logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 Pupus

Rayya senang akan bertemu dengan Faisal. Sudah lama ia menantikan momen ini. Ia bertekad harus menyatakan semuanya. Tidak ada waktu untuk menunggu lebih lama. Kebahagiaan dan masa depannya dipertaruhkan.
Rayya menatap kedua sahabatnya. Haruskah mengajak mereka? Selama ini mereka selalu saling terbuka. Tidak ada rahasia dalam persahabatan mereka bertiga. Namun, ada hal yang membuatnya ragu, Lisa. Rayya merasa Lisa juga menyukai Faisal. Selama ini hanya Dian yang selalu bocor soal Faisal. Sementara Lisa hanya diam dan hanya sesekali menanggapi.
“Akhirnya selesai juga. Guys, makan dulu yuk. Rayya yang traktir,” kata Dian sambil senyum-senyum ke arah Rayya.
“Dasar mental gratisan.” Rayya menggerutu melihat tingkah Dian.
“Yaa hitung-hitung perpisahan, Ayy. Kamu kan mau pulang besok. Kali aja ini juga traktiran terakhirmu sebagai lajang.” Kalimat Dian dihadiahi cubitan di paha oleh Rayya. Dalam hati mengamini candaan Dian, mengakhiri masa lajang bersama Faisal.
“Kalian duluan aja, aku ada urusan sebentar.” Rayya meraih tasnya dan bersiap ke Iuar.
“Kok gak bareng, Ayy?” tanya Lisa.
“Nanti aku nyusul.” teriak Rayya yang bergegas ke luar, tidak ingin meladeni kekepoan kedua sahabatnya.
Rayya mempercepat langkahnya, seolah tak ingin kehilangan waktu walau sedetik. Pandangannya mantap ke depan, ia melambaikan tangannya sekilas pada teman yang menyapanya.
Gadis itu terus tersenyum. Jantungnya berdegup kencang. Langkahnya seringan kapas. Tak sabar ingin bersua.
Ia tiba di taman. Mencari Faisal di antara orang-orang. Lelaki itu duduk sendiri di atas sebuah bangku panjang di bawah pohon ceri yang dahannya melebar ke segala arah, Rayya diam sejenak, memandang Faisal dari arah samping.
Lelaki itu sedang membaca buku, tak menyadari kehadiran Rayya. Rayya ingin mendekat, tapi urung saat dua gadis mendekati Faisal. Kedua gadis itu mengobrol sebentar dengan Faisal. Rayya merasa sesuatu mengganjal di hatinya. Ia tidak suka pemandangan ini. Ia tidak suka melihat Faisal terlalu ramah dengan gadis lain. Cemburukah?
Tanpa menunggu lagi ia melangkah semakin dekat, sengaja benar menginjak ranting kering agar tiga orang di depannya mendengarnya. Gagal. Rayya akhirnya berdehem. Yes, mereka mendengarnya.
“Eh, Ayy, sudah lama?” tanya Faisal. Kedua gadis tadi melihatnya, mereka saling lirik sebentar lalu undur diri.
“Enggak juga,” jawab Rayya. “Siapa mereka?” tanyanya kemudian, seolah ia berhak untuk tahu.
“Hanya adik tingkat yang minta waktu untuk bimbingan.” jawab Faisal. Sebagai seorang asisten dosen, bukan hal asing baginya untuk mengajar mahasiswa lain.
“Duduklah!” Ia menunjuk ujung bangku agar Rayya duduk tak terlalu dekat dengannya. “Apa yang ingin kamu katakan?” tanyanya lagi.
Mendapat pertanyaan itu membuat Rayya gugup. Hilang semua keberanian yang ia punya. Lagi-lagi bingung harus berkata apa. Rayya tidak pernah menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis, apalagi harus mengungkapkan isi hati duluan. Ia buta dalam urusan cinta.
Sejak dulu Rayya tidak tertarik untuk pacaran. Ia belajar dari pengalaman Nadya, didekati pria karena harta orangtuanya. Juga belajar dari Haikal, ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Baginya, menangisi hal seperti itu adalah kebodohan.
Tapi Faisal berbeda. Rayya mengenalnya sejak kecil. Faisal orang yang tulus dan selalu ada untuknya. Saat pertama kali bertemu lagi ketika ospek, Rayya sangat gembira. Bertemu sahabat lama yang selalu ia rindukan. Lambat laun Rayya menyadari perasaannya berubah. Ia ingin Faisal lebih dari sekedar sahabat. Tapi apa daya, Faisal justru menjaga jarak dengannya. Rayya tak bisa lagi menggandeng tangan Faisal, tak bisa lagi tertawa lepas berdua membicarakan hal-hal tak penting. Faisal bahkan tak pernah menatapnya lama. Seringkali ia merasa Faisal berlalu begitu saja saat mereka berada di tempat yang sama.
Dan sekarang ia harus membuang rasa malu untuk mendapatkan hati Faisal.
“Faisal, eem...” Jeda lagi. Tak bisakah lelaki di depannya ini memahami maksudnya? Mestinya Faisal yang membaknya, bukan dia. Tapi itu sepertinya mustahil. Faisal jebolan pesantren, baginya pacaran hanya boleh setelah menikah. Persis seperti wejangan yang selalu ia dengar dari Lisa. Ah, Lisa lagi.
Rayya ingin melanjutkan kalimatnya saat ponsel Faisal berdering.
“Assalamualaikum, Abah.” Rayya mengernyit. Seingatnya Faisal memanggil orangtuanya dengan sebutan Ayah Ibu. Siapa Abah ini?
Faisal tampak berbicara serius di telepon dan mengabaikan Rayya.
“Baik, Bah. Akan saya sampaikan. Semoga Abah lekas sembuh.” Kata Faisal, lalu pembicaraan lewat telepon itu berakhir.
“Siapa yang sakit?” tanya Rayya penasaran.
“Abah Zaki,” jawab Faisal sambil memasukkan ponsel ke dalam tasnya.
“Abah Zaki... Abah Zaki,” Rayya mengulang-ulang nama itu, “Sepertinya pernah dengar,” Ia merasa tidak asing dengan nama itu.
“Tentu saja kamu pernah dengar. Abah itu ayahnya sahabatmu.” Kata Faisal menyegarkan memori Rayya.
“Lisa?” tanya Rayya. Ia ingat sekarang, Lisa memanggil ayahnya dengan sebutan Abah. Berbagai asumsi kini berseliweran di otaknya. Mengapa Abah Zaki bisa memiliki nomor ponsel Faisal? Faisal memanggilnya Abah sama seperti Lisa, sedekat itukah? Dan yang paling penting mengapa Lisa tidak pernah membicarakan ini? Ada rasa sesak dan kecewa yang memenuhi rongga dada.
“Kenapa Abah Zaki gak nelpon Lisa? Dan kenapa Abah Zaki bisa punya nomor HP-mu?” Pertanyaan beruntun dari Rayya. Ia merasa penting untuk mencari tahu.
Faisal menatapnya sejenak, “Ponselnya gak aktif,” jawab Faisal. “Abah itu salah satu ustadz di pondok pesantren tempat aku belajar. Abah juga yang mengajari aku untuk berwirausaha.”
Faisal lelaki yang mandiri. Ia punya rumah makan dan usaha peternakan ayam, bebek, dan ikan sendiri, yang menyuplai rumah makannya dan rumah makan lain di kota ini. Poin plus bagi Rayya yang tidak suka laki-laki pendompleng orangtua, tapi bagi papanya Faisal masih sangat jauh dari level.
“Aku selalu mampir ke rumahnya setiap liburan semester.”
“Kalian sedekat itu?” tanya Rayya memastikan.
“Iya.” Itu jawaban yang terlalu singkat, tapi menjelaskan banyak hal bagi Rayya.
Rayya gamang. Ia ingin Faisal di sisinya, tapi kedekatan Faisal dengan keluarga Lisa tak bisa diabaikan. Inikah akhir dari penantiannya?
“Oh ya, kamu mau ngomong apa, Ayy?” tanya Faisal seolah mengingatkan tujuan mereka berada di tempat ini.
Rasa sakit itu nyata. Baru saja ia percaya diri mendapat sinyal dari Faisal, lelaki itu sudah menghempasnya.
Rayya akhirnya merasakan juga yang namanya patah hati. Selama ini ia menghindari pacaran karena tidak ingin merasakan hal yang sama dengan kedua kakaknya. Siapa sangka ia mengalaminya bahkan tanpa status pacar. Sekarang siapa yang bodoh?
“Jangan berharap pada manusia, berharaplah pada Allah. Allah tidak akan pernah membuatmu kecewa.” Samar-samar ia mengingat perkataan Lisa saat Rayya memuji Faisal di depan kedua sahabatnya. Sekarang ia berpikir, mungkinkah Lisa sedang mencoba menghalanginya untuk dekat dengan Faisal?
Kini Faisal tengah menunggu jawabannya, apa yang akan ia katakan? Rayya memalingkan muka, tak sanggup menatap wajah Faisal. Susah payah ia menahan agar bulir bening tidak menetes dari netranya. Tangannya kuat mencengkram tas di pangkuannya.
“Ayy, kamu mau ngomong apa?” Lelaki itu kembali bertanya, tanpa ampun membombardir hatinya. Jika bisa mengulang waktu, ia ingin pertemuan ini tak pernah terjadi.
Rayya kini menunduk cukup lama, berusaha mengumpulkan keberanian dan menunjukkan dirinya baik-aik saja. “Nggak jadi,” Rayya mengangkat wajahnya dan memberanikan diri menatap Faisal, seulas senyum mencoba menyembunyikan luka. Faisal mengernyit.
“Kamu yakin? Tadi kamu bil-,” Kalimat Faisal terpotong oleh aksi Rayya yang buru-buru mengangkat ponselnya yang bordering.
“Iya, aku segera ke sana.” Rayya langsung mematikan telepon dan segera berdiri dari posisinya. Ia kini punya alasan untuk segera pergi dari sini. “Aku harus pergi, Lisa dan Dian menungguku.” Katanya tanpa menatap Faisal. Ia tak peduli lagi dengan pertanyaan Faisal.
Rayya meninggalkan Faisal yang mematung dengan pertanyaan yang menggantung di kepalanya. Ada apa dengan Rayya?

Komentar Buku (67)

  • avatar
    NoepRoslin

    Ceritanya sungguh menarik..🥰🥰

    18/09/2023

      0
  • avatar
    LanchangVonica

    bagus

    06/03/2023

      0
  • avatar
    HandayaniSri

    bestt sekali

    05/03/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru