logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

BAB 47 Mendua

Adit terperangah tak percaya ketika mendengar pembicaraan dua orang wanita yang sama-sama dihormatinya itu. Mamahnya dan nyonya Lisa,mamanya Michel.
Adit bingung harus berkata apa ketika mendengar rencana pertunangannya dengan Michel yang katanya justru akan dipercepat. Ingin rasanya mulutnya menyanggah,menolaknya..tapi melihat binar bahagia di mata Mamahnya dia menjadi tidak tega dibuatnya.
Diliriknya Michel dengan sudut matanya, terlihat rona bahagia di wajahnya. Teramat bahagia malah, yang menjadikannya semakin tak karuan.
"Bagaimana ini Arin...apa yang mesti aku perbuat? haruskah aku berterus terang pada mereka kalau hatiku hanya untukmu? Apa jadinya Mamahku bila mendengar itu semua? aku bingung Arin..
Adit tak kuasa menolak atau mengiyakan keputusan yang diambil oleh para wanita terdekatnya. Dia hanya diam terpekur menunduk mendengarkan keputusan yang sepertinya sama sekali tidak berpihak pada hati nuraninya.
"Bagaimana Adit...kamu setuju kan kalau acara pertungananmu sama Michel dipercepat?" Lusa ya sayang?" tanya nyonya Lina padanya.
"Bagaimana Michy...kamu setuju kan sayang?"
"Se-semua terserah Mamah aja,"jawab Adit lirih.
Michel tersenyum-senyum penuh arti. Hatinya girang bukan main.
"Sebentar lagi kamu jadi milikku Adit,"gumam hati kecilnya.
"Akan aku buat kamu benar-benar jatuh hati padaku..aku janji!"
"Oke...kalau semuanya sudah setuju..kita tetapkan saja pertunangan Adit sama Michy lusa kita laksanakan...kita tunggu kedatanganmu sama Adit ya Lina..," dengan antusias Lisa berkata.
"Kamu segera sembuh ya sayang...kita sebentar lagi jadi satu keluarga loh..kamu tidak sendiri..kamu harus tetap semangat!"
"Iya Lis..terima kasih kamu mau menerimaku sebagai keluarga yah," nyonya Lina berkata penuh haru.
Adit tak bisa lagi berkata-kata. Hatinya tak karuan. Gegas dia mohon undur diri
Berjalan pelan menuju taman di depan rumahnya. Duduk merenung sembari melihat ikan-ikan yang berenang kian kemari. Hatinya terasa suntuk, mengingat tidak ada lagi celah untuk bisa menyatukan cintanya ke Arin. Mamah dan keluarga Michel sudah ambil keputusan. Lusa pertunangan dirinya dengan Michel akan dilangsungkan.
Tidak lama kemudian Adit mengambil telepon selulernya, mengetik sesuatu
(Maafkan aku Arin..bila akhirnya aku harus meninggalkanmu...bukan karena aku tak cinta lagi...tapi karena keadaan yang memaksaku harus pergi darimu. Semoga kau dapatkan yang lebih segalanya dariku)
##### 💔💔💔💔💔
Arin tertegun membaca pesan dari Adit di aplikasi hijaunya. Dia berusaha memahami apa maksud dari perkataan Adit lewat tulisannya itu.
Pada akhirnya dia merasa yakin..ada sesuatu yang harus membuatnya siap menghadapi kenyataan kalau Adit akan mendua'..lebih memilih Michel jadi pendampingnya daripada dirinya.
Akhir-akhir ini mulai santer terdengar kabar kalau Michel adalah 'calon'nya Adit. Meski dia belum mendengar langsung dari Adit, tapi dengan seringnya keluarga Michel datang berkunjung ke rumah Adit, menjadikan Arin mulai lebih memahami keadaan.
Arin yang sedari kecil sudah tertempa hidupnya dalam keadaan menyedihkan sekalipun sudah mulai terbiasa dengan kenyataan yang harus dihadapi.
"Aku harus siap! Aku tidak boleh cengeng! biarkan kalau memang Adit lebih memilih Michel!
Arin berusaha membesarkan hatinya. Dia tidak ingin hidupnya terjerembab dalam keputusasaan hanya gara-gara cinta. Ini bukan ujian pertama yang harus dilaluinya selama ini. Kehilangan Adit bukanlah akhir segala-galanya. Arin bertekad untuk lebih kuat menghadapinya.
Gegas Arin menutup telepon selulernya, tidak lagi mempedulikan pesan yang masuk atau panggilan masuk sekalipun.
"Aku tidak boleh bersedih!"
"Apapun yang terjadi...aku harus kuat!"tekad Arin semakin membara.
##### 💣💣💣💣💣
Hari mulai beranjak. Kesibukan persiapan pertunangan Adit dengan Michel mulai nampak. Dengan penuh suka cita nyonya Lina menyiapkan segalanya. Hatinya begitu bahagia, terlihat mulai sehat fisiknya. Dari pagi dia sudah pergi berbelanja membeli segala kebutuhan pesta pertunangan yang akan digelar meriah dengan menyewa hotel berbintang lima, karena apartemen Michel tidak akan mampu menampung tamu yang datang nantinya.
Terlihat Cintya dan Adit menemani Mamahnya berbelanja di Mall terbesar yang ada di Merawai. Cincin emas 24 karat bertahtakan berlian asli sudah dipersiapkan di box indah sebagai tanda terikatnya dua hati.
Segalanya sudah dipersiapkan secara matang. Hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan sudah dihias sedemikian rupa. Semua sudah tertata rapi termasuk hidangan dan susunan acara.
Tak ketinggalan Arin dan kawan-kawan diikutkan dalam pelaksanaan acara hari itu.
Arin dengan segenap kekuatannya tetap hadir dalam acara itu. Terlihat dia memakai gaun indah berwarna silver dengan riasan nude yang menambah kecantikan alaminya.
"Arin...kamu cantik banget,"
Tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya. Terlihat Randy menghampirinya, berdiri tepat di sampingnya.
Arin nampak tersenyum mendengar pujian Randy.
"Kamu gadis yang luar biasa Arin...dalam keadaan apapun kamu masih tetap bisa tersenyum. Aku harap kamu mau menerimaku untuk membalut luka hatimu...Aku tau..dalam senyummu itu tersimpan luka yang teramat dalam,"
Arin tetap membisu ketika Randy dengan semangat mulai melancarkan aksinya.
Randy terlihat bertambah mengaguminya. Walaupun hari ini acara pertunangan Adit yang notabene orang yang dicintainya, namun Arin masih bisa menghadirinya meski dia tahu betapa hatinya bergejolak menahan berbagai rasa.
Teman-teman sekamar Arin terlihat pula hadir dan berusaha menghiburnya.
"Biarkan saja Arin...masih ada Randy inih,"bisik Martha nakal.
"Husss kamu jangan ngomong gitu Mar!"bisik Melda.
"Iyya nich Martha..udah tau Arin lagi bersedih malah dibecandain,"sahut Aisha.
"Hehehehee...biarin ya Rin...dunia tak sedaun kelor..ngga cuman Adit doang laki-laki di dunia ini..masih ada Randy...Randy dan Randy! Titik.
Martha semakin terkekeh menggoda Arin. Teman-temannya hanya bisa memberengut kesal melihatnya. Tapi jauh di lubuk hati terdalamnya mereka membenarkan ucapan Martha barusan, bahwasanya tidak hanya Adit laki-laki di dunia ini. Dan tidak cuma Adit laki-laki yang bisa membuatnya bahagia.
Hari itu Arin lewati dengan segala kecamuk hatinya. Ternyata ketakutannya selama ini menjadi kenyataan. Dirinya memang tidak pantas untuk Adit yang notabene merupakan tuan Muda''nya di perusahaan tempatnya bekerja. Apalagi bila dirinya dibandingkan dengan Michel yang nyaris sempurna.Ibarat langit dan bumi.
Arin memang hanya bisa menjalani takdirnya. Ketika pada awalnya dia berusaha meyakini kalau dia dan Adit merupakan bagian dari takdirnya..bagian dari kehidupannya..untuk sekarang Arin seperti dipaksa untuk menerima kenyataan kalau Adit bukanlah jodohnya. Bukan takdirnya. Entah di kemudian hari.
Manusia hanya laksana 'wayang' yang harus siap dijalankan oleh 'dalangnya'.
Ketika acara pertunangan berlangsung, terlihat dari kejauhana Adit seperti gelisah mencari-cari...pada akhirnya bersitatap dengan Arin yang terlihat pura-pura sibuk dengan ponselnya.
"Ma-maafkan aku Arin...aku benar-benar tak kuasa menolaknya. Semoga kau bahagia dengan yang lain,"gumamnya lirih.
Sampai acara selesai Arin lebih banyak diam berkecamuk dengan hati dan pikirannya. Teman-teman sekamarnya begitu ikut merasakan apa yang dia rasakan, hingga sejurus kemudian mereka memilih ikut diam dengan pikiran masing-masing.
Hari itu Michel terlihat begitu 'sumringah'..hatinya benar-benar bahagia. Tak sedikitpun dia mempedulikan Adit yang sepertinya masih belum betul-betul menerima pertunangan mereka. Tekadnya hanya satu, akan benar-benar membuat Adit jatuh cinta padanya...bagaimanapun caranya!
*******

Komentar Buku (147)

  • avatar
    AzisAbdul

    wow

    5d

      0
  • avatar
    FauziahNada

    menarik

    03/08

      0
  • avatar
    Ayam RacerKentut

    woow

    28/07

      0
  • Lihat Semua

Selesai

Rekomendasi untuk Anda