siapa? Dan kenapa Mas Didi tega melakukan hal itu kepadaku jika benar ia berselingkuh?
"Tega sekali kamu berselingkuh, Mas! Apa salahku?" Air mata tidak lagi dapat kutahan. Ia terjun bebas dari tempatnya membasahi pipiku. Benar-benar suatu hal di luar dugaanku.
Hatiku memanas melihat foto itu. Ingin rasanya aku melabrak Mas Didi. Namun, aku belum memiliki cukup bukti-bukti kuat.
Lagi, aku kembali menjelajahi beranda facebook Mas Didi, siapa tahu aku mendapat informasi tentang perselingkuhan Mas Didi jika memang ia melakukannya.
Baru saja aku menggulir layar ponsel untuk melihat unggahan lainnya, tampak kembali foto Mas Didi bersama seorang wanita sangat cantik. Meski wajah mereka berdua tidak tampak, tapi aku yakin itu foto suamiku dengan wanita lain.
"Sialan, kamu, Mas!" gumamku sambil terus memandangi foto yang terpampang di layar ponselku.
Di unggahan itu tangan Mas Didi memeluk di pundak wanita yang bersamanya. Sedangkan wanita di samping Mas Didi menyandarkan kepalanya di pundak Mas Didi. Hatiku kembali memanas, sakit Aku semakin yakin kalau Mas Didi sedang bermain api di belakangku. Aku tak akan tinggal diam! Aku akan coba mencari informasi dan mengumpulkan bukti-bukti bahwa memang benar Mas Didi berselingkuh di belakangku.
Baru beberapa menit menggunakan facebook baru, sebuah notifikasi pesan masuk ke akunku. Pertanda ada seseorang mengirim pesan ke akun baruku. Tapi siapa? Bahkan berkenalan dengan seseorang pun belum kulakukan. Daripada penasaran, segera aku beralih ke fitur pesan masuk.
Aku melihat sebuah nama yang kukenal terpampang di fitur pesan. Ternyata Mas Didi yang mengirimkan pesan ke akun facebook baruku. Ini kesempatan bagiku untuk mengerjai Mas Didi.
[Hai, boleh kenal? Dengan siapa, ya?] Mas Didi mengajakku berkenalan. Ah, aku akan menanggapi untuk mempermainkan lelaki itu. Pastinya bukan sebagai Lulu melainkan sebagai Amira sesuai nama yang kugunakan di facebook baru.
[Hai, juga, Mas. Aku Amira, salam kenal, ya, Mas Didi] Pesan balasan sukse terkirim. Tak lupa kububuhkan emotikon tangan yang ditangkupkan. Aku mencoba untuk bermain cantik. Menjaga harga diri agar tidak terlalu kelihatan tergesa-gesa. Agar aku tahu bagaimana sifat dan sikap suamiku di dunia maya.
Obrolan Mas Didi dan aku berlanjut hingga ke pertanyaan pribadi. Mas Didi bertanya tentang statusku, apakah aku masih singel atau sudah berumah tangga.
Begitu juga aku melempar pertanyaan yang sama dengan Mas Didi. Dan betapa sesaknya hatiku saat membaca pesan balasan dari Mas Didi. Ia mengatakan kalau statusnya duda tanpa anak. Lantas keberadaan Rasya selama ini apa tak pernah diakui oleh Mas Didi? Mas Didi benar-benar keterlaluan!
Daripada hatiku semakin sakit kusudahi percakapanku dengan Mas Didi lewat pesan facebook. Yang terpenting sekarang aku sudah tahu kalau Mas Didi sedang bermain api di belakangku. Sepulang kerja Mas Didi nanti, aku akan coba menyelidiki Mas Didi lagi.
💔💔💔
Hari sudah memasuki waktu petang. Aku menanti kehadiran Mas Didi sambil menonton siaran televisi. Baru beberapa menit aku duduk di depan televisi, terdengar suara deru mesin mobil Mas Didi, artinya suami pengkhianatku sudah tiba.
Aku segera beranjak untuk menyambut Mas Didi. Sebisa mungkin aku bersikap biasa saja, meski hatiku sakit.
"Selamat sore, Sayang," sapa Mas Didi. Senyum manisnya ia sunggingkan kepadaku. Tak pernah lupa juga Mas Didi mendaratkan ciuman di keningku.
Sebenarnya aku muak dengan semua perlakuan Mas Didi yang tampak manis di depan, namun busuk di belakangku.
Kusunggingkan senyum membalas sapaan Mas Didi. Tetapi ketika tangan Mas Didi hendak merangkulku, aku berusaha menolak. Aku sangat tidak sudi tangan itu menyentuhku lagi.
"Maaf, Mas. Aku mau siapin air panas buat kamu dulu, ya?" tolakku halus. Mas Didi mengangguk sambil menatapku dengan tatapan heran. Semoga saja Mas Didi tidak curiga akan rasa sakit hatiku karena tingkahnya. Saat ini aku ingin mempermainkan Mas Didi, tidak terburu-buru membongkar semua kebusukan suamiku.
Sambil menyiapkan air panas untuk Mas Didi, aku berpikir bagaimana cara untuk melihat isi ponsel Mas Didi. Aku ingin tahu siapa wanita yang sedang menjadi selingkuhannya. Tak mungkin mereka tidak saling berbalas pesan di aplikasi hijau. Tetapi aku tidak tahu bagaimana cara untuk mengutak-atik ponsel Mas Didi. Karena setahuku ponsel Mas Didi memakai kata sandi.
"Apa yang harus aku lakukan?"
Next ....

Komentar Buku (95)

  • avatar
    DroopNoo

    bagus

    14d

      0
  • avatar
    RifandiAch

    sangat bagus dan nyaman

    08/08

      0
  • avatar
    HarsonoToto

    mantapp

    23/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru