logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 Cinta tak bertepi

Tak butuh waktu lama Andi sudah berada di depan butik tempat kerja Citra.
"Apa yang harus kulakukan?" lirih Andi.
"Ah dia keluar, aku ingin mengajaknya makan sebentar," seketika ide muncul di kepala Andi untuk berduaan dengan Citra.
"Heh kepala batu!" sapa Andi pada Citra.
"Masih saja memanggilku dengan sebutan kepala batu!" Citra protes pada Andi karena panggilan kepala batu untuknya.
"Iya, kamu keras kepala seperti batu!" tukas Andi.
"Mau apa kemari? Mau bikin keributan lagi!" Citra sangat jengkel ketika melihat Andi sudah ada di depannya.
"Makan yuk! Biar keras kepalamu hilang,"
"Idih, ngajak makan model kayak begitu. Gak mau kali yah!" Citra menolak ajakan Andi. Mendengar jawaban Citra, Andi segera menarik tangan Citra dan masuk ke mobil.
"Ihh.. kebiasaan tarik - tarik deh. Lagian maksa banget!" Citra masih mengomel dalam mobil.
"Anggap saja ini permintaan maafku karena kemarin kamu dihukum!" tukas Andi.
"Bisa minta maaf juga, kirain gak ada kata maaf dalam hidupmu," pungkas Citra.
Ciieettttttt
Suara bunyi ban yang direm mendadak membuat kepala Citra terbentur dashboard mobil.
"Aduh, bisa pelan - pelan gak sih!" Citra merasa sakit di dahinya.
"Maaf, tadi ada orang menyebrang mendadak jadi aku terpaksa rem mendadak, apa itu sakit?" suara Andi terdengar seperti orang khawatir.
"Hahahahahah, tumben suaranya halus. Biasanya ngegas kayak motor brong kebanyakan bensin," pungkas Citra.
"Ditanya serius juga masih aja bercanda," Andi mulai bicara ngegas.
"Lah udah mulai ngegas lagi," tukas Citra.
"Mau makan apa?" tanya Andi.
"Terserah, semua makanan yang enak aku makan. Lumayan dapat makanan gratisan," tukas Citra.
"Dasar kepala batu!"
"Mau ngajak makan apa ngajak ribut?" Citra kembali bertanya dengan wajah muram.
"Eee gitu aja marah." Tukas Andi.
"Yaudah makan sate buntel aja, kamu mau?" Andi menawarkan menu kesukaannya.
"Oke," Citra menyetujui usul Andi.
Mereka bersua turun dan segera memesan dua porsi dan minum untuk mereka berdua. Tak butuh waktu lama pesanan mereka sudah datang, dan mereka berdua menikmati hidangan lezat tersebut.
Citra sangat lahap sekali dengan hidangannya, sedangkan Andi hanya menatap Citra saat makan. Tak rela jika oemandangan indah di depannya hilang begitu saja.
"Kakak gak makan, kenapa cuma dilihatin terus?" Andi terkesiap seketika setelah mendengar suara Citra.
"Oh, ini lagi mau makan." Andi pura - pura mengaduk makananya dan segera makan.
"Ngelamunin pacarnya ya, tenang saja meskipun kita dijodohkan aku gak bakalan ganggu kepentingan kalian. Gak udah galau begitu," tukas Citra.
"Pacar? Siapa juga yang ngelamun soal pacar, tuh lihat belek mata kamu menempel cantik di sudut mata kamu?" pungkas Andi. Hati Andi bergerimis mendengar ucapan Citra.
'Andai kau tau jika aku menyukaimu. Tapi jika aku mengungkapkannya, pasti kamu akan membenciku. Biarkan seperti ini, cinta tanpa balas darimu' batin Andi.
"Ih Kak Andi kayak Reno aja, selalu begitu. Dia sering jahilin aku sampai aku kadang suka marah," Citra kembali membahas Reno membuat hati Andi teriris.
"Reno, siapa dia?" Andi bertanya pada Citra mengenai Reno.
"Owh, dia emmm dia--
"Pacarmu? Biasa aja kali tinggal nyebutin pacar," tukas Andi.
"Iya, iya dia pacarku." jawaban lantang dari Citra membuat jantungnya berdetak tak beraturan..
"Sejak kapan kamu pacaran sama dia?"
"Satu hari sebelum keberangkatan dia, harusnya sih 2 hari lagi dia berangkat. Namun pihak sekolahnya mengajukan lebih cepat," Citra masih bercerita soal Reno.
"Owh," Andi hanya ber Oh ria.
"Pacar Kak Andi sekampus juga ya?" Citra sengaja ingin mengetahui pacar Andi.
"Pacar?" Andi mengkerutkan dahinya. Terkejut dengan pertanyaan Citra.
"Iya, pacar? Jangan bilang kalau kak Andi tak laku," Citra masih nyerocos sambil makan.
"Habiskan makananmu! Setelah itu aku antar kamu ambil motormu," tukas Andi. Sengaja dia mengalihkan pembicaraan.
"Iya iya, ini udah mau selesai. Sabar dikit napa?"
"Udah buruan!"
"Iya, iya. Kenapa pertanyaanku tak dijawab. Apa jangan - jangan kakak tak laku ya?" Citra masih menggoda Andi.
"Bukan tak laku, aku cuma ingin kangsung menikah aja tanpa pacaran," jawab Andi.
Deg
Jawaban Andi membuat Citra terdiam seketika.
"Kenapa jadi diam setelah aku jawab? Kamu takut aku menikahimu secepat ini!" sengaja Andi memancing komentar Citra.
"Eee siapa bilang aku mau menikah dengan kakak. Kakak taukan jika aku akan menikah jika aku udah bisa meraih kejuaraan internasional," Citra kembali berkilah
"Nunggu sampai mendapatkan kejuaraan internasional, bisa jadi kamu udah jadi perawan tua," tukas Andi.
"Gak ada yang namanya perawan tua. Yang ada hanya menikah tepat pada waktunya!" Citra masih tak mau kalah berdebat dengan Andi.
"Kamu tak pernah mengabari Reno?"
"Selama pelatihan dia tak boleh pegang ponsel. Dia saja kalau mau menghubungi mamanya lewat ponsel pamannya," Citra menjadi sendu memngingat Reno.
"Kamu kangen?" Andi kembali bertanya.
"Sangatlah, dia pria yang sangat baik. Meskipun tingkahnya sebelas duabelas dengan Kak Andi, cuma Reno tak pernah bicara ngegas kayak Kak Andi," jawaban Citra membuat hatinya kembang kempis.
"Owh, begitu rupanya."
"Udah jangan bahas Reno lagi, nanti bikin aku kangen dia," tukas Citra.
Deg
Perasaan Andi mencelos, Andi sangat berharap jika dirinya menjadi bagian yang dirindukan Citra.
"Tenang, gitu aja baper." Pungkas Andi.
"Nah udah sampai, makasih ya kak atas traktirannya. Sering - sering juga gak papa, abis enak sekali sare buntelnya tadi. Besok kalau aku gajian gantian aku akan traktir Kakak makan," ucap Citra sembari keluar dari mobil Andi fan menuju ke parkiran motornya.
"Sama - sama," jawab Andi.
Dalam mobil Andi memperhatikan Citra sampai masuk ke dalam parkiran motor. Kemudian sebuah benda tepat di sampingnya menjadi pusat perhatiannya.
'Bukannya ini jepit rambut Citra tadi? Kenapa bisa sampai terjatuh'
'Dasar kepala batu! Ternyata kamu ceroboh juga' batin Andi.
Andi menyimban jepit rambut itu dan memandang foto Citra saat makan di ponselnya.
'Cuek tapi cantik. Polos juga sifatmu Cit" Andi mengusap foto wajah Citra dan tersenyum sendiri.
'Beruntungnya Reno bisa menjalin hubungan denganmu, tapi aku hanya bisa melihatmu sampai tiba waktuku saja. Andai jika hidupku lebih lama, aku akan merebutmu darinya' batin Andi meronta mengingat Citra sangat mencintai Reno.
Segera Andi pergi mengikuti motor Citra, Andi tak ingin melewatkan begitu saja. Andi mengikuti Citra sampai rumah. Jika Citra sudah sampai di depan rumah barulah Andi kembali pulang ke rumahnya.
Dalam perjalanan Andi mengurungkan niatnya untuk pulang, dia segera menemui dokter Fery. Dokter Fery adalah kakak tingkat Andi. Namun beliau sangat dekat dengan Andi.
Tok tok tok
"Masuk," ucap Dokter Fery dari dalam.
"Dok, bisa beri aku obat supaya cepat sembuh?" Pertanyaan Andi membuat Dokter Fery terkejut.
"Kenapa tiba - tiba? Apa kau akan membawa lari dia," pungkas Dokter Fery. Sepertinya dia bisa menebak pikiran Andi.
"Aku sangat tak rela jika dia bersama pria pujaannya. Aku ingin membawanya pergi, namun aku tak mampu. Usiaku juga tak akan lama, jika aku meninggalkannya aku juga akan merasa sakit."
"Kau benar - benar mencintainya?" Dokter Fery kembali bertanya pada Andi.
"Sangat, bahkan aku sangat cemburu ketika dia cerita tentang pacarnya," Andi berterus terang tanpa ada rasa yang ditutupi. Itu sudah menjadi kebiasaan jika bertemu dengan dokter Fery.
"Cintamu tak bertepi Andi," tukas Dokter Fery.
"Andai umurku lebih panjang, aku akan merebut Citra darinya. Aku tak sanggup jika dia bersama yang lain," nada suara terdengar frustasi.
"Apa obatmu sudah kau minum?" Dokter Fery kembali mengingatkan jadwal minum obat.
"Untuk yang sore belum, Dok."
"Jika kamu sendiri tak mau minum obat, bagaimana kamu bisa bertahan. Apa kamu mau jika dia mengetahui penyakitmu, bahkan keluargamu saja tak ada yang kau beri tahu," tukas Dokter Fery.
"Aku tak ingin membuat semua orang khawatir padaku, biarkan aku yang menyimpan penyakit ini sendiri," jawab Andi.
"Jika keputusanmu seperti itu, rutinlah minum obatmu. Dan buatlah dirimu berkesan pada mereka semua," phngkas Dokter Fery.
"Siap, Dokter!"
"Jika kamu tak menuruti perintahku, siap - siap kamu akan aku operasi paksa," ucap Dokter Fery, terlihat mengancam tapi bagus supaya Andi tak egois.
"Iya, iya. Aku pamit dulu, jika ada apa - apa aku kesini lagi," tukas Andi.
"Bagaimana bisnismu? Ternyata mahasiswa satu ini diam - diam memiliki saham di rumah sakit ini," tanya Dokter Fery.
"Alhamdulillah, hasil jerih payahku sekarang sudah berkembang pesat. Mekipun awalnya sempat jatuh bangun dan kulyah tak lulus - lulus," jawab Andi. Andi mempunyai saham di rumah sakit tempat Dokter Fery bekerja.
"Kamu hebat sekali dalam hal bisnis, namun sangat payah soal Cinta, hahahah," sengaja Dokter Fery mengejek Andi untuk memecah suasana.
"Dokter bisa aja, aku pamit dulu Dok," Andi segera keluar darj rungan dokter Fery dan melajukan mobilnya ke rumahnya.
Cinta Andi benar - benar tulus pada Citra.
Baper juga yang nulis

Komentar Buku (29)

  • avatar
    AprianiSiti nur

    bagus kisah nya

    21/08

      0
  • avatar
    SulastriReni

    bagus dan sangat menarik udah itu aj

    29/07

      0
  • avatar
    AjahArka

    sangat kagum

    16/04

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru