logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

PENYESALAN DANIS

PENYESALAN DANIS
Danis mulai mengerjapkan matanya. Mengumpulkan kesadaran pada dirinya dengan masih menahan pusing di kepala akibat terlalu banyak minum. Memijit pelipis kepala, berusaha meredakan nyeri kepala yang dialaminya. Melihat pada jam dinding di atas televisi yang berukuran 55inch diruangan tengah. Waktu menunjukkan pukul setengah 4 dini hari.
Merasakan udara dingin pada tubuhnya. Danis menyadari dirinya yang tidak berpakaian membuatnya langsung sadar seketika akan keadaan tubuhnya.
“Sittt!” umpatnya menyadari kondisi tubuhnya.
“Apa yang sudah terjadi denganku?” tanyanya pada diri sendiri.
Melihat keadaan sekitarnya. Pakaian yang tercecer, Danis melihat noda merah pada kemeja putihnya yang tertindih oleh Riana.
“Apa ini?” Memegang untuk memastikan. “Darah?”
“Astaghfirullah…! Apa yang sudah aku lakukan?” berusaha mengingat kejadian yang dilakukannya semalam.
“Tidak. Tidak mungkin aku melakukan itu pada Riana,” ucapnya meraup kasar wajahnya. Tidak percaya dengan apa yang dilakukan olehnya. Setelah, mengingat kejadian yang telah dilakukannya. Danis bangkit dari duduknya, memunguti pakaian miliknya yang tercecer. Membersihkan dengan tisu semua sisa perbuatannya.
Segera berlalu menuju kamar tidurnya. Danis memasuki kamar mandi, mengunci pintu kamar mandi mengguyurkan air Shower pada tubuhnya. Merutuki kesalahan yang telah diperbuatnya. Danis tidak menyangka melakukan perbuatan bejatnya pada Riana. Di bawah guyuran air shower yang membasahi seluruh tubuhnya, Danis merutuki kesalahan yang sudah dilakukannya.
“Arrgghh! Bodoh! Bodoh!” memukuli tembok yang berdiri kokoh di hadapannya.
“Sialan, brengsek,” umpatnya merasa kesal dan kecewa pada diri sendiri.
***
Mengingat kejadian semalam di sebuah kafe tempatnya berkumpul dengan temannya.
“Hai, Danis!” sapa seorang wanita yang sangat dikenalinya. Safira, Wanita yang masih memiliki sepenuh hatinya. Fira yang memutuskan hubungan dengannya lebih memilih dengan seorang lelaki yang sedang berdiri di sampingnya.
“Hai,” jawabnya dengan tersenyum kecut.
“Apa kabar?” tanya Danis pada wanita dan lelaki yang terlihat menatap dirinya dengan tatapan mengejek.
“Baik. Kamu dengan siapa si sini?” tanya Fira yang melihat Danis duduk sendirian.
“Sama teman. Tuh, mereka sudah pada datang.” Menunjuk pada kedua temannya yang sedang berjalan ke arahnya.
“Hai, Fira!” sapa Doni yang dengan sikap sok dekatnya menyapa Fira.
“Hai, Mas Doni. Apa kabarnya?” tanya Fira.
“Baik. Sangat baik malah. Si Danis aja, tuh. Yang sedang kurang baik, hatinya.” Doni menggoda Danis yang melotot kesal padanya. Mereka saling berjabat tangan kemudian berbasa-basi sebentar. Fira berpamitan untuk makan berdua dengan kekasihnya.
“Bro, si Fira sudah move on. Lu kapan?” celetuk Doni.
“Don. Lu manasin aja jadi orang. Jangan suka nyalain api, tuh bensin sudah bercecer di bawah.” Irfan ikut menimpali candaan Doni.
“Apaan Sih,” kesalnya.
“Udah, lupain aja Fira masih banyak gadis yang baik di luar sana.” Irfan memberikan nasehatnya pada Danis yang terlihat kesal dengan kejadian yang barusan dialaminya. Meelihat sang mantan yang masih sangat dicintainya dengan mesra pada kekasih barunya.
“Cabut yuk,” ajaknya Danis pada kedua temannya.
“Mau kemana? Gue aja belum makan,” celetuk Doni yang melihat Danis sudah berdiri dari kursinya.
“kemana, kek.” Jawab Danis cuek pada Doni. Berjalan meninggalkan kafe, membuat kedua sahabatnya saling bertatap mata mengedikkan bahu.
Danis mengendarai mobilnya keluar dari parkir kafe. Doni dan Revan mengikuti kemana arah Danis mengajaknya pergii.
“Woy, Lo beneran mau balik ke klub lagi?” tanya Doni tak percaya melihat Danis membelokkan kemudi mobilnya ke sebuah klub malam.
“Sekali-kali,” jawabnya cuek.
“Ntar ketahuan bokap Lo, gue bisa disembelih, Dan.” Irfan ikut menimpali ketidak percayaannya pada Danis.
Setelah tiga tahun mereka tidak menjejakkan kaki ke klub malam, sekarang mereka harus kembali lagi ke dunia malam mengikuti kemauan Danis. Hati yang telah diliputi kecemburuan dan kemarahan membuat Danis melampiaskan pada minuman keras yang sudah dua tahun lebih tidak pernah disentuhnya. Memang dulu dirinya sering bersenang-senang dengan teman-temannya, hanya sekedar untuk mencari hiburan dan kesenangan belaka. Sebatas minum yang dilakukan olehnya tidak pernah sampai mabuk berat dan bermain wanita. Peringatan teman-temannya diabaikan oleh Danis.
***
“Semua gara-gara minuman sialan itu!” rutuknya dalam menyesali perbuatannya.
“Harggghhh!” ucapnya menarik kasar rambutnya. Sesalnya, namun tak berdaya dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Danis berusaha mengendalikan emosi yang sedang bergejolak di jiwanya.
Lama berada di bawah guyuran air shower, Danis mengakhiri perbuatannya dengan masih diliputi penyesalan yang mendalam. Masih dalam kebingungan dengan apa yang akan diperbuat olehnya. Kedua orang tuanya pasti akan sangat murka dan kecewa jika mengetahui perbuatan yang telah dilakukan olehnya pada Riana.
Mengambil kain sarung dan sajadah untuk memohon ampun pada tuhanya. Danis menumpahkan segala penyesalan pada dirinya mengingat kebejatan yang telah dilakukannya. Selesai bermunajah Danis kembali mendudukkan diirinya
“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanyanya pada diri sendiri. Mengusap kasar wajahnya. Menyesali perbuatan yang dilakukan olehnya.
“Bagaimana kalau Mama dan Papa tahu. Bisa habis aku aku,” rutuknya pada diri sendiri. Berdiri dari duduknya berjalan ke arah rak buku di samping sofa kamarnya. Danis mengambil sebuah bingkai foto yang terdapat foto Safira bersamanya.
“Kenapa kamu tega sama aku, Fir? Padahal kamu juga tahu jika aku sangat menyayangimu. Tapi, apa balasmu padaku.” Menghela napas panjangnya. Mengingat semua memori yang masih terekam jelas di ingatannya. Ingatan di mana Fira meminta untuk mengakhiri hubungannya. Menjalin kasih selama dua tahun, bukanlah waktu yang sebentar untuk Danis bisa melupakan semuanya. Fira lebih memilih meninggalkan dirinya, karena Danis yang belum terlalu mandiri untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Membuat Danis bekerja keras mengembangkan usahanya yang saat itu baru dirintis untuk membuktikan, bahwa dirinya bisa sukses.
“Seharusnya kamu lebih bisa bersabar menemaniku, Fir. Seharusnya kamu orang yang menemaniku di sini.”
“Entah sihir apa yang membuatku masih tetap mencintai dan mengharapkanmu, Fir. Sudah jelas kamu sangat bahagia dengan Jodi, tapi aku masih diam di sini mengharapkanmu untuk kembali.”
“Bodoh. Bodoh.” Danis merutuki dirinya sendiri. Menyadari kebodohan yang dilakukan olehnya. Safira yang jelas-jelas telah memilih pria lain dari pada dirinya. Tapi, yang dilakukan Danis masih selalu mengharapkan Safira kembali padanya.
Pyarrr!
Danis melemparkan bingkai foto yang sedari tadi diajaknya bicara. Berharap dirinya bisa membuang semua ingatan kebersamaannya dengan Safira.
“Aku harus bisa melupakan dia, harus.” Danis menyemangati dirinya sendiri, berharap rasa cintanya pada Fira bisa terkikis.

Komentar Buku (68)

  • avatar
    JulianAgil

    di bikinin film atau sinetron kek nya rame deh kak dari ceritanya menarik dan buat penasaran buat si penontonnya, apalagi di bikin sinetron yang bisa bikin geger emak emak, sukses selalu ya kak, semangat jugaa bikin cerita nya ya kak bikin cerita semenarik mungkin, semoga ajh ada sinetronnya haha aamiin sukses kak💐💐

    11/02/2022

      0
  • avatar
    Pandalucu

    keren

    5d

      0
  • avatar
    LiaNova

    bguss cerita nya

    10d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru